Ibu Suri

Seorang Guru yang tengah belajar berkisah melalui untaian aksara......

Selengkapnya
Navigasi Web

Darah Itu Kental, dik...

DARAH ITU KENTAL, DIK....

Apa kabarmu Manohara? lama ya kita tak bersua. sayang dan rindu, rasa itu kembali menilisik hati ketika mengingatmu. Hah? Engkau pasti tertawa geli jika tau perasaanku ini, atau menangis haru sepertiku, karena kutahu perasaanmu sama, iyakan, dek? Kutahu pasti saat terakhir kita bertemu,dari pelukan hangat dan tangisanmu di bahuku.

Perasaan yang asing, yah... karena rasa sayang itu baru begitu terasa saat kita tak bersama lagi. Aneh ya deek,dulu boro boro sayang, tidak berantem sehari saja itu sebuah keajaiban. Kita memang tak pernah akur, dulu Kamu memang adik yang menjengkelkan. Mano, ingat masa kecil kita, aku menangis, ngamuk karena harus melepas anting- anting baru pemberian Ibu karena kau menginginkannya. ah dek, kamu memang anak kesayangan Ibu, saking sayangnya semua keinginanmu selalu terpenuhi. Ingatkah waktu kau memamerkan baju- baju baru yang dibelikan ibu untukmu, hati begitu cemburu, ingin bertanya..baju untukku mana?? Tapi tanpa sadar yang keluar dari bibir ku...." cantiknyaa..." Ah manohara, kamu memang cantik, tak perlulah kudeskripsikan fisikmu yang membuat orang kagum, betapa bangganya ibu memiliki anak dengan kecantikan ragawi sepertimu. Mengenalkanmu kepada semua teman2nya dengan bangga adalah kebiasaan ibu kita, masih ingat jugakah dek, disebuah pesta tiba2 ibu mamanggilmu dari jauh, mengenalkanmu pada seorang rekannya "Ini lhoo, anakku", tanpa menghiraukan aku didekatnya tertunduk lesu merasa diabaikan.

Yaahh, aku begitu cemburu akan perhatian ibu padamu, terlintas pikiran kalau aku hanyalah anak pungut. Hahaa... kecemburuaan bodoh dan prasangka konyol yang terlambat kusadari. Sekarang? perasaan negatif itu terkikis habis terganti oleh rasa sayang dan rindu yang buncah. Darah itu kental ya, dek? Kamu cantik, tapi tunggu tak cuma cantik, tapi kamu juga beruntung, semua apa yang kau inginkan dapat kau raih dengan mudah... bahkan sebelum selesai kuliahpun pekerjaan yang layak nan penghasilan wah sudah kau dapatkan, membuat ibu semakin bangga, perhatian dan kasih sayangnya semakin menjadi- jadi untukmu.

Bagaimana rasanya cantik?

Bagaimana rasanya memiliki rejeki melimpah?

Bukan itu yang membuatku penasaran karena kutahu dari sikapmu yang jumawa, yang selama ini menggelitik hatiku adalah Bagaimana rasanya disayang ibu? Jadi kebanggaan ibu? Tak sempat kutanyakan hingga pecah pertengkaranmu dengan ibu. Kamu, ya kamu yang berkeras mengatur masadepanmu sendiri yang bertentangan dengan keinginan Ibu menjadikan suasana rumah jadi panas. Kucoba dekati ibu, meminta beliau bersabar, hasilnya tak digubris, ah, siapa saya.

Mendekatimu sama saja, kamu menyesalkan sikap ibu, tapi tak sadarkah kalian sama? sama- sama keras kepala! . Kucoba menenangkanmu, memintamu bersabar nihil. Tapi heiii, perasaan apa ini saat memelukmu?rasa apa ini saat mengusap air matamu? Sayangkah? yang kuingat terakhir memelukmu ketika kau menangis katakutan karena menonton adegan seram sebuah film. dulu, duluuu sekali sewaktu kau lima tahun, selain itu tak ada lagi perlakuanku yang manis untukmu. Kakak macam apa aku ini!!!

Dan kau benar- benar pergi, meninggalkan ibu yang murka dan aku yang harus berusaha keras menenangkan beliau. Jangan, jangan tanyakan padaku siapa yang salah antara Kamu dan Ibu, karena aku tak mampu menganalisanya. Yang kutahu aku begitu mengkhwatirkan keadaan ibu dan mencemaskan keberadaanmu diluar sana, . Yang kusadar aku begitu menyayangi ibu dan kamu, ternyata. Darah itu kental, dek...

Akhirnya berdua Ibu, kufokuskan untuk memberi perhatian lebih pada ibu agar tak sedih dan marah berlarut-larut... mencoba bersabar mendengar semua keluh kesahnya tentangmu, memperhatikan apa- apa saja yang beliau butuhkan, berusaha menyenangkan hatinya, meski dengan tertatih tatih.

Aku berhasil. Ya, berhasil mendapatkan kasih sayang dan perhatian Ibu. Hay Mano...lihatlah akupun telah menikmati senyuman dan pelukan sayang ibu. Cintaku bersambut... Ibu ternyata menyayangiku juga. Ya, Aku berhasil menyenangkan hati Ibu, dek... tapi tak pernah berhasil menghilangkan kesedihannya karena kehilanganmu, binar bahagia dimatanya tak pernah kulihat lagi sejak kau pergi. Ah Mano.. Engkau telah membetot hampir semua cinta Ibu, hanya kamu yang bisa memenuhi kebahagaiaan dan rasa bangga Ibu.

Memandang wajah lelah Ibu saat tertidur, nampak semakin banyak kerut merut di wajahnya, rambutnya telah semua memutih. Ibu telah memasuki usia senja. Mano, kita berpacu dengan waktu. Pulanglah Manohara, kita bersama menuai ladang pahala ini.,jangan sampai terlambat Pulanglah Mano, tak inginkah menebus waktu yang hilang diantara kita? darah itu kental, dek.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post