Sulistyowati

Sebagai guru MTsN 1 Banyuwangi, menyelesaikan pendidikan S-1 di IKIP PGRI Banyuwangi dan menyelesaikan pendidikan S-2 di Universitas Negeri Gorontalo Beberapa ...

Selengkapnya
Navigasi Web

MERAJUT ASA

Waktu pengumuman kelulusan telah tiba, semua siswa menanti dengan penuh ketegangan. Di lapangan olah raga kepala sekolah memberi sambutan, tepuk tangan para siswa membahana, tatkala kepala sekolah mengumumkan beberapa prestasi yang diperoleh oleh siswa kelas 3 sesuai hasil ujian akhir nasional. Dengan berakhirnya sambutan kepala sekolah maka pengumuman kelulusan kelas tiga perlahan-lahan mulai dibuka dengan aba-aba satu, dua, tiga. Layar terbuka dan seluruh siswa berhamburan menuju papan pengumuman kelas masing-masing. 

“Tyas …aku lulus” kata Tody. “Bagaimana dengan kamu…aku yakin pasti kamu lulus” lanjut Tody sambil berteriak. “ Ya …aku juga lulus”,  jawab Tyas setengah berteriak juga. “Ayo kita temui teman-teman kita yang lain” Kata Tody sambil menarik tangan Tyas menuju lapangan olah raga di sisi sebelah utara.

Ternyata di tempat ini sudah banyak teman Tyas dan Tody yang lebih dulu sampai. Akhirnya mereka berdelapan saling berpegangan membentuk lingkaran mengucapkan yel-yel khas mereka sambil berputar- putar sebagai ungkapan kegembiraan mereka.

Pesta corat-coretpun dimulai, mereka sudah mempersiapkan cat pylox dan spidol warna-warni untuk membuat tulisan di baju kebesaran mereka putih abu-abu. Suatu kalimat " I Love You" tertulis indah di baju Tyas. Dan sebuah nama tertulis di bawahnya Tody. Putih abu-abu kini sudah berubah warna dan mereka hendak berkonvoi di jalan raya untuk merayakan kelulusan mereka.

Suara knalpot sepeda motor seolah memekakkan telinga, menderu-nderu memenuhi angkasa, asap tebal kanlpot memenuhi jalan sepanjang yang mereka lalui. Lebih dari 40 motor berkonvoi di jalan raya, mereka berteriak-teriak, entah kalimat apa yang mereka ucapkan. Semua berbaur dengan riuh dan bisingnya suara knalpot. Tiba-tiba terdengar suara sirine dari arah belakang, mereka mengetahui kalau itu adalah mobil polisi yang berpatroli. Salah seorang dari mereka berteriak-teriak memberitahu, “kabur….kabur ada polisi”, sampai berulang-ulang. Di antara mereka yang mendengar langsung tancap gas agar tidak ditangkap polisi, akhirnya terdengar suara benturan brak… dari beberapa motor dengan kerasnya. Tak terhindarkan lagi enam sepeda motor mengalami kecelakaan. Dengan kejadian itu semua siswa kelas tiga yang ikut konvoi dikenai sangsi ditahan di kantor polisi.

Sementara siswa yang mengalami kecelakaan dibawa ke rumah sakit terdekat. Mereka tidak bisa pulang kalau tidak dijemput oleh orang tua dan harus menandatangi sebuah pernyataan. Tak terkecuali Tyas. Tyas harus berurusan dengan bapaknya yang seorang tentara. “ Bapak sudah bilang sama kamu jangan ikut-ikutan konvoi, tapi kenapa kamu masih melanggar larangan Bapak” Dengan wajah memerah Bapaknya Tyas mengucapkan kalimat tersebut. Tyas tidak berani menjawab apalagi memberi alasan. ”Bapak malu nduuk.. kok kamu tidak bisa jadi contoh” lanjut ucap bapaknya. 

Beberapa hari kemudian, Tyas minta ijin kepada ibunya pergi ke sekolah untuk mengembalikan buku perpustakaan. Tak sengaja Tyas bertemu dengan Tody yang berjalan menggunakan kruk penyangga. Dalam kesendiriannya Tyas bergumam, ”apa yang terjadi pada Tody?”. Setelah mereka berpapasan, “Tody….waktu kecelakaan itu hari salah satunya kamu ya..”, tanya Tyas. “ Ya…”sambil berlalu Tody menjawab pertanyaan Tyas. Tyas mengejar Tody, dari jawaban Tody, Tyas merasa kalau Tody sedang marah kepadanya. “Maaf ya ..sehabis kejadian itu aku tidak diijinkan bapak keluar rumah” jelas Tyas.

“Gak apa-apa, justru aku yang harusnya minta maaf kepadamu karena sudah mengajakmu konvoi” jawab Tody. “Bagaimana kondisimu saat ini Tod?”, Tanya Tyas penasaran. “Sudah mendingan aku sudah bisa jalan dan lukaku juga sudah mulai mongering” jawab Tody. Rupanya Tody sudah tidak seketus tadi menjawab pertanyaan Tyas.

Akhirnya mereka berjalan beriringan menuju gedung perpustakaan. Tyas menyesali kejadian  kecelakaan yang mengakibatkan Tody terjatuh saat berkonvoi naik motor.  “Gak perlu saling menyalahkan kita semua salah, kalau kita mematuhi larangan kepala sekolah untuk tidak konvoi, mungkin ini tak akan terjadi” sanggah Tody dengan bijaknya.

Seminggu telah berlalu saat Tyas bertemu Tody saat pengembalian buku di perpustakaan. Sambil tersenyum tipis Tyas membaca tulisan yang tertera di baju seragam putih abu-abunya. Dan tak terasa air mata Tyas menggenang di pelupuk matanya, membayangkan kejadian yang menimpa Tody saat setelah menuliskan kalimat di bajunya. Sesegera mungkin ia menyeka airmatanya, takut kalau ada yang melihatnya, biarlah hanya  dia  yang tahu apa yang ada dalam hatinya. 

Berkali-kali  Tyas membaca tulisan itu di bajunya. Mungkin memang kamu hanya akan menjadi kenangan sama seperti baju putih abu-abu ini. Terima kasih telah memberi warna dalam perjalananku selama aku sekolah di SMA ini. Tyas melipat baju putih abu-abu kebanggaanya untuk disimpan dalam almari bajunya.

 Pendaftaran kuliahpun tiba, Tyas dengan beberapa temannya termasuk Tody mendaftarkan diri di salah satu universitas negeri yang dekat dengan daerahnya. Akhirnya mereka berdelapan mendaftar dan membayar biaya pendaftaran lewat salah satu bank milik negara. Dalam suatu perjalanan tak sengaja Tyas mendengar kalau Tody menyampaikan ke teman di dekat tempat duduknya "masak dari awal masuk sampai keluar saya tidak pernah bisa mendapatkan hatinya". "Hatinya siapa??. tanya temanya. "Tuh yang didepan" jawab  Tody sambil mengangkat dagunya.. Rupanya temannya tahu siapa yang dimaksud Tody.

Pada dasarnya kebahagian tidak harus mahal kadang malah tidak pakai ongkos. Tyas merasa tersanjung mendengar ucapan Tody. Namun Tyas sudah mengubur perasaannya karena dia takut kecewa. “Untuk apa memikirkan cinta monyet seperti ini, perjalanan masih jauh”, gumam Tyas walau dirinya tak yakin tentang keputusannya itu.

Rupanya Tody menyadari kalau hati Tyas tidak dipersiapkan untuknya. Sambil menunggu angkot Tyas duduk di bangku pos keamanan, tak berapa lama Tody berupaya mendekati Tyas. Menyadari kalau Tody mau mendekatinya, Tyas segera berdiri dan berjalan menuju ke beberapa temannya yang sementara ngobrol. Tanpa melihat wajah Tody lagi, Tyas berupaya nimbrung percakapan temannya walau sebenarnya dia tidak tau topik apa yang menjadi bahan obrolan mereka.

Tak berapa lama angkot warna kuningpun datang, angkot kosong itupun segera penuh dengan penumpang. Pak sopir hanya senyum-senyum melihat gelagat teman-teman Tyas yang super heboh. Karena tidak ada penumpang lain selain mereka berdelapan, akhirnya angkotpun seolah menjadi angkot carteran mereka.

Sesampai di terminal mereka segera menaiki bus jarusan Jember, merekapun berhamburan mencari tempat duduk yang masih kosong. Tyas menaiki bus yang paling terkhir tanpa disadarinya ternyata hanya ada satu tempat duduk yang kosong yaitu di sebelahnya Tody.

Dengan PDnya Tody berucap lirih sesaat setelah Tyas duduk di sampingnya "ini berarti jodoh". Tyaspun hanya tersenyum masam. Sepanjang perjalanan tak berhenti-hentinya Tody bercerita yang dibumbui dengan kata-kata lucu, sehingga membuat Tyas tersenyum yang sesekali sambil menutup bibirnya. Tak terasa mereka sampai terminal Benculuk. Sebagian teman-temanya turun di terminal ini. Setelah berbasa-basi dengan teman-temannya Tyaspun  melanjutkan perjalanan menuju terminal berikutnya hanya berdua dengan temannya Rini.

***

“Assalamualaikum ……” terdengar suara di ruang depan. Sambil merapikan baju Tyas menuju asal suara tersebut. Terlihat sesosok makluk yang tak asing lagi baginya. “Wa alaikum salam, Tody…ada apa kamu ke sini”, tanya Tyas sesaat setelah menjawab salam Tody.

“Ada urusan apa lagi kamu menemui aku”, diberondong dengan pertanyaan seperti itu Tody hanya senyum-senyum saja. Sambil berucap, “memang aku gak kamu persilahkan masuk”

“Okay silahkan masuk dan silahkan duduk juga” jawab Tyas seraya duduk di kursi di hapan Tody. Setelah Tody duduk, Tyas memberondong lagi dengan sejumlah pertanyaan. “Stop…satu-satu akan kujawab”,  kata Tody.

“Selama ini kan aku tidak pernah bisa berbicara secara leluasa dengan kamu” kata Tody sambil melayangkan pandangannya di sekitar ruang tamu yang lumayan luas. “Memang apa yang ingin kamu bicarakan dengan aku”, tanya Tyas sambil menggeser duduknya agak ke depan.

”Ada yang ingin aku tanyakan sama kamu”, jawab Tody singkat. Mendengar jawaban Tody seperti itu hati Tyas mulai berdegup tidak beraturan. Tody melanjutkan perkataannya, “boleh aku mengucapkan sesuatu, yang sebenarnya sudah kusimpan selama tiga tahun”.

“Apa yang ingin kamu katakana Tod?” Tanya Tyas dengan suara yang nyaris hanya mereka berdua yang mendengar. “Aku mencintaimu saat aku pertama kali lihat kamu di masa orientasi dulu”, kata Tody dengan suara bergetar. Mendengar ucapan Tody seluruh badan Tyas seperti tersiram air panas. Pipinya yang putih mulai memerah, tidak menyangka Tody senekat ini.

“Tod..kita ini baru lulus SMA” sergah Tyas. “Aku tahu, aku hanya ingin suatu kepastian, sebelum aku berangkat ke luar daerah” bela Tody seraya menatap wajah Tyas yang mulai memerah. “Memang kamu mau kemana?” Tanya Tyas penasaran.

“Aku mau ikut kakakku dan aku mau kuliah di sana” Jelas Tody kemudian. “Aku tidak mau kamu terbebani dengan perasaan cinta sesaat, perjalanan kita masih panjang, raihlah dulu cita-citamu” jelas Tyas dengan lembut sambil menatap dalam-dalam wajah Tody.

Ada Rona kecewa terbersit di wajah Tody. “Ini bukan cinta sesaat, perasaan ini sudah tiga tahun lamanya aku pendam sendiri, walau kadang kita bertengkar di kelas, sesungguhnya aku hanya ingin  melihatmu dari sisi yang lain” jelas Tody dengan suaranya yang penuh karisma. Tyas yang mendengarkan ucapan Tody, semakin hatinya kepincut, karena pada dasarnya Tyas menyimpan perasaan yang sama kepada Tody. Namun Tyas berusaha untuk tidak terbawa situasi yang membuat dirinya bingung mau menjawab apa atas pertanyaan Tody tadi.

“Tod…aku ingin mewujudkan impianku, aku  masih mau kuliah dulu” Tyas berusaha menjawab serasional mungkin.”Aku Tahu Tyas, aku ingin kepastian darimu saja”, Jawab Tody penuh harap.

Entah kekuatan apa yang membuat Tyas mampu mengucapkan kalimat seperti sebuah janji di masa depan. “Kalau memang kita nanti dipertemukan kembali, dan kita berdua masih sama –sama belum ada pasangan, Insyaallah aku akan mempertimbangkan ucapanmu hari ini” kata Tyas lagi.

Suasana hening tanpa suara hanya degup jantung mereka yang berpacu laksana di arena balap motor. Mereka terbenam dalam alam pikiran masing-masing. Entah apa yang ada di benak mereka berdua.

Tak lama kemudian Tody berpamitan pulang, “ok …aku akan menunggu waktu itu akan datang, aku mohon jaga hatimu untukku lima tahun ke depan saya akan datang meminangmu” kata Tody penuh keyakinan.

Tyas hanya bisa mengangguk dan terpaku menatap kepergian Tody, hingga hilang dibalik tembok ruang tamu. Tyas tidak berusaha mengantar Tody sampai di halaman. Tyas tak sanggup melangkah seolah seluruh tulang-tulangnya telah lepas dari persendiannya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Tyas aku lulus kata Tody. Bagaimana dengan kamuaku yakin pasti kamu lulus lanjut Tody sambil berteriak. Ya aku juga lulus, jawab Tyas setengah berteriak juga. Ayo kita temui teman-teman kita yang lain Kata Tody sambil menarik tangan Tyas menuju lapangan olah raga di sisi sebelah utara.dan beberapa dialog lain juga ada.berbeda yg bicara di enter bu. paragraf baru.dibalik dengan di balik beda maknanya.setuju penulisannya tanda baca perlu diperbaiki. suksesss

01 Feb
Balas

Makasih atas koreksinya smga bisa krisan di lanjutannya juga.... Makasih

03 Feb

Bahagia ya, Bun, naskahnya sudah dibedah Bunda Isti. Sedikit saran, ada beberapa kata yang penulisannya belum sesuai PUEBI. Sukses selalu, Bunda.

01 Feb
Balas

Iya bu mungkin cara saya mengungkapkan kadang terbalik balik karena sdh terbiasa dg cara berbicara orang bagian tengah. Ini yg kadang sulit bagi saya tdk sadar

03 Feb

Emhh masih ada ya aksi curat-coret setelah pelulusan. Tulisannya bagus, tapi harus dirapikan lagi pada ejaannya yg hrs sesuai dg PUEBI.

01 Feb
Balas

Ya bun memang ok telah memberi semangat

03 Feb

Wah panjang banget. Keren. Ini naskah yang sudah dibedah kemarin ya Bunda?

01 Feb
Balas

Iya bun makasih sdh mampir

03 Feb

Mantab bu ceritanya. Jadi pingin tahu lanjutannya

03 Feb
Balas

Senang rasanya naskahnya sudah dibedah, selamat Bu, semoga sukses

02 Feb
Balas

Semoga kesuksesan juga ada pada kita semua aamiin

03 Feb



search

New Post