SUPRIYADI, Drs, S. E, M. Pd

Lahir di Surabaya 24 Nopember 1966, nama pena Supriyadi Bro. Bertempat tinggal di Desa Brangkal, Kec. Sooko, Kab. Mojokerto. Membaca dan menulis adalah kes...

Selengkapnya
Navigasi Web
MUTIARA HIDUP

MUTIARA HIDUP

#TagurMenulisHariKe216

#Pentigraf

#SupriyadiBro

MUTIARA HIDUP

Pekerjaan rutinitas dihadapi dengan senyum dan sehangat mentari pagi itu. Marwoto lelaki kekar berkumis tampak menjalani hidup dengan penuh optimistis. Mutiara hidup satu-satunya jadi curahan kasih sayangnya. Baginya pengabdian yang dilakukan tidaklah seberapa dibanding kasih sayang yang diperoleh sejak dirinya masih kecil. Kilau cahaya mutiara yang dimilikinya tidaklah boleh muram walau sedetik saja. Kadang jadi perenungan hidup bagi Marwoto, betapa tidak mudah merawat dan menyayangi itu. Pagi itu pekerjaan dan rangkaian rutinitas di rumah tuntas tepat waktu dalam suasana hati yang penuh semangat. Tidak ada rasa mengeluh, karena sejak kecil sudah tertempa hidup penuh kerja keras dan disiplin. Sebagai guru PNS di sekolah yang tergolong maju, memacu pola etos kerja yang tinggi pula.

Dua bulan akhir-akhir ini, hati Marwoto sedikit mendung. Akan ada tugas yang harus dijalani, yaitu mengikuti Diklat Calon Kepala Sekolah. Beban tugas sudah biasa dijalani seberat apapun tidak pernah membebani hatinya. Tapi kali ini menjadi sebuah pilihan yang berat, karena pelaksanaan Diklat CKS dilaksanakan di luar kota dalam rencana waktu 3 bulan. Artinya dia harus meninggalkan ibu yang selama ini dianggapnya sebagai mutiara hidupnya. Marwoto menghadapi dilema yang tidak mudah, ibunya tidak pernah mau dirawat oleh saudara, maupun kakak Marwoto. Selama ini mulai memandikan, mengganti baju dan kebaya, menyuapi makan adalah dirinya. Dengan berat hati Marwoto meminta ijin ibunya tentang tugas yang harus dijalaninya. "Apa Nak, kamu mau tugas luar kota selama 3 bulan? Terus siapa yang merawat aku?" tampak guratan kesedihan dan ibunya meneteskan air mata. Marwoto mencoba memberi pengertian tapi usahanya sia-sia.

Waktu pelaksanaan Diklat CKS makin dekat, puncak keresahan Marwoto makin diujung ubun-ubun. Dia jadi ingat ketika ibunya ditinggal umroh kurang lebih 3 minggu, terjadi perubahan luar biasa. Berat badannya langsung drop, tampak kurus dan sakit. Saat itu yang menunggu ibunya adalah kakak Marwoto. Saat H-3 pelaksanaan Diklat, terdengar hp mengeluarkan bunyi masuk pesan WA. Setelah dibaca pesan di grup khusus calon kepala sekolah, Marwoto bisa bernafas lega. Diklat di ganti lokasi pelaksanaan tidak lagi di solo tapi tetap di daerah Marwoto sendiri.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post