Supriadi

[email protected] Supriadi Tenaga Kependidikan di MTsN 2 Padang Pariaman Sumatera Barat...

Selengkapnya
Navigasi Web
Dirumah Sang Rektor (The Journey of Prahum)
Rumah Sang Rektor Tampak Depan

Dirumah Sang Rektor (The Journey of Prahum)

Hari ini, Priyai sedang mencoba keberuntungannya bertamu kerumah kakak iparnya. Ini kunjungan yang keempat baginya dan pertama bagi istrinya.

Tiga kunjungan sebelumnya, hanya dua kali diterima karena kakak iparnya sedang melanjutkan studi S3 keluar negeri tepatnya di Tokyo University.

"Sabar Pri, jangan ciut nyali lu. Ini demi Birrul Walidain istri lu sama ibunya. Sekali layar terkembang, pantang surut perjuangan. Jangan pulang dengan membawa hati yang bimbang. Buktikan bahwa dirimu seorang yang berbakti kepada orang tua termasuk mertuamu." Sisi hati Priyai menghibur sekaligus mengompori.

Berjalan melintasi gang jalan aspal yang super rata dan licin. Jika matahari sedang bersinar dengan teriknya, maka sepanjang jalan itu akan tetap terasa teduh. Rimbunnya Bougainville, Nusa Indah, Kayu Manis dan Palm Raja yang berjejer rapi akan melindungi dari sinar matahari siapapun yang melintas dibawahnya.

"Bro, lu mau ketemu siapa? Mbak Wiwit Alwi, kakak ipar lu? Sejak kapan dia mau mengakui lu sebagai adik iparnya? Lu masih belum nyadar? Jangankan mengakui lu sebagai adik ipar, dipanggil kakak saja dia nggak bakalan mau. Ngaca bro, ngaca!" Priyai kembali terkekeh geli tanpa suara.

"Nggak mungkin Wiwit Alwi yang terlahir dari keturunan darah ungu kebiru-biruan pemilik warisan yang nggak bakalan habis sepuluh turunan itu mau punya ipar miskin seperti lu!" Priyai masih tak puas menertawakan dirinya sendiri.

Prof. DR. Wiwit Alwi, M.Si Rektor Universitas Negeri Bengkulu (UNIB) anak ketiga yang paling disayangi dan sangat mendominasi pada seluruh sendi kehidupan Keluarga Besar Alwi. Anak pertama Yuliandre Alwi, seorang pengusaha sukses di Tanjung Balai Karimun Kepulauan Riau. Anak kedua Alfiardi Alwi, Presiden Direktur Utama Dirgantara Group di Batam Kepulauan Riau, sedangkan si Bungsu Bintu Alwi istri dari Priyai Dewantara yang hanya berprofesi sebagai Ibu Rumah Tangga.

Walau usia Wiwit Alwi sudah tak lagi muda, tetapi semua adik-adiknya diwajibkan memanggilnya Mbak. Kecuali Priyai dan istrinya.

Pintu gerbang yang kokoh terlihat gagah dan anggun dengan ornamen khas Timur Tengah yang didominasi warna kuning gading keemasan.

Kunjungan Priyai kali ini merupakan manifestasi kekonyolan sekaligus kenekatan dirinya. Karena sudah berulang kali Ibunya mewanti-wanti agar dia tidak mendatangi, mendekat, apalagi mengunjungi kakak iparnya. Walau ada kepentingan yang sangat mendesak sekalipun.

Namun Priyai terpaksa tidak mengindahkan pesan ibunya itu. Dia tidak tahan sekaligus tak tega melihat istrinya dan anak-anaknya yang sedang sakit selalu menyebut dan memanggil-manggil neneknya. Ada juga hal lain yang tak kalah pentingnya yang harus disampaikan langsung kepada mertuanya. Sudah lebih tujuh bulan mertuanya menetap dirumah Sang Rektor UNIB dan sekarang minta dijemput karena rindu tiga orang cucunya.

Priyai merapikan rambut, wajah serta pakaiannya. Setelah itu berjalan mendekati tombol bel yang menempel disalah satu pilar pintu gerbang.

Seulas senyum tersungging. Sebuah harapan tersirat dari wajahnya. Mbak Wiwit Alwi mau berbaik hati menerima setelah memijat bel sakti itu, walaupun hanya untuk sepekan, namun itu jauh lebih baik daripada tidak diterima sama sekali.

"Bismillah," bisik Priyai nyaris tak terdengar. Suara bel pun berbunyi tiga kali.

Jantung Priyai tiba-tiba berdetak kencang. Pikirannya mendadak kalut, menebak apa yang akan terjadi di dalam nanti. Apakah Sang Rektor akan memperlakukannya lebih baik atau lebih buruk dari sebelumnya?

"Ya Allah, lindungi hamaMu dari segala hal yang menakutkan dan menyakitkan, Aamiin Ya Rabbal A'lamin," Priyai berdo'a seraya menatap langit yang kian menghitam. Hembusan angin pun makin kencang, menggoyangkan seluruh pepohonan yang diterapkannya.

Tak lama kemudian, pintu samping gerbang yang lebarnya kurang lebih satu meter, perlahan terbuka.

Priyai segera mengatupkan kedua tangannya kedada dan mengangguk hormat pada wanita yang berusia kurang lebih 40 tahun yang membuka pintu.

Dengan bahasa yang sangat santun, serta gestur tubuh yang khas asisten rumah tangga di sinetron-sinetron Indonesia, wanita paruh baya itu mempersilahkan Priyai, istri dan anak-anaknya masuk.

"Semoga usaha gua menjemput ibu mertua tidak disalah artikan." Priyai masih sempat berharap sebelum memasuki pintu yang hanya muat untuk satu orang dewasa itu karena hari hampir menjelang magrib.

Priyai menatap jam dinding menunjukkan pukul 18.00 WIB. Keadaan sekeliling telah gelap gulita menunggu turunnya hujan.

Bermula dari secangkir teh hangat dan gorengan serta obrolan ringan, Priyai dan istrinya serta Mbak Wiwit membuka obrolan ringan tentang sesuatu yang bersifat basa-basi. Namun seperti yang telah ditekankan dalam hatinya, Priyai pun lambat laun menyampaikan maksud dan tujuan kedatangannya.

Entah karena Wiwit yang sangat pandai berkomunikasi atau suasana hujan yang membuat segalanya menjadi nyaman. Istrinya pun bercerita tentang diri dan keluarganya.

Sesuatu yang sebelumnya tidak pernah Priyai lakukan. Biasanya dia relatif tertutup dan tak pernah terbiasa bercerita, apalagi dihadapan seorang Rektor Universitas. Terlebih lagi tentang sesuatu yang menyangkut rahasia dan nama baik keluarganya.

Beberapa kali Wiwit mengusap wajahnya, bersimpati dan tak menduga nasib adik bungsu dan iparnya setragis itu.

"Sabar ya, Dik. Semua pasti ada hikmahnya. Semoga Allah membukakan hidayah dan taufiknya kepada orang yang telah mendzalimi suamimu ditempat kerjanya. Mudah-mudahan Allah Subhanahu Wa Ta'ala memberikan kemudahan." Wiwit bicara dengan raut wajah yang sangat mendung, bahkan lebih redup dari hujan deras yang mengguyur Bumi Raflesia dari tadi sore.

 

*Bersambung...*

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren..

16 Dec
Balas

Ditunggu sambungannya Sup, bikin penasaran. Mantap.

16 Dec
Balas

Wow...ceritanya sangat menarik...kayak seru lanjutannya...smg sehat dan sukses selalu....

16 Dec
Balas

Izin follow...salam kenal dari Yogyakarta...

16 Dec
Balas



search

New Post