Supriyanto,M.Pd

Kasihilah penduduk bumi, niscaya penduduk langit mengasihimu...

Selengkapnya
Navigasi Web
Jurnal Delegasi Pendidikan Kota Surabaya di Liverpool Seri 25  MOBILITY TRAINING FOR VISUA
Mrs. Buckle sedang melatih para ABK Visual Impairment di Trotoar depan sekolah

Jurnal Delegasi Pendidikan Kota Surabaya di Liverpool Seri 25 MOBILITY TRAINING FOR VISUA

25

MOBILITY TRAINING FOR VISUAL IMPAIRMENT STAGE 2

Oleh : SUPRIYANTO, M.Pd*

 

Kelas Teori

Hari ini kembali kami belajar tentang mobilitas untuk Visual Impairment. Setelah istirahat siang, kami semua kembali belajar bersama Mrs. Buckle, pakar mobility for visual impairment di sekolah ini. Seperti biasa, kelas dimulai dengan teori di Study Room. Dalam sesi teori ini beliau mengawali dengan sedikit mengulang pelajaran pekan kemarin tentang pengenalan terhadap tongkat Visual Impairment standar PBB berikut cara penggunaannya. 

Setelah itu beliau memberikan materi baru. Ada dua materi yang beliau sampaikan hari ini, yaitu: Body Protection dan Trailling Methode. Pada materi Body Protection, Mrs Buckle mengajarkan cara melindungi diri dari benturan pada saat ABK Visual Impairment berjalan di dalam ruangan maupun di luar ruangan. Bagian tubuh yang harus dilindungi adalah bagian atas dan bagian bawah. Yang dimaksud tubuh bagian atas adalah dada dan kepala. Sedangkan yang dimaksud dengan tubuh bagian bawah yaitu perut dan paha. 

Cara melindungi tubuh bagian atas (Upper) yaitu dengan meletakkan telapak tangan di depan dada agak ke atas dengan telapak tangan menghadap ke depan/luar. Tujuannya adalah untuk mendeteksi adanya benda-benda yang potensial membentur tubuh bagian atas ketika ABK Visual impairment sedang berjalan. Selain untuk mendeteksi benda-benda yang potensial membentur tubuh bagian atas, cara ini juga bisa melindungi tubuh dari potensi benturan dengan benda-benda tersebut.

Sedangkan cara melindungi tubuh bagian bawah (lower) adalah dengan meletakkan telapak tangan di depan perut dengan telapak tangan menghadap ke dalam/belakang. Tujuannya adalah untuk mendeteksi adanya benda-benda yang potensial membentur tubuh bagian bawah. Selain untuk mendeteksi benda-benda yang potensial membentur tubuh bagian bawah, cara ini juga bisa melindungi tubuh dari potensi benturan dengan benda-benda tersebut.

Materi kedua adalah Trailling Methode, yaitu cara berjalan dengan menyusuri dinding/tembok atau tepi ruangan. Tentu saja cara/metode ini hanya sesuai jika digunakan pada saat berjalan di dalam ruangan atau di sepanjang koridor bangunan saja bukan untuk digunakan pada saat berjalan di ruang gedung apa lagi di jalan raya. Cara menyusuri dinding atau tepi ruangan yang aman adalah dengan meletakkan tangan kiri didepan paha kiri dengan telapak tangan menggenggam.

Tujuan meletakkan tangan dengan posisi tersebut adalah untuk mendeteksi benda atau bagian tembok yang tidak rata dan potensial untuk membentur bagian tubuh ABK Visual impairment. Sedangkan tujuan telapak tangan dalam posisi menggenggam adalah agar saat benar-benar terjadi benturan, telapak tangan kita tidak terlalu sakit. Beda sekali jika telapak tangan kita sedang dalam posisi terbuka pada saat terjadi benturan, maka bisa saja jemari tangan kita akan mengalami cidera atau bahkan patah.

Kelas Praktik

Pada sesi praktik kali ini tidak hanya siswa yang berperan sebagai ABK Visual Impairment,  akan tetapi para guru pendamping pun harus ikut memperagakan dan merasakan berjalan dalam kondisi buta. Untuk itu para guru harus menutup matanya dengan alat yang disebut Blind Fold. Alat ini berupa penutup mata seperti masker. Dengan alat ini yang terpasang di mata para guru, maka kami semua para guru pendamping tidak lagi bisa melihat apa pun. Sama seperti para ABK Visual Impairment yang totally blind seperti Ibham dan Reva.

Ada dua teknik yang diajarkan kali ini. Pertama, berjalan tanpa tongkat dengan mengikuti tepi dinding koridor dan yang kedua adalah teknik trailling dengan menggunakan tongkat. Akan tetapi, sebelum memperagakan kedua teknik tersebut, kami diminta mengulangi praktik materi pekan kemarin dengan menggunakan teknik menuntun orang buta. Bedanya dengan pekan kemarin, kali ini yang dituntun adalah para guru pendamping yang matanya telah tertutup dengan Blind Fold tadi. Sedangkan para siswa berperan sebagai orang yang menuntun kami, kecuali Reva dan Ibham tentunya.

Bu Rina, salah satu guru pendamping sampai menangis ketika merasakan sensasi berjalan sebagaimana jalannya orang buta. Karena hampir 3 pekan ini beliau mendampingi siswa kami yang memang benar-benar buta (totally blind). Kini beliau bisa merasakan sendiri bagaimana kesulitan yang dialami orang buta dalam berjalan. Beliau merasakan benar hal tersebut sehingga rasa empaty beliau semakin menguat. Hal inilah yang menyebabkan air mata beliau bercucuran di depan kami semua yang telah membuka Blind Fold kami.

Kedua teknik yang harus kami semua (para siswa ABK dan guru pendamping) bisa dilakukan dengan sangat baik. Apalagi suasana koridor sekolah tempat kami berlatih memang sangat nyaman. Semua lantainya dilapisi karpet tebal. Dinding koridor memang tidak rata karena banyak sekali sisi-sisi yang menonjol karena konstruksi bangunan yang banyak beton penyangganya serta pintu-pintu ruang yang sebagian sedang terbuka. Selain itu masih ada juga sebagian siswa sekolah ini yang berlalu lalang dengan bebasnya di koridor ini tanpa penuntun, padahal mereka juga buta.

Setelah dirasa cukup belajar di koridor sekolah, maka kegiatan latihan dilanjutkan di luar sekolah hingga sampai di jalan raya depan lokasi sekolah. Pada saat berlatih di luar geduang inilah para siswa benarbenar dikenalkan dengan konstruksi jalan/trotoar yang telah dilengkapi dengan keramik berbentuk khusus untuk mengakomodasi kepentingan para penyandang tuna netra. 

Keramik tersebut dibuat kasar dengan beberapa bagian ornamen yang menonjol berbentuk garis lurus dan lingkaran-lingakaran kecil sehingga jika bergesekan dengan roda tongkat si Buta, maka pemegang tongkat itu akan bisa merasakannya. Jika mereka masih melewati keramik dengan ornamen garis lurus berarti mereka masih berada di jalur yang aman. Tetapi jika mereka telah mencapai keramik dengan pola ornamen lingkaran-lingkaran kecil tersebut, berarti mereka telah berada di ujung trotoar dan mulai memasuki sisi tepi jalan raya. Pada saat itulah mereka harus waspada dan benar-benar memasang telinga mereka secara tajam agar bisa mendeteksi saat-saat yang aman untuk menyeberang jalan.

Setelah sampai di ujung jalan keluar sekolah dan bertemu dengan tepi jalan raya, maka semua siswa ABK dibimbing untuk balik lagi ke dalam sekolah dengan tetap menggunakan tongkatnya. Karena semua siswa ABK telah berhasil menyelesaikan sesi teori dan praktik hari ini dengan baik, maka Mrs Buckle menghadiahkan satu box buah strowbery segar dan besar-besar kepada kami semua. Terima kasih, Mrs. Buckle.

Pekan depan insya Allah latihan mobilitas ini akan benar-benar dilaksanakan di jalan raya yang ramai lalu lintas. Hal ini untuk mengasah ketajaman indra pendengaran siswa juga untuk melatih keterampilannya dengan berbagai teknik mobiltas yang telah diajarkan. Semoga para siswa, para guru pendamping dan juga para pengajar dari St Vincet’s School ini tetap sehat dan semangat sehingga pelajaran kami semua disini bisa tuntas hingga akhir program. Amin.

 

*****************

Asrama St. Vincent’s School 

Kamis, 4 Juli 2019 pukul 22.46 Waktu Liverpool

Penulis : Tim Delegasi Pendidikan Kota Surabaya di Liverpool United Kingdom

              

 

 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post