Amanah sebagai Juri Khitobah

"Bu, njenengan ndak Bu Lastri yang dulu ngajar menari?"

"Betul, Mbak."

"Alhamdulillah. Njenengan berarti guru tari saya waktu di TK Harapan Masa Lerep."

Percakapan di atas terjadi spontan ketika saya mengemban amanah sebagai Juri Cabang Seni Khitobah (putra), dalam Lomba Mapel Agama Islam dan Seni Islami tingkat SD se-Kecamatan Ungaran Barat pada Sabtu (7/9/2024). Lomba yang berlokasi di MTs NU Ungaran.

Dulu, dalam seminggu saya pernah mengajar khusus ekstrakurikuler Seni Tari sejumlah 28 tempat dari tingkat TK, SD, SMP, SMA, sampai dengan umum. Salah satunya adalah TK Harapan Masa, tempat belajar guru penanggung jawab Lomba Khitobah, yang telah menyapa saya sebagai guru tarinya, ketika ia masih TK.

Usai bercakap-cakap, spontan pula saya menangis. Air mata saya tumpah.

"Bu, apa saya ambilkan tisu?"

"Nggak usah, Mbak. Saya sudah bawa saputangan."

Saya usap air mata yang mengucur deras. Saya terenyuh usai menilai seorang peserta. Masih untung, ia memperoleh nomor undi agak terakhir. Tak bisa saya bayangkan andai ia memperoleh nomor undi lebih awal. Jadi juri sambil nangis, ya nggak lah.

Semoga peserta yang memperoleh juara pertama tingkat kecamatan bisa menjadi juara di tingkat kabupaten.

Rezeki bagi saya karena bisa bertemu dengan para sahabat lama. Barakallah.

Kabupaten Semarang, 7 September 2024