Membaca judul di atas bagusnya sambil geleng-geleng keheranan, supaya tidak gagal makna.

Ya, rasa heran adalah yang paling cocok saat membaca postingan Pak Guru, sebutan diri dari Pak Haji Ahmad Syaihu, yang pamit tidak menulis dalam sehari, tepatnya pada tanggal merah, Kamis, 10 Mei 2018 karena sedang mengadakan perjalanan religi ke Madura bersama rombongan KBIH Bryan Mekkah.

Bagaimana tidak heran, lha wong pamit tidak menulis, kok ya.... menulis juga dengan hanya satu baris berisi salam. Tulisan yang tidak ada isinya (kata beliau) ini pun mendapatkan 10 komentar per pagi ini tadi, 12/5 pada 04. 35-an.

Sehari berkutnya beliau posting alasan absennya dari gurusiana. Penjelasan yang panjang layaknya reportase.

Benar sekali, inilah kehidupan kita di Gurusiana. sudah seperti keluarga sehingga keberadaan dan ketidakberadaan dari para anggota sangat mengundang perhatian. Terlebih yang sudah sering bersapa ria.

Inlah yang namanya keterpautan hati sebagai salah satu langkah memperkuat simpul ukuwah. Setelah saling mengenal, saling memahami, dan saling menghargai, akan timbul rasa saling menolong hingga lahirlah rasa saling senasib sepenanggungan dan akan tumbuh keterpautan hati satu sama lain (https://books.google.co.id/books?id=nuupCgAAQBAJ&pg=PA51&lpg=PA51&dq=keterpautan+hati&source...)

Dalam hal ini kita tidak bisa cuek terhadap sesama gurusianer. Semoga Gurusiana menjadi ajang silaturahmi yang mendatangkan keberkahan dan menyukseskan semangat literasi antar guru. Amin.

Purwokerto, 12 Mei 2018