Sumiati

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Catatan Bunga Part 1

Catatan Bunga Part 1

Tantangan Hari ke-80#Tantangan Gurusiana

. Catatan Bunga ( bagian 1)

Seorang gadis remaja yang berumur sekitar 14 tahun itu, kini tengah sibuk memelototi layar datar laptop di depannya. Jari-jari tangannya yang lentik menari-nari di atas sebuah kertas, mencatat rumus-rumus yang diajarkan oleh seorang wanita paruh baya di dalam video yang sejak tadi ia tonton.

“Seruni!” terdengar suara lembut namun penuh kekhawatiran memanggilnya dari balik pintu kamar, membuatnya tersentak keluar dari angan yang sejak tadi terfokus pada pelajaran matematika yang seharusnya ia pelajari jika sekarang ia masih bersekolah di sekolah umum. Seruni cepat-cepat menekan tombol space di keyboard agar video itu berhenti berputar, lalu pandangannya bergulir ke arah pintu kayu itu. Hening agar ia dapat mendengar suara yang setiap pagi memanggilnya sebelum sang pemilik suara berangkat bekerja.

“Apakah ada yang kamu butuhkan?” tanya suara yang kini penuh kepasrahan itu. Letih membujuk sang anak untuk keluar dari kamarnya, hingga kini mendukung apapun yang anaknya ingin lakukan di dalam sana.

Seruni memandang kamarnya berkeliling, berusaha mengejar dan mencari sesuatu yang ia butuhkan. Pandangannya berhenti ketika melihat kotak sampah di samping meja yang setengah penuh dengan bungkus makanan ringan.

Dengan cepat ia menggapai benda persegi yang berada tak jauh dari tangannya. Lalu dengan gesit mengetik pesan dan mengirimkannya pada wanita yang telah menemaninya selama 14 tahun belakangan ini.

“Baiklah akan ibu ambilkan kue kesukaanmu, tapi jangan lupa makan nasi, ya!” seru sang ibu dari luar dan tak lama terdengar derap langkah kaki.

“Ibu berangkat, ya, Seruni!” pamit beliau.

Seruni tetap bergeming. Ia kembali melanjutkan kegiatan wajibnya yang sempat terhenti. Walaupun ia tinggal di kamarnya seorang diri, dia mempunyai aturan khusus yang harus ia jalankan setiap harinya. Pertama, ia harus bangun pagi pukul 05.00 pagi, lalu dengan santai membuka jendela kamar lebar-lebar dan menghirup aroma pagi yang menyejukkan, tanpa polusi dan kebisingan di luar. Kemudian melakukan olahraga. Pemanasan sederhana, lari-lari kecil di sekeliling kamarnya, dan pendinginan. Kemudian dia pergi mandi dan selesai pukul 06.15 pagi. Sambil menunggu ibunya berangkat kerja, ia mulai membuka laptopnya dan menonton atau mendownload video pembelajaran. Setelah ibunya berangkat kerja, ia akan mengambil makanan yang telah disediakan di depan pintu kamarnya. Setelah itu, ia bersiap-siap untuk bekerja, yaitu menulis cerita pendek untuk beberapa majalah dan situs web hingga larut malam.

Namun berbeda dengan pagi ini, sejak tadi pagi kegiatan Seruni terus terusik dengan berbagai suara bising yang berasal tepat dari seberang rumahnya. ‘Tetangga barukah?’ bisiknya dalam hati. Kemudian keadaan semakin kacau ketika tiba-tiba bel rumah berbunyi. Bagai tombol bel adalah tombol yang begitu ajaib, bola mata kembar milik Seruni terbelalak begitu hebat bak akan segera melompat keluar dari tempatnya. Dengan tangan bergetar ia segera menutup layar laptopnya begitu saja tanpa mematikan benda itu terlebih dahulu. Lalu dengan lutut yang mulai melemah ia berlari menuju tempat tidurnya dan membungkus dirinya dengan selimut. Bel rumah terus berbunyi. Perutnya mual dan kepala pusingnya mulai terhantui oleh bayang-bayang masa lalu yang selalu ia coba untuk lupakan.

“Kenapa jika kamu mendengar suara bel atau pintu diketuk, kamu akan berlari ketakutan?” tanya sebuah suara serak milik seorang lelaki tua yang terlihat ringkih.

Seruni yang berada dalam kursi peraduan dengan kedua mata tertutup menjawab begitu lama dalam pengaruh relaksasi sang psikiater. “Karena aku tahu di balik sana ada seseorang yang harus kutemui.”

“Kenapa kamu takut dengan mereka?” tanya sang psikiater lagi.

“Karena manusia mempunyai seribu satu alasan untuk menyakiti manusia lain. Manusia begitu liar, mereka bahkan lebih menakutkan dari arwah penasaran sekalipun,” jawab Seruni sambil bergerak-gerak tak tenang.

“Ting.... Tong ....” Bunyi bel kembali terdengar. Bagai slide show, bayang-bayang peristiwa itu berganti menjadi kenangan pahit lainnya.

“Kau selalu tidak becus melakukan segala sesuatu! Apakah kau tidak pernah menggunakan otakmu?” hardik sebuah suara berat di luar ruangan. Tak lama terdengar bunyi tamparan yang cukup keras diiringi suara teriakkan dan isak tangis seorang perempuan.

“Hentikan! Apa sebenarnya maumu? Tidakkah cukup bagimu segala sesuatu yang aku lakukan untukmu?” tanya suara lemah itu.

“Kau mau tahu apa mauku?” suara berat itu menyahut. “Aku ingin kita bercerai! Puas kau?”

“Tidak! Tidak! Jangan! Aku tidak bisa hidup tanpa kamu dan Seruni!” isak tangis semakin menjadi.

“Ting.... Tong....”

“Kamu seharusnya sadar bahwa gadis aneh sepertimu tidak sepantasnya bergaul dengan kami!” ujar seorang gadis cantik di depannya sambil mendorong tubuh Seruni menjauh.

“Uruslah kedua orang tuamu itu!” sahut yang lainnya.

“Kamu pikir dengan terus membuat guru Bahasa Indonesia terkesan, kamu bisa mengambil hati dan menaikkan nilai serta derajatmu hingga setara dengan kami? Jangan mimpi kamu!” gerombolan anak gadis berseragam itu terus mendorong mundur Seruni hingga punggungnya mencium tembok. Seruni merasakan pusing yang sungguh hebat, hingga akhirnya ia terkulai tak berdaya di lantai.

“Hentikan!” ujar Seruni sambil bergerak-gerak tak tenang dalam tidurnya. “Hentikan! Hentikan!” teriaknya. Ia terbangun dari mimpi yang begitu ia benci, dan sialnya mimpi itu terus hadir ketika ia mendengar suara bel pintu berbunyi. Mimpi yang sama, kenangan kelam yang terus diulang, kejadian yang terus memahat kesedihan, peristiwa yang menyisakan rasa sakit begitu dalam di relung hatinya.

***

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ada trauma yg dialami seruni

19 Apr
Balas

Ade trauma berat yg dialami Seribu, entah apa itu ditunggu lanjutannya besok

16 Apr
Balas

Ade trauma berat yg dialami Seribu, entah apa itu ditunggu lanjutannya besok

16 Apr
Balas

Tunggu besok yach

17 Apr

Hebat bu, ada apa sebenarnya dengan seruni??

16 Apr
Balas

Ada apa dengan seruni yach?

17 Apr

Ada apa yach, siap2 untuk baca kelanjutannya

17 Apr
Balas

Korban bully mungkin? Wah...mesti nunggu lanjutannya ini.

16 Apr
Balas

mungkinlah, bu

17 Apr

Mantap, kan panjang nampak e, bisa jd cerbung ukan cerpen he he.

16 Apr
Balas

Iye, Pak.cerbung modelnye

17 Apr

Bersambung kah? Kasihan Seruni... Seperti aku dulu.. Mimpi buruk selalu menghantui.. Bebaskan dia.. Ya. Bebaskan dari mimpi buruk nya

16 Apr
Balas

Oh, pernah di hantui mimpi buruk?, mudah2an sekarang tidak lagi yach?

17 Apr

Jadi penasaran dengan endingnya... Ada apa denganmu Seruni?

17 Apr
Balas



search

New Post