Suraji

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR FISIKA

MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR FISIKA

A. Hakikat Belajar

Belajar memiliki makna yang sangat luas dan kompleks. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:24), belajar adalah berusaha memperoleh ilmu pengetahuan (kepandaian, keterampilan) Menurut Thorndike dalam Budiningsih (2005:21) belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indra. Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar. Perubahan perilaku akibat belajar dapat berwujud konkrit dan tidak konkrit. Sedangkan menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami peserta didik dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi stimulus dan respon (Budiningsih, 2005:20).

Menurut Chaplin Dictionary of Psicology membatasi belajar dengan dua macam rumusan. Rumusan pertama, belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Rumusan kedua, belajar adalah proses memperoleh respons-respons sebagai akibat adanya latihan khusus (Muhibbin Syah, 2004:90). Sedangkan menurut Gane, belajar adalah perubahan kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas (Suprijono, 2012:2). Hilgard dan Brower dalam Hamalik (2010:45) belajar adalah perubahan dalam kegiatan melalui aktivitas, praktik, dan pengalaman.

Dari beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon untuk mencapai mengalami perubahan tingkah laku melalui aktivitas, aktivitas, praktik, dan pengalaman yang dilakukan secara sengaja dan sadar untuk mendapatkan kesan dari bahan yang telah dipelajari.

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar peserta didik adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi peserta didik dalam belajar adalah kesehatan, intelegensi dan bakat, minat dan motivasi, cara belajar. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi peserta didik dalam belajar adalah keluarga, guru dan cara mengajarnya, metode pembelajaran, alat-alat yang digunakan dalam belajar, lingkungan, dan kesempatan yang tersedia, motivasi social (Dalyono, 2005: 55-60)

Menurut teori behavioristik, kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal yaitu tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik peserta didik, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Tujuan pembelajaran ditekankan penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagai aktivitas “mimetic“ yang menuntut peserta didik untuk mengungkapkan kembali pengetahuan dalam bentuk laporan, kuis, atau tes (Budiningsih, 2005:27-28).

B. Hakikat Motivasi Belajar

Sudah banyak ahli psikologi pendidikan dan psikologi pembelajaran membahas tentang motivasi dalam pembelajaran. Menurut Asrori (2007:183) motivasi dapat diartikan sebagai berikut : (1). Dorongan yang timbul pada diri sesorang, secara disadari atau tidak disadari, untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu; (2).Usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu bergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan. Sedangkan menurut Mc Donald dalam Hamalik (2010:173) Motivasi adalah suatu perubahan di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afeksi dan reaksi untuk mencapai tujuan.

Motivasi mempunyai fungsi sebagai berikut: (1). Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. (2). Sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan kepada pencapaian tujuan yang diinginkan. (3). Sebagai penggerak, besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.

Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai (Sardiman, 1990: 75).

Menurut Asrori (2007: 184) Indikator untuk mengetahui peserta didik yang memiliki motivasi tinggi dalam proses pembelajaran adalah memiliki gairah yang tinggi, penuh semangat, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, mampu “jalan sendiri” ketika guru meminta peserta didik mengerjakan sesuatu, memiliki rasa percaya, memiliki daya konsentrasi yang lebih tinggi, kesulitan dianggap sebagai tantangan yang harus dikuasai, memiliki kesabaran dan daya juang yang tinggi. Sedangkan Indikator untuk mengetahui peserta didik yang memiliki motivasi rendah dalam proses pembelajaran adalah perhatian terhadap pelajaran kurang, semangat juang rendah, mengerjakan sesuatu merasa seperti diminta membawa beban berat, sulit bis “jalan sendiri” ketika diberi tugas, memiliki ketergantungan kepada orang lain, bias jalan kalau sudah dipaksa, daya konsentrasi kurang, sering membuat kegaduhan, mudah berkeluh kesah dan pesimis ketika mengahadapi kesulitan.

Menurut Nasution (1982:81) cara membangkitkan motivasi belajar antara lain: a. Memberi angka, banyak siswa belajar yang utama justru untuk mencapai angka yang baik, sehingga biasanya yang dikejar itu adalah angka atau nilai. Oleh karena itu langkah yang dapat ditempuh guru adalah bagaimana cara memberi angka-angka dapat dikaitkan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam setiap pengetahuan. b. Memberi hadiah, hadiah dapat membangkitkan motivasi belajar seseorang jika ia memiliki harapan untuk memperolehnya, misalnya: seorang siswa tersebut mendapat beasiswa, maka kemungkinan siswa tersebut akan giat melakukan kegiatan belajar, dengan kata lain ia memiliki motivasi belajar agar dapat mempertahankan prestasi. c. Hasrat untuk belajar, hasil belajar akan lebih baik apabila pada siswa tersebut ada hasrat atau tekad untuk mempelajari sesuatu. d. Mengetahui Hasil, dengan mengetahui hasil belajar yang selama ini dikerjakan, maka akan bisa menunjukan motivasi siswa untuk belajar lebih giat, kerana hasil belajar merupakan feedback (umpan balik) bagi siswa untuk mengetahui kemampuan dalam belajar. e. Memberikan pujian, pujian sebagai akibat dari pekerjaan yang diselesaikan denga baik, merupakan motivasi yang baik pula. f. Menumbuhkan minat belajar, siswa akan merasa senang dan aman dalam belajar apabila disertai dengan minat belajar apabila disertai dengan minat belajar. Dan hal ini tak lepas dari minat siswa itu dalam bidang studi yang ditempuhnya. g. Suasana yang menyenangkan, siswa akan merasa aman dan senag dalam belajar apabila disertai denga suasana yang menyenangkan baik proses belajar maupun situasi yang dapat menumbuhkan motivasi belajar.

C. Hakikat Hasil Belajar Fisika

Hasil belajar memiliki peran penting dalam proses pembelajaran. Penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan peserta didik dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui berbagai kegiatan belajar. Selanjutnya, dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan peserta didik lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu. Sudjana (2001:22) menegaskan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Sedangkan menurut Chatarina (2004:4), hasil Belajar merupakan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas.

Menurut Suprijono (2012:7), hasil belajar adalah perubahan tingkah laku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja artinya hasil pembelajaran tidak dilihat secara terpisah (fragmentaris) melainkan komprehensif.

Berdasarkan beberapa definisi tentang hasil belajar, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh peserta didik setelah melakukan pembelajaran.

Berdasarkan PP 19 Pasal 63 ayat (1) penilaian pada jenjang pendidikan dasar dan menengah untuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), terdiri atas: (a) penilaian hasil belajar oleh pendidik, (b) penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan, dan (c) penilaian oleh pemerintah. Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk menilai pencapaian kompetensi peserta didik, bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran (Pasal 64ayat (1) dan (2)). Pasal 64 ayat (4) menyatakan bahwa penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran iptek dilakukan oleh pendidik melalui ulangan, penugasan, dan/atau bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik materi yang diujikan.

Penilaian hasil belajar oleh pendidik bertujuan untuk memantau proses dan kemajuan belajar peserta didik serta untuk meningkatkan efektivitas kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan dan mencakup seluruh aspek pada diri peserta didik, baik aspek kognitif maupun afektif, sesuai dengan karakteristik mata pelajaran kelompok mata pelajaran iptek.

Ada empat hal yang perlu diperhatikan dalam menilai hasil belajar peserta didik pada kelompok mata pelajaran iptek. Pertama, penilaian pendidikan ditujukan untuk menilai hasil belajar peserta didik secara menyeluruh, mencakup aspek kognitif dan afektif. Informasi hasil belajar yang menyeluruh menuntut berbagai bentuk sajian, yakni berupa angka prestasi, kategorisasi, dan deskripsi naratif sesuai dengan aspek yang dinilai. Informasi dalambentuk angka cocok untuk menyajikan prestasi dalamaspek kognitif. Sajian dalambentuk kategorisasidisertai dengan deskriptif-naratif cocok untuk melaporkan aspek afektif. Kedua, hasil penilaian pendidikan dapat digunakan untuk menentukan pencapaian kompetensi dan melakukan pembinaan dan pembimbingan pribadi peserta didik. Ketiga, penilaian oleh pendidik terutama ditujukan untuk pembinaan prestasi dan pengembangan potensi peserta didik. Misalnya, seorang peserta didik kurang berminat terhadap mata pelajaran kelompok iptek, maka hendaknya diberi motivasi agar ia menjadi lebih berminat. Keempat, untuk memperoleh data yang lebih dapat dipercaya sebagai dasar pengambilan keputusan perlu digunakan banyak teknik penilaian yang dilakukan secara berulang dan berkesinambungan.

Hasil belajar yang diukur dalam pembelajaran fisika adalah hasil belajar pada ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik.

Benyamin Bloom et al (dalam Clark, 1999) mengklasifikasikan hasil belajar dalam tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, psikomotor yang dikenal dengan taksonomi Bloom.

1). Ranah Kognitif

Bloom membagi ranah kognitif dalam enam jenjang kemampuan yaitu hafalan (knowledge/C1), pemahaman (comprehension/C2), penerapan (applicationC3), analisis (analysis/C4), sintesis (synthesis/C5), evaluasi (Evaluation/C6)

2). Ranah Afektif

Ranah afektif berhubungan dengan perkembangan emosional seseorang, yaitu sikap, motivasi dan apresiasi. David Kartwohl (Rahayu, 2008) membagi ranah afektif dalam lima jenjang, yaitu penerimaan (receiving), jawaban (responding), penilaian (valuing), organisasi (organitation), karakteristik (characterization),

3). Ranah Psikomotor

Ranah psikomotor berkaitan dengan kemampuan gerak atau manipulasi yang bukan disebabkan oleh kematangan biologis atau berkaitan dengan keterampilan (skill). Ranah psikomotor dikemukakan oleh Dave (Clark, 1999) yang membaginya menjadi lima kategori, yaitu peniruan (imitation), manipulasi (manipulation), ketetapan (precision), artikulasi (articulation), pengalamiahan (Naturalization)

D. Model Pembelajaran Problem Based Learning

Menurut Suprijono (2012: 13), pembelajaran berdasarkan makna leksikal berarti proses, cara, perbuatan mempelajari. Guru berupaya mengorganisir lingkungan terjadinya pembelajaran. Sedangkan menurut Asrori (2007:6) pembelajaran berlangsung melalui lima alat indra yaitu penglihatan ( visual): melihat kejadian suatu peristiwa, pendengaran (auditory): mendengar suatu bunyi, pembauan: (olfactory):bau makanan membuat kita terasa lapar, rasa tau pengecap (taste): kulit kita merasa sentuhan dan dapat membedakan permukaan licin dengan permukaan kasar.

Menurut Isriani Hardini dan Dewi Puspitasari (2011:10), kegiatan pembelajaran merupakan aktivitas guru untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan proses belajar peserta didik berlangsung optimal. Guru bertugas membantu orang belajar dengan cara membuat lingkungan untuk belajar dengan mudah, artinya guru harus mengadakan pemilihan terhadap strategi pembelajaran yang ada, yang paling memungkinkan proses belajar peserta didik berlangsung secara optimal. Jadi pembelajaran adalah suatu usaha yang sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan professional yang dimiliki guru untuk mencapai tujuan kurikulum. Fungsi system pembelajaran ada tiga yaitu fungsi belajar, fungsi pembelajaran, dan fungsi penilaian. Fungsi belajar dilakukan oleh komponen peserta didik, fungsi pembelajaran dan penilaian (yang terbagi dalam pengelolaan belajar dan sumber belajar) dilakukan oleh sesuatu di luar peserta didik.

Menurut Piaget dalam Budiningsih (2005: 50), langkah-langkah pembelajaran adalah menentukan tujuan pembelajaran; memilih materi pelajaran; menentukan topic-topik yang dapat dipelajari peserta didik secara aktif; menentukan kegiatan belajar yang sesuai untuk topic-topik tersebut misalnya penelitian, memecahkan masalah, diskusi, mulasi, dan sebagianya; mengembangkan metode pembelajaran untuk merangsang kreatifitas dan cara berpikir peserta didik; pelakukan penilaian proses dan hasil belajar peserta didik.

Menurut Nurhadi (2004) dalam Sitiatava (2013:65-66), Pembelajaran berbasis masalah atau Problem Based Learning adalah suatu model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan ketrampilan pemecahan masalah, serta memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. Sedangkan menurut Paul Eggen dan Don Kauchak (2012:307), pembelajaran berbasis masalah adalah seperangkat model mengajar yang menggunakan masalah sebagai focus untuk mengembangkan ketrampilan pemcahan masalah, materi, dan pengaturan diri. Pelajaran dari pembelajaran berbasis masalah memiliki tiga karakteristik yaitu pelajaran berfokus pada memecahkan masalah, tanggung jawab untuk memecahkan masalah bertumpu pada siswa, guru mendukung proses saat sswa, mengerjakan masalah.

Sedangkan menurut sitiatava (2013: 72) karakteristik model pembelajaran berbasis masalah adalah: 1) belajar dimulai dengan satu masalah, 2) memastikan bahwa masalah tersebut berhubungan dengan dunia nyata siswa, 3) mengorganisasikan pelajaran seputar masalah, bukan disiplin ilmu, 4) memberikan tanggung jawab yang besar kepada siswa dalam membentuk dan menjalankan secara langsung proses belajar, 5). Menggunkan kelompok kecil, menuntut siswa untuk mendemonstrasikan yang telah dipelajari, dalam bentuk produk atau kinerja.

Menurut sitiatava (2013: 78-81), langkah-langkah model pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut: 1) mengorientasikan masalah, 2) mengorganisasikan siswa untuk belajar, 3) memandu menyelidiki secara mandiri atau kelompok, 4) mengembangkan dan menyajikan hasil kerja, 5) menganalisis dan mengevaluasi, hasil pemecahan masalah. Adapun gambaran rinci langkah-langkah model pembelajaran PBL adalah sebagai berikut:

NO

Langkah

Kegiatan Guru

1

Orientasi masalah

a

Menginformasikan tujuan pembelajaran

b

Menciptakan lingkungan kelas yang memungkinkan terjadi pertukaran ide yang terbuka

c

Mengarahkan kepada pertanyaan atau masalah

d

Mendorong siswa mengekspresikan ide-ide secara terbuka.

2

Mengorganisasikan siswa untuk belajar

a

Membantu siswa dalam menemukan konsep berdasarkan masalah

b

Mendorong keterbukaan, proses demokrasi, dan cara belajar siswa aktif

c

Menguji pemahaman siswa atas konsep yang ditemukan

3

Memandu menyelidiki secara mandiri atau kelompok

a

Memberi kemudahan pengerjaan siswa dalam menyelesaikan masalah

b

Mendorong kerja sama dan penyelesaian tugas-tugas

c

Mendorong dialog dan diskusi dengan teman

d

Membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas-tugas belajar yang berkaitan dengan masalah

e

Membantu siswa merumuskan masalah

f

Membantu siswa dalam memberikan solusi

4

Mengembangkan dan menyajikan hasil kerja

a

Membimbing siswa dalam mengerjakan lembar kegiatan siswa

b

Membimbing siswa dalam menyajikan hasil kerja

5

menganalisis dan mengevaluasi, hasil pemecahan masalah

a

Membantu siswa dalam mengkaji ulang hasil pemecahan masalah

b

Memotivasi siswa agar terlibat dalam pemecahan masalah

c

Mengevaluasi materi

Menurut sitiatava (2013: 82-84), model pembelajaran berbasis masalah memiliki beberapa kelebihan yaitu: 1). Siswa lebih memahami konsep yang diajarkan karena siswa menemukan konsep tersebut. 2). Melibatkan siswa secara aktif dalam memecahkan masalah dan menuntut ketrampilan berpikir siswa yang tinggi. 3). Pengetahuan tertanam berdasarkan schemata yang dimiliki oleh siswa, sehingga pembelajaran lebih bermakna. 4). Siswa dapat merasakan manfaat pembelajaran, karena masalah-masalah yang diselesaikan langsung dikaitkan dengan kehidupan nyata. 5). Menjadikan siswa lebih mandiri dan dewasa, mampu member aspirasi dan menerima pendapat orang lain, serta menanamkan sikap social yang positi dengan siswa lainnya. 6). Mengkondisikan siswa dalam belajar kelompok yang saling berinteraksi terhadap pembelajar dn temannya, sehingga pencapaian ketuntasan blajar siswa dapat diharapkan. 7). Dapat menumbuhkembangkan kemampuan kreatitas siswa, baik secara indvidu maupun keompok. Sedangkan kekurangan model pembelajaran masalah adalah: 1). Bagi siswa yang malas, tujuan dari metode tersebut tidak dpat trcapai. 2). Membutuhkan banyak waktu dan dana. 3). Tidak dapat diterapkan pada semua mata peajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Asrori, Mohamad, 2007, Psikologi Pembelajaran, Bandung, CV Wacana Prima.

Budiningsih, Sri C, 2005, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta, PT Rieka Cipta.

Catharina. 2004. Psikologi Belajar. Semarang : UNNES Press

Dalyono, M, 2007, Psikologi Pendidikan, Jakarta, Rineka Cipta.

Hamalik, Oemar, 2010, Psikologi Belajar & Mengajar, Bandung, Sinar Baru Algensindo.

Hardini, Isriani SS, MA, dan Puspitasari, Dewi. 2012, Strategi Pembelajaran Terpadu (Teori, Konsep & Implementasi), Yogyakarta, Familia (Group Relasi Inti Media).

Nasution. 1982. Teknologi Pendidikan. Bandung: Bumi Aksara

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006, Jakarta, Depdiknas.

Paul Eggen dan Don Kauchak, 2012, Strategi dan model pembelajaran, Jakarta Utara, PT Indeks

Sudjana, Nana. 2001. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosdakarya.

Sardiman, A,M. 1990. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali.

Suprijono, Agus, 2012, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem, Yogyakarta, Pustaka Pelajar.

……………., 2008, KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), 2008, Jakarta, Depdiknas.

Sitiatava, 2013, Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains, Jogjakarta, Diva Pres

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post