Sulistiana

Saya Sulistiana guru Bk di SMA N 1 Kebomas Gresik. Salam Kenal ...

Selengkapnya
Navigasi Web

MUSIM PENGHUJAN KALI INI

Vista menatap hampa. Seraut wajah yang tertawa lepas, menyisakan luka teramat perih di hatinya. Foto yang terpampang pada gawainya itu, telah membunuh habis harapannya.

Vista mengenal Virgo sejak SMP. Keduanya teman satu kelas. Pemuda tinggi jangkung dengan senyum tipis yang kaku, begitu kesan Vista. Tapi entah apa yang membuat Vista merekam pemuda itu pada memorinya. Rekaman spesial.

Mereka berpisah tanpa kesan. Tak sekali pun bersua saat lanjut SMA, padahal keduanya satu kota. Dan bertemu kembali secara tidak sengaja setelah sekian tahun. Keduanya bertemu saat sedang menonton lomba bela diri, setelah sama-sama menempuh pendidikan tinggi yang berbeda di kota Malang.

"Vista, ya?" sapa sebuah suara. Vista menoleh. Tak membutuhkan waktu lama baginya untuk mengenali sosok di depannya.

"Virgo? Kau di Malang juga? Turun juga ya? Kelas apa?"

"Wow, banyak sekali pertanyaanmu,"

Lalu keduanya tertawa bersama.

"Aku tidak turun. Kebetulan mendampingi anak didikku bertanding di kelas A,"

"Pelatih dong? Keren,"

"Ah, biasa aja. Kamu?"

"Hanya suporter aja. Udah lama gak berlatih. Paling sesekali jika sedang rindu berlatih," jawab Vista sambil berdecak kagum.

"Kau makin keren aja," pujinya langsung. Virgo hanya tertawa. Dari dulu seperti itu. Virgo pendiam dan sok acuh pada teman wanita. Padahal dia keren sejak dulu. Vista sempat memberinya perhatian, tapi Virgo tampak acuh tak acuh. Hal itu membuat Vista menjauh. Tapi Vista tahu pasti, Virgo sangat menarik perhatiannya.

"Kau tampak berbeda dari saat SMP," lanjut Vista saat keduanya melanjutkan perbincangan di kantin, sebelah gedung olahraga tempat berlangsungnya lomba.

"Berbeda bagaimana. Aku tetap seperti yang dulu. Ya, begini,"

"Tidak! Kau yang sekarang tampak lebih hangat. Dan tampan!"

"Hahahaha, kau tidak berubah. Suka ceplas-ceplos dan gombalin cowok,"

"Begitu, ya. Aku begitu menurutmu?"

"Iya. Ingat saat SMP. Kau gombalin aku. Dulu aku begitu pemalu dan tak berani menjawab,"

"Bukan pemalu. Cuek, itulah dirimu!"

"Hahaha...," Virgo tertawa lebar, membuatnya tampak semakin tampan. Sejenak Vista menikmati pemandangan indah di depannya.

"Hai, kau lihat apa?" sentak Virgo, membuat Vista geragapan tak bisa menjawab.

"Kalau sekarang, jangan coba-coba gombalin aku,"

"Kenapa?"

"Aku akan membalasnya. Mau coba?"

Vista terperangah. Virgo benar-benar bukan pemuda tempo dulu yang culun dan sok alim. Dia telah menjelma menjadi pemuda jenaka dengan ketampanan yang mempesona. Apalagi badannya yang sport, semakin menambah pesonanya.

"Kau selalu memikat di mataku. Jika saat itu aku melewatkanmu, mungkin tidak untuk saat ini," goda Virgo dengan berani yang membuat memerah pipi Vista.

"Kau?"

"Hahaha.... Lihat pipimu, merah!" serga Virgo dengan tawa yang kencang. Vista terkejut. Virgo benar. Dia merasa wajahnya terbakar dengan gombalan Virgo.

Itulah pertemuan yang berlanjut dengan chatingan. Melalui hubungan chat keduanya makin dekat dan mesra. Keduanya suka bercanda. Beradu gombal-gombalan. Keduanya menemukan kecocokan baik itu minat maupun pandangan tentang kehidupan. Bahkan saat terjadi perselisihan pun, keduanya tetap mesra. Tak ada pertikaian diantaranya.

//Tumben, hanya kau baca chat-ku//

Begitu bunyi chat Virgo saat Vista tengah asyik membaca ulang percakapan mereka. Vista suka sekali membaca percakapan yang telah terjadi. Dia bahkan tidak menghapus sama sekali chat yang pernah ada.

Sejenak Vista membaca chat yang baru saja masuk. Berulang kali dia lakulan dengan hati berdebar. Vista merasa ada nada kerinduan pada chat itu. Vista mencoba meyakinkan diri bahwa diantara mereka memiliki perasaan yang sama.

/Terimakasih, telah menceriakan hari-hariku//

Vista menjawab dengan sebuah kode. Dia berharap Virgo memahami kode yang diberikan.

Sesaat tidak ada jawaban. Vista menunggu dengan hati berdebar kencang.

5 menit!

10 menit!

20 menit!

Vista putus asa. Badannya tengkurap. Tak lama airmata jatuh membasahi pipinya. Antara rindu dan harapan berbalas cinta. Vista merasa telah jatuh cinta kepada Virgo.

"Drtttt, drrrttttt,"

Vista melihat gawainya bergetar hebat. Bergoyang ke kiri dan kanan. Berputar seirama getar panggilan masuk. Penuh rasa malas dia meraih gawai itu. Dan matanya terbeliak saat mendapati wajah Virgo memenuhi layar gawainya. Sebuah panggilan video call.

"Hai!" sambutnya buru-buru takut nada deringnya mati.

"Kenapa tidak balas chat ku," tanya Virgo dari seberang. Vista tak mampu menjawab. Setiap berhadapan dengan Virgo, dia hanya merasa terpanah dengan debar jantung tak beraturan.

Virgo mengajaknya bertemu di salah satu kafe.

"Aku ingin menyampaikan sesuatu," kata Virgo lirih. Tapi tidak bagi Vista. Kalimat itu terdengar jelas di telinganya. Seolah sebuah harapan akan balasan perasaan yang terpendam selama ini.

Diiringi hujan rintik di bulan Oktober, Vista melaju pada satu alamat yang dishare oleh Virgo. Hari menjelang senja. Jas hujan yang dipakainya berkibar kencang, sekencang laju motor yang dilarikannya.

Sesaat sampai di lokasi, tidak sulit baginya menemukan sosok Virgo meski saat itu tengah membelakanginya. Badannya yang tinggi besar dengan kaos berwarna merah darah bermotif garis mendatar, membuatnya terpaku di tempat. Vista mencoba mengatur debar jantung yang memburunya.

/Jangan norak!/ hatinya berdesis lirih.

Ini merupakan pertemuan kedua setelah pertemuan pertama yang tidak sengaja. Selama tiga bulan selanjutnya keduanya hanya aktif bertegur sapa melalui DM. Tetapi Vista merasa percakapan di gawai seolah sudah selama tahunan. Bahkan seolah sejak lulus SMP. Dan kini saatnya mendapat kepastian.

"Hai," sapa Virgo yang membalikkan tubuhnya. Batinnya dapat merasa jika Vista telah berada di belakangnya. Tergugu tanpa suara Vista mengiringi langkah Virgo yang menjemputnya, menuju tempat duduk pesanan Virgo.

"Kau sakit? Wajahmu pucat sekali,"

Vista terkejut. Dia menangis terlalu lama dan lupa cuci muka sehingga kantung mata bekas menangis mampu membiaskan kepucatan pada kulit wajah putihnya.

Sejurus kemudian Virgo tampak mengajaknya bercanda, tetapi Vista tak mampu merasakannya. Dia tak memberi respon sebagaimana biasa. Ada gelisah yang tetiba datang menyergap dan menguncinya dalam satu rasa yang mencekam: rasa takut! Tetiba Vista merasa takut kehilangan Virgo.

"Vis, aku sayang padamu,"

Kalimat itu lepas dari bibir Virgo begitu saja. Virgo tak lagi mampu menahannya meski itu menjadi tanda berpisah bagi keduanya.

Secara perlahan dan terbata Virgo bercerita bahwa dia telah memiliki tunangan. Hasil perjodohan orang tua. Vista melongo mendengarnya. Virgo berucap sayang dan selamat tinggal dalam waktu yang bersamaan. Vista tak mampu merasakan apapun saking terlukanya. Hanya airmata yang deras menandakan luka hati yang teramat dalam.

"Maafkan aku telah menyayangimu di saat tak mampu memilihmu. Aku hanya berharap satu hal, kamu adalah jodoh dan takdirku. Aku tak berani meninggalkannya karena telah berjanji untuk menjaganya. Tapi dia belum menjadi takdirku sebelum ijab kobul. Dan aku berharap kau yang akan menjadi pasanganku,"

Kalimat itu lirih dan penuh rasa sakit. Tapi Vista lebih terluka. Mimpi yang telah dibangunnya menjadi kandas begitu saja. Virgo bukanlah mimpi yang menjadi nyata.

Vista kembali ke kos di saat hujan sedang menggila. Virgo tak mampu mencegahnya. Vista berontak dari pelukan Virgo, saat pemuda itu menahannya untuk tidak pergi.

Bersama deru hujan Vista menerobos gelapnya malam. Airmatanya bersaing dengan derasnya hujan. Ujung air hujan yang tajam, tak lagi terasa menyakitkan di wajah dan kulitnya. Ada rasa sakit lain yang lebih dirasakan, yang membuatnya berteriak dalam deruhnya hujan. Teriakan perih. Luka hati itu tak mampu dikendalikannya. Penghujan kali ini telah membunuh asahnya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Terimakasih dukungannya pak...barokallah...

22 Oct
Balas

Wah mantab cerpennya bu. Salam sukses selalu, tetap semangat dan salam literasi

22 Oct
Balas



search

New Post