Sulikin, M.Pd

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

MURIDKU GILA

MURIDKU GILA

Siang itu saya kedatangan tamu alumni SMA N 1 Pekalongan tahun 1993. Dengan penampilan yang sederhana dan penuh senyum dia menyapa saya sambil berjabat tangan. 'Siang Pak, perkenalkan saya Fredy alumni tahun 1993" begitu dia memperkenalkan dirinya. Sambil saya persilahkan duduk, kami terlibat perbincangan yang cukup hangat dan penuh canda tawa.

"SMANSA makin maju ya pak

lingkungan sekolahnya juga sudah banyak berubah, bangunannya semakin megah dan prestasinya juga makin hebat". kata Fredi.

Perbincangan kami makin akrab dan Fresi terus menerus memuji almamaternya "Semua telah berubah, hanya satu yang tidak berubah, kewibawaan SMA N 1 Pekalongan. Setiap alumni yang masuk ke SMA N 1, pasti akan merasakan aura wibawa penuh kenangan" Begitulah kesan Fredy terhadap SMA N 1 Pekalongan.

Setelah berbasa basi kesana kemari, Fredy menyampaikan maksud kedatangannya. Dia ingin mengajak jalan jalan Bapak ibu guru karyawan yang dulu mengajarnya. "Saya ingin mengajak jalan jalan ke luar negeri semua guru yang dulu mengajar saya pak" begitu yang dia sampaikan. Dalam hati saya berkata, "anak ini nglindur kali, nggak ada angin nggak ada hujan, tiba tiba menawarkan angin syurga"

Rasanya saya percaya tidak percaya dengan apa yang diinginkannya. Karena untuk mengajak jalan jalan ke luar negeri pasti butuh biaya yang sangat banyak. Dia cerita lagi bahwa keinginannya ini sudah timbul sejak dia masih sekolah. Suatu saat kalau saya berhasil saya ingin mengajak Bapak ibu guru saya pergi jalan jalan ke luar negeri. Semangat itu yang menjadikan dia sekarang menjadi pengusaha kabel FO bawah laut yang cukup berhasil.

Ternyata dia sangat serius dengan keinginannya.

Tiga bulan berlalu, hari ini tanggal 20 September 2017, kami bersama dengan 65 guru berangkat ke Kualalumpur Genting Singapura selama 5 hari. Semua gratis dengan fasilitas kelas satu.

Mungkin 100 tahun yang akan datang, kami tidak menemukan lagi mantan murid gila seperti Fredi. Semoga sukses Fred, doa kami selalu bersamamu.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

di tunggu cerita di luar negerinya

21 Sep
Balas

Hahahaha....siaaap

21 Sep
Balas

Hahahaha....siaaap

21 Sep
Balas

100 th lg, mungkin sulit menemukan mantan murid spt dia....ketulusannya.

22 Sep
Balas

Semua diurus oleh biro yg ditunjuk oleh ybs. Dan yg berangkat sebagian besar guru yg sudah pensiun....insya allah tdk mengganggu pelajaran.

22 Sep
Balas

Tuku sepatu karo raket mumpung ono seng mbayari..

21 Sep
Balas

Saya yang temannya ikut bangga.... Bravo alumni smansa 93

21 Sep
Balas

Saya yang temannya ikut bangga.... Bravo alumni smansa 93

21 Sep
Balas

Smoga smakin banyak murid yang bener2 mengerti jasa guru2 mereka dan meskipun hanya doa yang mereka ucapkan itu sangat berarti....

25 Sep
Balas

Pak Sulikin ...mau tahu apa jawaban si Fredy???? Ini curhatannya pada saya Melihat seorang guru seperti melihat sebuah masa depan cerah yang telah dijanjikan untuk dunia ini. Ingatkah kita ketika Jepang pernah hancur? Jepang saat itu lumpuh total, Kaisar Hirohito mengumpulkan semua jendral masih hidup dan menanyakan kepada mereka “Berapa jumlah guru yang tersisa?”. Betapa bernilainya seorang guru di mata Kaisar saat itu sama seperti betapa bernilainya guru saat ini. Jepang menjadi negara maju seperti saat ini tak lepas dari pengaruh dan campur tangan guru. Bp Sulikin M.pd mungkin “khilaf” dan “kurang bercermin” ketika menulis bahwa saya “murid gila”, jelas jelas yg gila itu adalah Bapak, Bapak Ibu guru SD Sampangan, SMPN1 dan SMAN1 saya yg secara “sembrono” mengabdikan diri lebih dari separuh usianya dari muda beberapa sampai pensiun, berusaha membuat saya sebagai salah satu muridnya dan banyak murid-murid yg lain menjadi orang sukses dan berhasil. Yg “gila” itu adalah Bapak Ibu guru yg mengabdi di sekolah-sekolah, madrasah, PAUD, baik di kota, di daerah dan daerah terpencil dengan gaji pas pasan dan herannya masih mau ngajar, itu baru gila!!! “Kegilaan” para guru itulah yg membuat saya ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada guru saya dengan mengajak berwisata bersama, melalui tulisan Bp Sulikin yg saya pikir “ah palingan bocor halus” eh malah “mbledos” jadi viral dan ….. malah saya yg dipuji (kalau guru yg memuji saya terima deh), dikasih sanjungan teman-teman dan berbagai pihak “…hebat kamu Fred..”, “….salut sama kamu…”, “…kamu luar biasa…”, beberapa hari ini saya mencoba dengan sekuat tenaga berusaha menerima pujian-pujian itu, ngga tau bagaimana tapi mulai dari rasa segan sampai perasaan malu selalu muncul tiap kali ada pujian disampaikan, tetapi pada akhirnya hati nurani saya tidak bisa menerima sanjungan tersebut. Saya harap saya cukup sebagai inspirasi saja dan tidak lebih, juga kiranya teman-teman di medsos tidak lagi membahas Fredy nya, dan saya ingin mengembalikan pujian teman-teman kepada yg lebih layak menerimanya yaitu Tuhan dan juga dalam hal ini guru-guru saya. Harusnya “… hebat guru kamu Fred..” , ”…salut sama guru kamu…”, “… guru kamu yg itu top bgt ..” Cukup bagi saya menjadi alumni yg bisa bahagia menikmati air mata yg menetes ketika melihat foto-foto dan video gurunya yg tertawa lepas dan bahagia menikmati waktu berwisata bersama-sama yg mungkin jarang didapat selama aktif mengajar, saya bisa menangis terharu, saya bisa memeluk guru saya, ketawa ketiwi, meminta selfie, memposting foto saya bersama guru, tanpa saya “diganggu” oleh puja puji yg tidak sepatutnya saya terima, apalagi secara akademis saya tidak pantas jadi panutan, asal tahu saja jenjang S1 pun saya tidak lulus, dan akhirnya sekarang saya bekerja jadi seorang Sales Engineer di sebuah perusahaan internet. Saya tidak tahu apakah tulisan saya ini masih diperhatikan atau tidak, mengingat tulisan di koran online sudah terlanjur tersebar dan viral ke mana-mana, di mana saya yg malah menjadi subyeknya, analoginya ada orang hampir tenggelam ditolong, eh malah yg disanjung bukan penolongnya malah orang yg hampir tenggelam tsb yg disanjung, kan ngga lucu. Mudah-mudahan melalui postingan ini teman-teman bisa mengurangi pembicaraan mengenai saya, dan berbicara lebih mengenai kenangan atau sesuatu yg berkesan selama diajar oleh para guru, atau komentar saat guru berwisata, intinya subyeknya adalah “THE TEACHERS” dan bukan saya.

27 Sep
Balas

Sip

27 Sep

saya kok malah meneteskan air mata membaca postingan Mas Fredy

28 Sep

Saya malah teman sekelasnya.... bangga banget

21 Sep
Balas

Bagaimana mengurus ijin pergi ke LN 65 org disaat jam dinas hari efektif bukan masa liburan. SAMA 1 ditinggalkan oleh 65 org masa HR efektif. Benarkah 20 September Berangkat s.d tgl brp. Cerita luar biasa oleh guru luar biasa dibiayai oleh siswa/alumni yg luar biasa. Sekedar koreksi utk mencegah kecurigaan org yg baca. Disertakan tgl berangkat n pulang serta kondisi sekolah saat ditinggal 65 org. Trims

22 Sep
Balas

Saya alumni 1982 ikut bangga dng keberhasilan guru, siswa SMA 1. Saya Alhamdulillah cukup sukses n mengamalkan ilmu dari SMA 1 semoga bisa berbakti kpd guru dng kirim doa yg masih hidup atau yg sdh almarhum. Tmn2 ada di Gapalga 1982.

22 Sep
Balas

mas Fredy... anda sudah terlanjur menjadi tokoh dalam alur berita yg sudah viral ini.. SALUU..UUTT buat anda.

27 Sep
Balas

Tapi orangnya malu....itu yg dikatakan kepada saya... Bukan sanjungan seperti ini yg diharapkannya....dan saya tau betul ketulusan seorang fredy teman saya....

27 Sep

itulah yang namanya KETULUSAN fredy...

29 Sep
Balas

My dream future~ Aamiin

30 Sep
Balas

Luar biasa gilanya

10 Oct
Balas



search

New Post