Sungkowo

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Lupa
Gambar diambil dari pagepersonnel.es

Lupa

Lupa itu manusiawi. Ini bukan membela diri karena saya sering lupa. Baru saja (sore tadi) saya dipesani si bungsu beli jus avokad di salah satu stan di foodcourt, tapi saya lupa. Sesampai di rumah, si bungsu bertanya tentang pesanannya, saya baru menyadarinya. Saya tak ingat. Gila!

Saat seperti ini saya tidak menyampaikan alasan bahwa saya lupa karena tua. Tidak. Toh si bungsu pun tidak mengharapkan ada alasan. Cukup meminta maaf dan berjanji kali lain dibelikan, ia sudah menerima. Meski raut mukanya tidak langsung ceria. Ini kejadian yang biasa. Siapa pun yang keinginannya tidak terpenuhi pasti kecewa. Yakin, pelan tapi pasti rasa kecewa itu berangsur surut.

Perihal lupa sering terjadi di tempat bekerja. Hanya, kalau lupa di tempat bekerja sering untuk bahan tertawaan. Karena selalu saja alasannya “usia sudah tua”. Usia tua menjadi kambing hitam saat lupa. Karenanya sekalipun usia belum enam puluh tahun mengaku-aku sudah tua.

Tidak hanya saya. Teman-teman sekerja saya juga begitu. Meski usia mereka masih kepala empat, kalau sedang kelupaan tentang sesuatu alasannya pasti karena sudah tua. Itu hanya bahan untuk kelakar. Seperti saya sudah mengatakannya di atas.

Akan tetapi, sadar atau tidak, sebenarnya saya dan teman-teman mungkin juga Anda telah menganggap usia tua adalah usia yang lemah. Sehingga dijadikan objek kalah-kalahan. Alias “direndahkan” karena lupa selalu diidentikkan dengan tua.

Coba ingat-ingat. Pernahkah Anda karena lupa tentang sesuatu kemudian Anda beralasan merasa sudah tua? Kalau pernah, Anda termasuk orang yang jujur. Tapi, saya percaya yang Anda katakan (pasti) hanya sebagai bahan kelakar agar suasana menyenangkan.

Sebab, saya juga sering mengatakan bahwa saya masih muda meski usia sudah kepala lima. Ini karena saya tak mau dibilang lemah terkait dengan semangat atau tenaga. Mungkin Anda juga sering mengatakan begitu. Apalagi kalau dikaitkan dengan gairah kelelakian. Saya dan Anda sang lelaki alergi terhadap “merasa tua” bukan?

Nah, jadi perihal lupa sebetulnya tak selalu berhubungan dengan usia tua. Sebab, saya mengetahui ada orang yang usianya sudah kepala delapan, masih jos ingatannya. Ketika bercerita di hadapan kami dalam sebuah acara tak ada sedikit pun kesan lupa. Semua materi terjelaskan dengan lancar dan gamblang. Bahkan, yang menakjubkan saya adalah alur dia berbicara begitu sistematis. Padahal, saya yang lebih muda tiga puluhan tahun dengannya, saat berbicara muter-muter.

Ketika saya sowan ke rumahnya saat ada keperluan, di meja teras terletak koran. Sepertinya habis dibaca. Di sudut teras di keranjang rotan menumpuk koran. Sejenis. Sudah tebal tumpukannya. Saya pastikan koran-koran itu habis dibaca.

Salah satu putranya memang pernah mengatakan kepada saya bahwa ayahnya suka membaca. Setiap hari. Langganan koran sudah berlangsung lama. Sejak pensiun pengawas SD. Kalau sekarang usianya sudah kepala delapan, tentu dua puluhan tahun lebih sudah berlangganan koran. Dan pasti ia membacanya.

Saya (akhirnya) berpikir positif. Membaca boleh jadi sangat membantu agar kita tak mudah lupa. Atau, malah kita akan menjadi pengingat yang hebat. Sebab, membaca merupakan proses reseptif, yaitu memperoleh informasi yang sekaligus mengolahnya dalam otak. Saraf-saraf otak (jadi) tetap bekerja.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post