Sulastri SPd

Salam kenal Sulastri SPd lahir di Kediri 14 Mei 1971, guru di SMA negeri mumbulsari Jember. Ownner di Sulastri lestari collection sentral busana kerja, relasi b...

Selengkapnya
Navigasi Web
Sepenggal cerita Kepahlawanan di Kecamatan Mumbulsari

Sepenggal cerita Kepahlawanan di Kecamatan Mumbulsari

Sepenggal Cerita Kepahlawanan di Mumbulsari

Mumbulsari adalah nama kecamatan di kabupaten Jember yang letaknya berada di 15 kilometer sebelah timur kota jember, di kawasan gunung jubang begitu nama gunung yang kelihatan dari kawasan kecamatan tersebut, gunung tersebut dikenal juga sebagai bukit paralayang dan digunakan sebagai event kejuaraan paralayang nasional tahun 2019.

Cerita kepahlawaan tersebut dimulai ketika terjadi peristiwa pada tanggal 19 Desember 1948 Belanda telah melanggar gencatan senjata dengan menggelar operatie kraai (operasi gagak). Ibu kota RI di Yogyakarta pada waktu itu jatuh. Presiden , Perdana menteri dan pejabat teras di tawan. Namun panglima besar APRI (Angkatan Perang Republik Indonesia), Letnan Jenderal Soedirman meninggalkan kota sebelum KNIL datang. Panglima memutuskan untuk perang gerilya. Hari itu juga, Letkol Sroedji komandan III/ Damarwulan menerima perintah untuk menyusup kembali ke basis di Besuki melakukan perang gerilya dan menegakkan kedaulatan RI secara de facto di daerah daerah. Salah satu pertempuran sengit yang terjadi adalah di front Tempursari Lumajang berhasil di pukul mundur Pasukan diperintahkan untuk mengevakuasi warga menuju ke perbukitan

Setelah memasuki wilayah karesidenan Besuki Sroedji membagi pasukannya menjadi beberapa kolone. Beliau sendiri bergerak memimpin kolone staf Brigade III menuju selatan Jember. Namun rupanya pergerakan colonel Staf Brigade III. Terdeteksi lawan dan berali kali disergap. Akhirnya Letkol sroedji memerintahkan kolone menuju desa karang kedawung dan memeritahkan untuk beristirahat,. Kebetulan kondisi letkol sroedji sedang kurang fit. Pagi harinya tanggal 8 Februari 1949 mengadakan musyawarah dengan kepala desa Karang Kedawung Abdul Amin. Serta tokoh masyarakat setempat. Namun sebelum sempat perundingan langkah lanjutan terdengar tembakan. Kepala desa Abdul Amin gugur. Letkol sroedji tertembak dan terluka parah, perwira medis merangkap residen Besuki, Letkol dr. Soebandi berusaha memberikan pertolongan dengan membawa brigade ke parit. Namun naas Letkol Soebandi posisinya kurang terlindung sehingga tertembak dibagian kepala dan gugur seketika. Komandan memutuskan melakukan perlawanan sampai akhir. Letkol sroedji pada saat itu di damping ajudan pribadinya Abdul Syukur. Letkol Sroedji memegangi lukanya sambil satu tangannya memegang pistol kea rah KNIL. Tentara KNIL lain membidikkan senjata kearah sroedji dan mengujaninya dengan peluru akhirnya sroedji gugur.

Di tengah gejolak perjuangan rakyat yang dikomando oleh Letkol sroedji. Ada penggalan cerita kepahlawanan, yang disebut sebagai pahlawan lokal pak Sunami yang sekarang beliau di makamkan di baris nomor dua dari belakang (arah barat) di taman makam Pahlawan kecamatan mumbulsari yang lokasinya tepat di depan SD Mumbulsari 1 kecamatan Mumbulsari.

Nama pahlawan lokal tersebut adalah Pak kerta tetapi karena anak pertamanya bernama sunami maka Pak kerta di panggil pak sunami. Pak sunami adalah asli warga dusun kemiri songo desa lampeji kecamatan mumbulsari. Tepatnya rumahnya sekitar 300 meter kea rah timur SD Lampeji kecamatan Mumbulsari. Pak sunami memiliki 4 orang putra yang pertama bernama Sunami, ke dua Satimin, ketiga Siti Nurbiya yang bersuami Imam syafii tentara 509. Dan Ahmad yang memiliki putra Gus Oong dan Ustad Rosidi.

Pak sunami memiliki pekerjaan berdagang dibantu oleh menantunya yang bernama Pak Unda, dan memiliki pembantu yang bernama Sarmadin. Dalam lingkar rute perdagangan wuluhan, Jember, Mumbulasri. Beliau sering dititipi surat oleh tentara Indonesia untuk disampaikan kepada tentara dan pejuang Indonesia yang bermarkas di Batu Jubang. Demikian menurut saksi sejarah ( Ibu Siti nurbiya, putra sunami yang ke 3). Pak Sunami sering membagi bagi makanan untuk tentara dan pejuang Indonesia yang bermarkas di Batu Jubang dalam jumlah besar sampai rela menjual ternak dan tanahnya demi perjuangan para pejuang Indonesia di Mumbulsari pada saat. Itu. Pada saat tentara KNIL menyasar daerah kemiri songo lampeji, Sunami beserta istri dan anaknya yang bernama siti nurbiya pada waktu itu masih berumur sekitar 9 tahun berlari menuju markas bersama sarmadin dan Unda. Naas merekapun tertangkap di lereng gunung jubang sebelah selatan (daerah tamansari). Sarmadinlah yang pertama ketangkap dan di interogasi oleh tentara KNIL yang sedang mencari pejuang Indonesia. Sarmadin kemudian menunjuk P sunami sebagai pejuang Indonesia dan mengatakan bahwa sunami sering membantu logistic kepada tentara Indonesia. Sunamipun akhirnya di tangkap dan disiksa diikat kepada sebuah tiang dan di tembak, peluru tembakan itu salah satunya nyasar di dagu Siti nurbiya putranya. Sunami akhirnya meninggal. Menurut masyarakat setempat beliau pertama dimakampan di belakang masjid Desa Tamansari Mumbulsari yang akhirnya dipindah ke TMP Mumbulsari hingga saat ini. Karena partisipasinya tersebut Sunami pernah mendapat kepenghargaan dari presiden Suharto, tetapi keluarga tidak menyimpan dan lupa nama piagam tersebut. Ibu Siti Nurbiya putra yang ketiga dari Sunami yang ketika menjadi saksi sejarah peristiwa ini di unggah bersama tim Jurnalis SMA Negeri Mumbulsari dengan ibu Sulastri SP.d sebagai Pembina bersama camat Mumbulsari Joko Soponyono MM 10 Juli 2019 di kediaman ibu Siti Nurbiya. Kemudian ceritanya di pentaskan dalam drama kolosal kepahlawanan lokal Mumbulsari pada HUT ke 74 di lapangan kecamatan Mumbulsari pada saat upacara bendera 17 Agustus 2019 oleh gabungan Extrakurikuler jurnalis, tari dan teater hitam putih SMA negeri Mumbulsari, kemudian di ikuti penurunan paralayang yang membawa bendera merah putih dari batu jubang oleh siswa SMA negeri Mumbulsari bernama Ego Purnomo sebagai simbol kemerdekaan rakyat Indonesia di mumbulsari khususnya. Pada kejuaraan paralayang nasional 2019, ego masuk juara ke 4. Nurbiya meninggal dunia tanggal 19 februari 2020 setelah semua peristiwa kepahlawan lokal tersebut di dokumentasikan.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post