Supardi

Seroarang guru SD Negeri Sukarahayu 02 Di Kabupaten Bekasi...

Selengkapnya
Navigasi Web
Muridku yang Kritis (Tantangan Hari ke 21)

Muridku yang Kritis (Tantangan Hari ke 21)

Aku seorang guru yang mengajar di kelas V sekolah dasar. Sudah 15 tahun mengabdi menjadi tenaga pendidik di sebuah sekolah berplat merah (SD Negeri), namun baru kali ini menemukan seorang siswa kelas V SD yang amat super kritis dan rewel.

Bermula dari seorang siswa perempuan kelas V SD bernama Tia. Di kelas, dia termasuk siswa dengan kemampuan yang biasa-biasa saja. Namun, kritikan yang pedas acap kali terlontar dari mulutnya ketika suatu hal yang tidak pas menurutnya. Sebuah contoh kecil, kemarin aku mengajar tentang perpindahan panas (kalor). Melalui media proyektor, aku menyajikan contoh perpindahan panas secara radiasi. "Gambarnya kurang menarik pa" ujar Tia dengan nada meledek, namun aku tidak menggubrisnya. Setelah selesai menjelaskan, siswa aku bimbing menuju diskusi kelompok. Namun siswa kritis satu ini masih terus berulah. Dia beralasan, tidak mau dengan satu kelompok dengan teman yang dari satu kampungnya, "bosan setiap hari ketemu melulu" sahutnya dengan nada jengkel. Akupun memindahkan dia ke kelompok lain yang tidak ada teman satu kampungnya.

Diskusi berjalan dengan lancar dan terkendali, setelah selesai, siswa diarahkan untuk presentasi membacakan hasil diskusi kelompok, dengan membacakan contoh-contoh perpindahan panas secara radiasi. "Ah payah, bacanya kurang jelas dan contohnya tidak menarik", celetuk Tia. Riuh teman satu kelas tertawa dengan celotehan yang agak sedikit mengejek. Akhirnya, giliran Tia yang maju ke depan membacakan hasil diskusinya. Dengan nada keras dan lantang dia berkata "jangan ada yang mengomentari presentasiku".

Di akhir pembelajaran. Seperti biasa, siswa kau berikan tes formatif, namun kali ini dia terdiam (entah apa yang dipikirkan, seolah tak biasa), ternyata komentar pedasnya terucap dari bibir mungilnya "bapak sombong, buat soal ko susah begini". Akupun termenung sejenak, dalam hati berkata "apa hubunganya antara sombong dengan soal yang aku buat?" Seketika itu pula aku bertanya "mengapa bapak dibilang sombong?" Tia menjawab "gak kenapa-napa pak, bapak cuma sombong aja".

Setelah pulang sekolah, hati ini masih terus gusar dengan ucapan terakhirnya yaitu sombong. Laju kendaraan roda dua berjalan dengan perlahan. Ada apa dengan anak tersebut? Mungkin dia hanya ingin mencari sensasi di kelas atau dia kurang mendapat perhatian dari kedua orang tuanya? Entahlah, apapun yang dia katakan siang itu terus membekas di hati ini.

Siswaku yang satu ini memang sangat istimewa, namun dengan keiistimewaanya itu aku jadi berpikir, mungkin butuh strategi belajar yang lain agar dia tidak bosan. Mungkin disitulah letak hikmah dari kejadian ini, seorang guru harus menerapkan multi strategi dalam pembelajaran.

#TantanganGurusiana#

#TiaMuridkuyangKritis#

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantep Pak

05 Feb
Balas



search

New Post