Sunarsih Sha

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
MENYUARAKAN BAHASA DAN SASTRA  LEWAT I-GE DAN EF-BE

MENYUARAKAN BAHASA DAN SASTRA LEWAT I-GE DAN EF-BE

Raja siang tertunduk malu diselimuti awan hitam. Waktu terus berjalan mengitari porosnya. Tiga menit pertama, aku terdiam. Beberapa buku berputar-putar di otakku seraya mengajakku menulis. Tujuh tahun mengajar di sekolah terpencil yang berada di ujung timur Banjarnegara, tentulah banyak pengalaman yang bisa kujadikan bahan tulisan. Namun, tak semudah itu. Sebenarnya, menulis bukanlah hal yang asing, terutama bagi guru. Akan tetapi, banyak juga yang takut sebelum menulis. Aku termasuk guru yang suka corat-coret, bukan di kertas, melainkan di dinding facebook dan instagram. Aku suka ngelantur dengan menulis cerpen, puisi, atau sekadar kata-kata yang "sok bijak". Sebagian besar tulisanku berasal dari hobi dan pengalaman hidup yang kumodifikasi.

Bukan hanya membaca dan menulis yang kujadikan hobi, akan tetapi sedikit nyeleneh atau berbeda dari guru lainnya. Aku suka dunia traveling dan fotografi. Di sela-sela kesibukanku, aku pergi ke beberapa tempat yang bagus untuk menikmati keindahan alam. Tidak hanya alam, tempat lain seperti pasar, gedung tua, jalan, tempat nongkrong, taman, dan lain-lain tak luput dari destinasiku. Tak menyia-nyiakan momen tersebut, aku pun selalu berfoto di lokasi yang kukunjungi. Pulang dari perjalanan tersebut, aku memilah-milah foto mana yang akan aku upload di Instagram (yang otomatis sudah kusambungkan ke facebook). Setelah terpilih satu atau beberapa foto, aku mulai menuliskan beberapa bait puisi yang terlintas di pikiranku saat itu. Beberapa paragraf cerpen pun kutulis di foto yang menurutku “layak tayang”. Inilah yang sering kujadikan bahan tulisan. Jadi, menulis bagiku adalah kegiatan yang menyenangkan. Nah, puisi, cerpen, laporan perjalanan, atau berbagai macam tulisanku itu kuselipi foto perjalanan yang kuabadikan dalam buku (aamiin).

Miris ketika membaca captions dari kids zaman now (sebutan untuk anak-anak zaman sekarang) di instagram atau facebook. Mulai dari mengunggah gambar yang senonoh sampai menulis dengan bahasa gaul yang 4L4y (dibaca alay). Captionsku memang belum sesuai dengan EYD, akan tetapi jika takut salah, kapan mulai menulis? (begitulah kira-kira kalimat yang pernah aku dengar, yang juga memotovasiku untuk menulis). Sampai sekarang pun, aku masih belajar, belajar, dan belajar. Belajar bahasa Indonesia tak semudah berbicara elo gue. Sebagai guru bahasa, aku ingin semua orang Indonesia bisa menggunakan bahasa yang baik dan benar.

Harapanku ke depan, aku bukan hanya dijuluki “Penunggu Facebok”, “Aktivis Instagram”, atau “Ratu Endorse” lagi, melainkan “Guru yang Bisa Menulis.” Kapan waktu yang tepat untuk menulis buku? Jawabannya adalah "sekarang." Terima kasih kepada Media Guru dan para narasumber yang sudah membuat kami melek dengan dunia buku.

PENULIS PESERTA SAGUSABU BANJARNEGARA

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post