SUPKARWATI

Supkarwati Boleh dipanggil Wati Sup Ucup Lahir di Jakarta tanggal 25 Juni 1971 Pendidikan yang pernah ditempuh SD Bhayangkari 2 Jakarta SMP Negeri 141 Jak

Selengkapnya
Navigasi Web
ALON-ALON ASAL KELAKON (Tagur hari ke 19)
Menunggu Bus Jemputan di Depan Hotel Taiba

ALON-ALON ASAL KELAKON (Tagur hari ke 19)

Alon-alon asal kelakon merupakan salah satu ungkapan dari Bahasa Jawa. Artinya kurang lebih pelan-pelan yang penting dapat terlaksana. Ungkapan ini pas sekali untuk semua yang saya lakukan bersama emak ketika akan naik ke hotel lantai 14 atau sebaliknya dari lantai 14 hotel ke lantai dasar ketika kita ada di Madinah. Mengapa begitu ya?

Emak kan memang motoriknya sudah tidak selincah waktu muda lagi. Beliau sudah tidak mampu memakai pakaian sendiri dengan benar dan cepat. Karena faktor penglihatannya yang sudah terganggu, seringkali tidak dapat melihat arah pakaian ataupun mukena dengan benar. Kalau pakai sendiri bisa saja terbalik atau arah masuknya salah. Pakai kaos kaki atau sarang tangan pun salah. Kalau saya biarkan pakai sendiri tentu malah akan butuh waktu 2 kali lipat. Saya harus mencopotnya dulu untuk kemudian memakaikannya kembali dengan benar.

Emak pun jalannya sangat lambat. Bahkan beliau tidak dapat melihat arah jalan yang tepat jika berada di tempat baru yang belum kenal. Beberapa kali beliau mau ke kamar mandi malah berjalan menuju pintu keluar. Oleh karena itu, saya harus selalu setia mengantar beliau ke kamar mandi bahkan membantu menyelesaikan urusan emak di kamar mandi.

Oleh karena itu jika kami akan melakukan aktivitas ke luar kamar, saya akan rapihkan urusan emak mulai dari mandi serta memakaikan baju dan semua atribut: kaos tangan, kaos kaki, kerudung, masker, topi, dan tanda pengenal. Kalau semua urusan emak sudah rapih, barulah saya urus diri sendiri. Biasanya Mbak Juniarti, teman sekamar kami, yang setia menemani emak sampai saya selesai.

Barulah kemudian kami bertiga turun. Biasanya kamilah yang paling terakhir bergabung dengan teman-teman satu regu. Mau secepat apapun, pasti hampir selalu belakangan. Tidak jarang, suami yang sudah turun duluan akan datang menjemput ke kamar.

Begitu pula jika kami kembali dari Masjid Nabawi. Saya akan keluar dari masjid kalau sudah tidak terlalu ramai. Saya dorong emak dengan kursinroda dengan hati-hati. Begitupun ketika antri di lift. Kalau pergi berjalan mengunjungi tempat-tempat tertentu pun akan turun dari bus paling belakang.

Pokoknya semua akan kulakukan pelan-pelan saja dan penuh kehati-hatian agar semua bisa terlaksana dengan selamat. Semua hal yang kulakukan seperti membawa pikiran saya ketika saya kecil. Saat saya masih harus dibantu diurusi soal pakaian. Emak pun pasti lebih sabar melayaninya. Beliau juga pasti akan menuntun saya dengan sabar bahkan digendong saat harus pergi bersama beliau. Pasti beliau jauh lebih sabar melayani saya. Maaf ya Mak, kalau saya tak sesebar dirimu saat itu.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Terima kasih Mbak Ais

19 Jan
Balas

Masya Allah. Sungguh pengalaman yang penuh hikmah dan penuh inspirasi. Saya jadi rindu ibu yang sudah tiada..hiks hiks...Salam sehat buat emak. Sukses juga buat bu Wati.

19 Jan
Balas



search

New Post