Sulistari Rahayu

Guru PAI SD. Tinggal di Jatilor Kecamatan Godong Grobogan Jawa Tengah. Suka menulis tetapi lebih sering menulis puisi....

Selengkapnya
Navigasi Web

Perjalanan ke Desa

Di sebuah desa nampak asri dengan pemandangan yang menyejukkan mata. Tanaman hijau menghiasi di sepanjang jalan. Sawah sawah terlihat seperti lapangan dengan hijaunya tanaman padi. Walau pun di desa, tapi di sepanjang jalan terlihat hilir mudik kendaraan. Sepeda motor dan mobil pick up pengangkut sayuran yang mendominasi. Namun cukup membuat jalanan padat di pagi hari.

"Bagaimana, suasanya nyaman kan?" Tanya ibu Soraya pada anak gadisnya.

"Hmm, sama saja," jawab gadis cantik yang malah memejamkan matanya. Ia seakan pasrah dengan takdir hidupnya. Walau hati masih tidak rela, namun apalah daya jika Sang Ayah sudah berkehendak. Ia hanya mampu menahan sesak dan kecewa yang mendalam.

"Emm, maafkan kami ya, Nak. Ini semua demi kebaikanmu. Dan ibu yakin, suatu saat kamu pasti akan mengerti alasan kami berbuat seperti ini. Ibu sangat menyayangimu, sayang.." kata sang ibu seraya mengusap kepala anaknya dengan lembut.

Di balik kemudi, sang Ayah pun tak kuasa menahan rasa. Entah apakah keputusannya ini benar atau salah, ia sebenarnya juga tidak tahu. Karena pada saat itu, yang terlintas di benaknya adalah bagaimana caranya anak semata wayangnya bisa berubah. Dan yang terpikirkan saat itu adalah tempat ini. Tempat kelahiran sang istri yang menurutkan cocok untuk anaknya yang dirasa perlu ada ekstra bimbingan. Dan kasih sayang. Sebenarnya ia sayang menyayangi anaknya, apalagi anak satu satunya. Namun, dikarenakan terlalu sibuk mengejar rupiah, ia sampai tidak sempat untuk memperhatikan kehidupan anaknya. Karena awalnya, ia kira dengan setiap hari diberikan uang saku yang lumayan banyak dan selalu mencukupi kebutuhan keseharian anaknya, ia pikir itu sudah cukup. Ternyata, banyak materi tidak menjamin kebahagiaan anaknya. Anaknya semakin hari malah semakin liar menurutnya. Kelelahan akibat sibuk bekerja membuatnya terus merasa emosi dan melampiaskan amarahnya kepada sang istri. Padahal, sang istripun sama halnya seperti dirinya. Wanita karir yang jarang pula memikirkan dirinya yang juga seorang ibu. Hal itulah yang menjadi alasan kenapa setiap hari mereka selalu ribut di pagi hari maupun di malam hari. Tidak ada yang mau mengaku salah. Semua beralasan karena sibuk dan sibuk. Dan malah saling melempar tanggungjawab serta menyalahkan satu sama lain.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post