Mengajar di pedalaman itu penuh tantangan. Guru harus memutar otak supaya anak-anak tertarik dengan pembelajaran. Disisi lain, guru dihadapkan dengan minimnya failitas yang ada. Listrik sering menjadi kendala. Berbagai media menarik yang tersimpan di laptop menjadi tak berguna. Namun keterbatasan tak lantas membuat pasrah. Semangat harus tetap membara demi anak-anak bangsa. Memang terkadang pikiran jenuh muncul, namun tak sampai membuatku putus asa.

Di waktu luang. Aku mencoba mencari ide untuk membuat media pembelajaran sedrhana. Pikiranku tertuju pada sebuah kartu remi. Menurut pengamatanku, mayoritas warga desa hobi bermain kartu. Kala waktu luang mulai anak-anak hingga orang dewasa sering bermain kartu. Bukan berjudi, namun dengan cara memberi hukuman yang kalah. Dengan cara menggantungkan batu atau benda lain di telinga.

Dari situ aku mendapatkan insprasi untuk membuat sebuah media. Namun bukan dari kartu remi, melainkan kartu domino. Aku menamainya kartu pintar. Media pembelajara kartu pintar merupakan modifikasi dari permainan kartu domino. Kartu pintar terdiri dari dua bagian. Bagian atas berisi jenis norma dan bagian bawah adalah kata kunci. Bisa berisi pegertian, contoh norma, sumber norma, sanksi norma dan lain-lainya.

Media ini dapat dimainkan oleh perorangan maupun berkelompok. Namun untuk membiasakan peserta didik bekerjasama, serta menciptakan suasana yang seru dan kompetitif di kelas. Media ini harus dimaikan secara berkelompok. Peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok. Masing -masing terdiri dari 4 orang. Setiap kelompok menerima 1 kotak berisi 20 lembar kartu pintar. Selanjutnya kartu dikocok agar urutanya bisa acak. Kemudian siswa mebagi kartu kepada seluruh anggota kelompok secara merata hingga kartu habis. Selanjutnya siswa mulai menyusun kartu tersebut, membentuk pola lingkatan sampai semua kartu habis.

Dalam menyusun kartu ini siswa tidak berlomba dengan teman satu kelompok seperti halnya permainan kartu domino. Namun berlomba dengan kelompok lain. Peserta didik harus bekerjasama dengan kelompoknya agar mereka bisa menyusun kartu itu dengan cepat dan benar. Permainan ini menuntut mereka harus menguasai materi norma dan keadilan dengan baik sebelum bermain. karena jika mereka tidak menguasai materi, maka permainan pasti akan berjalan alot. Semakin baik penguasaan materi mereka semakin cepat juga mereka menyelesaikan permainan.

Media pembelajaran kartu pintar membuat peserta didik mengikuti kegiatan pembelajaran dikelas dengan aktif dan menyenangkan. Dengan media ini tidak ada siswa yang duduk diam melihat maupun mendengar saja. Setiap peserta didik harus aktif mencari pasangan kartu mereka. Jika ada satu saja peserta didik yang tidak aktif. Maka permainan dalam satu kelompok tidak akan berjalan. Mereka akan kalah dengan kelompok yang lain.

Dalam memainkan kartu peserta didik juga harus jeli. Diperlukan kejelian dalam menyadingkan atau mencari pasangan kartu. Agar tidak salah. Untuk itu, peserta didik harus menguasai empat macam norma dengan baik. Pengertian norma, macam-macam norma, sumber norma, sanksi pelanggar norma, serta contoh perilaku yang sesuai dan tidak sesuai dengan norma.

Suasana permainan yang menyenagkan ini membuat mereka lupa bahwa mereka telah melaksanakan proses pembelajaran dan mendapatkan banyak hal dari proses belajar menggunaka kartu pintar tersebut.

Mengajar di daerah pedalaman memang tidak mudah. Hambatan dan rintangan selalu datang menghadang. Namun jangan sampai semua itu melemahkan semangat. Apalagi sampai putus asa. Karena jika itu terjadi. Pada siapa lagi anak-anak di pedalaman akan akan menaruh harapannya.