Sulistiana

Saya Sulistiana guru Bk di SMA N 1 Kebomas Gresik. Salam Kenal ...

Selengkapnya
Navigasi Web
GAGAL NAPAS

GAGAL NAPAS

GAGAL NAPAS

Gerimis yang turun sejak sore, membuat semua orang lebih memilih berada dalam rumah. Bercengkrama dengan berbagai hidangan hangat yang menggembirakan. Hingga larut malam hujan belum juga reda. Menyelimuti malam dengan rintik yang menimbulkan udara segar. Malam mencekam dalam hening yang sepi.

Tetapi suasana itu pecah menjadi keributan kecil. Salah satu rumah megah yang tenang karena hanya berpenghuni tiga orang: suami, istri dan anak yang berangkat remaja, menjadi panik karena salah satu anggota keluarganya mendadak susah bernapas.

"Ayah mengapa? Apa kesedak?" tanya sang istri dengan nada panik, yang terbangun saat mendengar sang suami terjaga dengan napas tersengal-sengal.

"Entahlah, tiba-tiba berat dadaku dan susah bernapas," terang sang suami dengan susah payah. Tangannya menekan dada dengan punggung membungkuk.

Maka kepanikan langsung menjelma. Bergegas sang istri membantu suaminya untuk kembali berbaring dan membuka baju serta lilitan sarung di pinggang. Saat itu sang istri mengetahui bahwa suhu tubuh sang suami sangatlah dingin. Keresahan menyergap yang membuatnya berteriak kencang.

"Tiara...Ra....," teriak sang Istri pada anak semata wayang yang duduk di kelas akhir SMA. Tapi sang anak tidak cepat mendekat. Maklum waktu sudah merangkak menuju malam dan menunjuk pukul 12.00 WIB. Waktu orang terlelap dalam tidur di malam yang masih turun hujan. Lagipula berteriak dengan kamar tertutup pada kamar lain yang juga tertutup tidak akan membuahkan hasil.

Sang istri semakin panik. Dia melihat sang suami yang mulai bernapas melalui mulut yang terbuka lebar, tetapi seolah tak memberi hasil. Perlahan wajah suami menjadi gelap kebiruan dengan tarikan napas melemah.

"Mama memanggilku?" tanya seorang remaja cantik berbaju baby doll dengan mata menahan kantuk. Seolah mimpi dia mendengar mamanya memanggil.

"Bantu Mama mencari minyak kayu putih dan oleskan pada dada serta punggung Ayah. Mama akan mencari bantun pada pamanmu."

Kesibukan memecah malam. Tanpa mengulang perintah, Tiara langsung mengerjakan. Rasa panik dan khawatir mengikat derai rintik hujan. Tak lama kemudian sebuah mobil melaju kencang membelah kesunyian.

"Kau di rumah saja bersama Bulek, Mama menemani Ayah ke rumah sakit," ujar sang Mama sembari mendorong putrinya menjauh dari pintu mobil dan menutupnya dengan keras. Dia tak mau sang putri melihat Ayahnya yang seolah tak lagi bernapas dengan wajah yang membiru gelap.

"Ayah, Mama..., aku ikut," teriak Tiara yang merasa akan terjadi sesuatu. Badannya meronta dalam dekapan sang Bulek yang menarik setengah paksa dan menuntunnya masuk dalam rumah. Hujan menjadi saksi pecahnya tangis remaja yang takut kehilangan.

"Bersabarlah, hujan malam-malam begini sumber penyakit," bujuk sang Bulek sambil memeluk remaja yang sudah bersimbah air mata itu dan mencarikan sebuah handuk.

Waktu menjadi tak berputar, Tiara menunggu telepon yang mengabarkan keadaan sang Ayah. Mata tak henti menangis di pelukan Bulek, sambil terus menerus memanggil Ayahnya. Rasa takut mengikat dalam gelisah yang menyiksa.

"Tenangkan dirimu. Berdoa dan pasralah. Kita hanya mausia yang tak lepas dari segala ketentuan-Nya!" hibur Bulek. Dia merasa tak tega pada anak angkat kakaknya itu. Tiara diasuh sang kakak sejak berusia tiga bulan. Orangtuanya adalah keluarga jauh yang miskin dan merelakan Tiara menjadi anak angkat keluarga kaya raya dan dermawan.

Tak berapa lama yang ditunggu menjadi kenyataan. Terdengar keras dering telepon rumah mengagetkan Bulek dan ponakan. Keduanya berlari bersamaan menuju sumber suara. Bergegas dan gugup Tiara meraih gagang telepon dan menempelkan pada telinganya. Hatinya berdegup sangat kencang. Sedetik kemudian terdengar dia berteriak yang menyayat hati.

"Ayah...," teriak remaja itu dengan tubuh berguncang keras, terlepas gagang telepon dari tangannya. Sang Bulek menatap kacau dan meraih gagang telepon dengan segera. Hatinya dapat merasakan yang sedang terjadi.

"Assalamualaikum, Mas," suara sang Bulek menggantika Tiara. Suami yang saat itu menelepon menyampaikan kabar tentang kakak iparnya.

Sang Bulek manggut-manggut. Di ujung sana suami bercerita kalau kakak ipar mengalami kegagalan bernapas sehingga oksigen tidak berjalan dengan lancar dan mengakibatkan berhenti detak jantungnya.

"Innalillahi Wainnaillaihirojiuun," bisiknya seiring airmata yang menetes perlahan.

"Mbak Ika bagaimana? Jagain dia. Semoga sabar dan ikhlas," bisik Bulek dengan suara bergetar. Dia tak mampu membayangkan penderitaan kakaknya itu. Bertahun mengarungi bahtera hidup tanpa keturunan, membuat mereka sangat dekat satu sama lain. Tiara hadir menyinari rumah mewahnya, tetapi semua orang dapat melihat bahwa suami-istri itu bagai ikatan jarum dan benang. Tak terpisahkan dan selalu bersama. Kini harus berjalan seorang diri. Meski ada Tiara, Bulek dapat merasakan penderitaan hati sang kakak.

Ternyata kepergian kekasih hati lebih menyiksa daripada penyakit jantung koroner yang dideritanya. Kerinduan dan rasa cinta menyiksa dan melemahkan tubuhnya.

"Aku titip Tiara. Tolong jaga dia. Aku tak mampu melanjutkan hidup tanpa kekasihku," bisiknya lemah pada sang adik. Napasnya mulai tersengal sebagai sang suami saat hendak melepas dunia. Di sampingnya Tiara sudah meradang menahan takut yang terulang.

Allah telah mengabulkan doa untuk selalu bersama sehidup-semati. Hari keenam menjelang selamatan tujuh hari suami, menghembuskan napas dengan senyum bahagia. Meninggalkan satu-satunya puteri yang tak terlahir dari rahim sendiri. Gagal napas mengembalikan pasangan suami-istri kepada sang pencipta. Innalillahi Wainnaillaihirojiuun.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Sedih

12 Nov
Balas

Hehehe...barokallah...

14 Nov

Inalillahi wa innaillahi rojiun. Kereeen cerpennya, Bunda. Salam literasi

12 Nov
Balas

Alhamdulillah...terimakasih...

14 Nov

Kisah yang mengharu biru,, Keren menewen,,, bikin ikut termewek2,,, Sukses selalu mbak,,

12 Nov
Balas

Alhamdulillah...terimakasih yaa..

14 Nov

Keren.. Bunda... Barokalloh...

15 Nov
Balas

Terimakasih ya Bu..

13 Dec

Alhamdulillah...semoga temannya husnul khotimah yaa...aamiin..

14 Nov
Balas

BAGAIKAN KISAH SESUNGGUHNYA..SEKITAR 40 HARI YANG LALU..SEORANG TEMAN KEHILANGAN AYAHDAN IBUNYA SELANG SEHARI...MIRIP KISAH DIATAS..MESKIPUN PENYEBABNYA ADALAH..PANDEMI INI...COVID MEMANG KEJAM.SEMOGA KITA SELALU DIBERFIKAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN OLEHNYA

12 Nov
Balas



search

New Post