Sumintarsih

Mengajar di SMP Al Irsyad Purwokerto...

Selengkapnya
Navigasi Web
Kembalikan Sikap Asli Indonesia
Indonesia U-23

Kembalikan Sikap Asli Indonesia

Hampir setiap hari layar tv menyiarkan siaran pertandingan sepak bola. Bagi pencinta bola, tentu sangat dimanjakan. Mereka terpuaskan dengan tontonan paling menarik. Lebih terasa semangat berolahraga ditambah semangat cinta tanah air karena pertandingan itu salah satu agenda pembuka Asian Games 2018. Indonesia sebagai tuan rumah penyelenggaraannya.

Di balik siaran tersebut, adakah dari sekian juta warga Indonesia yang perhatian melihat sikap para duta bangsa saat menyanyikan lagu "Indonesia Raya"?

Ya, mereka menyanyikan lagu "Indonesia Raya" dengan sikap tangan kanan di dada kiri. Tampak gagah dan patriotik memang. Namun, sudah tepatkah sikap mereka?

UU nomor 24 tahun 2009 pasal 62 menyebutkan, "Setiap orang yang hadir pada saat lagu kebangsaan diperdengarkan dan/atau dinyanyikan, wajib berdiri tegak dengan sikap hormat."

Adapun sikap hormat dalam penjelasan UU nomor 24 tahun 2009 tersebut adalah "berdiri tegak dengan sikap hormat" pada waktu lagu kebangsaan diperdengarkan/ dinyanyikan adalah berdiri tegak di tempat masing-masing dengan sikap sempurna, meluruskan lengan ke bawah, mengepalkan telapak tangan, ibu jari menghadap ke depan merapat pada paha disertai pandangan lurus ke depan.

Artinya apa?

Apakah para pemain bola yang menunjukkan gaya baru bersikap saat menyanyikan lagu "Indonesia Raya" itu dianggap tidak menyalahi aturan?

Kalau itu dibiarkan terus, anak cucu kita akan memahami bahwa sikap yang benar seperti itu, meletakkan tangan kanannya di dada kiri. Ataukah kesalahan itu dianggap biasa saja, sepele, hanya kesalahan kecil?

Belum lagi para suporter yang dengan gagahnya mengibar-ngibarkan merah putih, atau merapatkan badan dan merangkul pundak kanan kirinya ikut melagukan "Indonesia Raya".

Padahal, _detiknews_, Jumat 27 September 2013 sudah memberitakan, Dirjen Kemendikbud, Kacung Marijan, mengatakan bahwa tangan kanan di dada kiri saat nyanyanyikan "Indonesia Raya", salah. "Itu gaya Amerika," tambahnya.

Beliau melanjutkan bahwa mencermati berbagai pergeseran simbol kepribadian bangsa Indonesia. Mamang _nampak_ sepele, namun jika dibiarkan, simbol-simbol itu akan hilang. "Sayangnya tidak ada yang mengingatkan," jelasnya.

Bila berpikir positif, sejak tahun 2013 sampai sekarang, semoga Kemendikbud sudah menghubungi pihak terkait untuk mengingatkan. Sudah lima tahun yang lalu, tetapi kok belum ada perbaikan?

Perlu kita renungkan bersama bahwa telah terjadi pembiaran generasi bangsa mengambil bagian dari kebiasaan bangsa lain dan meninggalkan kebiasaan Indonesia, dalam hal ini salah satunya adalah meninggalkan bersikap sesuai aturan saat mendengarkan/ menyanyikan "Indonesia Raya".

Apakah pembiaran dan memandang suatu hal adalah bagian dari "budaya menganggap sepele"? Apakah hal ini juga sudah menjadi budaya baru Indonesia? Jangan-jangan kesulitan bangsa Indonesia dalam mencetak generasi berkarakter juga karena budaya menganggap sepele suatu hal sudah mengakar. Akhirnya banyak penyimpangan terus dan terus.*

Purwokerto, 17 Agustus 2018*Kembalikan ke Sikap Asli Indonsia*

(Sumintarsih)

Hampir setiap hari layar tv menyiarkan siaran pertandingan sepak bola. Bagi pencinta bola, tentu sangat dimanjakan. Mereka terpuaskan dengan tontonan paling menarik. Lebih terasa semangat berolahraga ditambah semangat cinta tanah air karena pertandingan itu salah satu agenda pembuka Asian Games 2018. Indonesia sebagai tuan rumah penyelenggaraannya.

Di balik siaran tersebut, adakah dari sekian juta warga Indonesia yang perhatian melihat sikap para duta bangsa saat menyanyikan lagu "Indonesia Raya"?

Ya, mereka menyanyikan lagu "Indonesia Raya" dengan sikap tangan kanan di dada kiri. Tampak gagah dan patriotik memang. Namun, sudah tepatkah sikap mereka?

UU nomor 24 tahun 2009 pasal 62 menyebutkan, "Setiap orang yang hadir pada saat lagu kebangsaan diperdengarkan dan/atau dinyanyikan, wajib berdiri tegak dengan sikap hormat."

Adapun sikap hormat dalam penjelasan UU nomor 24 tahun 2009 tersebut adalah "berdiri tegak dengan sikap hormat" pada waktu lagu kebangsaan diperdengarkan/ dinyanyikan adalah berdiri tegak di tempat masing-masing dengan sikap sempurna, meluruskan lengan ke bawah, mengepalkan telapak tangan, ibu jari menghadap ke depan merapat pada paha disertai pandangan lurus ke depan.

Artinya apa?

Apakah para pemain bola yang menunjukkan gaya baru bersikap saat menyanyikan lagu "Indonesia Raya" itu dianggap tidak menyalahi aturan?

Kalau itu dibiarkan terus, anak cucu kita akan memahami bahwa sikap yang benar seperti itu, meletakkan tangan kanannya di dada kiri. Ataukah kesalahan itu dianggap biasa saja, sepele, hanya kesalahan kecil?

Belum lagi para suporter yang dengan gagahnya mengibar-ngibarkan merah putih, atau merapatkan badan dan merangkul pundak kanan kirinya ikut melagukan "Indonesia Raya".

Padahal, _detiknews_, Jumat 27 September 2013 sudah memberitakan, Dirjen Kemendikbud, Kacung Marijan, mengatakan bahwa tangan kanan di dada kiri saat nyanyanyikan "Indonesia Raya", salah. "Itu gaya Amerika," tambahnya.

Beliau melanjutkan bahwa mencermati berbagai pergeseran simbol kepribadian bangsa Indonesia. Mamang _nampak_ sepele, namun jika dibiarkan, simbol-simbol itu akan hilang. "Sayangnya tidak ada yang mengingatkan," jelasnya.

Bila berpikir positif, sejak tahun 2013 sampai sekarang, semoga Kemendikbud sudah menghubungi pihak terkait untuk mengingatkan. Sudah lima tahun yang lalu, tetapi kok belum ada perbaikan?

Perlu kita renungkan bersama bahwa telah terjadi pembiaran generasi bangsa mengambil bagian dari kebiasaan bangsa lain dan meninggalkan kebiasaan Indonesia, dalam hal ini salah satunya adalah meninggalkan bersikap sesuai aturan saat mendengarkan/ menyanyikan "Indonesia Raya".

Apakah pembiaran dan memandang suatu hal adalah bagian dari "budaya menganggap sepele"? Apakah hal ini juga sudah menjadi budaya baru Indonesia? Jangan-jangan kesulitan bangsa Indonesia dalam mencetak generasi berkarakter juga karena budaya menganggap sepele suatu hal sudah mengakar. Akhirnya banyak penyimpangan terus dan terus.*

Purwokerto, 17 Agustus 2018

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post