SURIYA

Ketika namaku disebut, aku seakan tak memiliki arti. Datanglah pada sanubariku... pasti Kau dapati selayaknya sahabat...

Selengkapnya
Navigasi Web
DIMANA KEPEDULIANMU AKAN NASIB GURU HONOR? (BAGIAN 1) Tantangan ke1

DIMANA KEPEDULIANMU AKAN NASIB GURU HONOR? (BAGIAN 1) Tantangan ke1

Kami bukan budak pendidikan !

Benar,  kalimat yang terdapat pada poster itu membuktikan betapa perihnya menjadi pendidik di negeri ini. Negeri yang katanya kaya raya namun miskin akan tanggung jawab.

Bagi siapa?

Jawabnya adalah bagi guru.

Dari awal mereka menyadari bahwa apa yang mereka pilih adalah tentunya dengan tulus  ingin mendidik putera dan puteri bangsa agar dapat memajukan tanah kelahirannya yang akan menjadi sebuah bangsa yang bermatabat. Tanggung jawab besar pun dipikulnya, namun apakah mereka tidak boleh mendapatkan hak yang layak dan mimpi besarnya untuk menjadi bagian dari negeri ini? Menjadi PNS. Hingga sampai detik ini pun  tetap tidaak ada yang mau membayar tanggung jawab tersebut, yang  ada tetap membiarkan sampai pundakpun membungkuk.

 

Miris memang…

Sebagian mereka memilih untuk menjadi guru bukan karena sesuatu yang besar yang akan mereka dapatkan, tetapi mereka memilih karena idelaisme yang kuat.

Seandainya saja dibuka sebuah perguruan tinggi yang memikili jurusan “KORUPSI KELAS KAKAP” dengan SKS yang banyakpun, bagi mereka yang tidak memiliki martabat akan mengejarnya dan berusaha mendapatkannya dengan cara apapun dari pada menjadi seorang guru yang hampir tak ada harganya. Sebab,  dengan jurusan “KORUPSI KELAS KAKAP” kelulusannya nanti akan diterima dimanapun dengan hasil korupsi yang besar, menjadi kaya dan aman! Tetapi, bagi mereka yang memiliki jiwa dan hati yang penuh dengan ketulusan, tetap akan  memilih menjadi guru. Karena sejatinya mereka adalah “Pahlawan” tanpa tanda jasa dan impian.

 

Banyak lembaga-lembaga yang menaungi guru pun terdiam, mereka bungkam dengan apa yang menjadi aspirasi guru, mereka hanya membisikan kata “Sedang kami upayakan..” mereka hanya menenangkan tanpa batus waktu yang ditentukan, setelah itu menghilang tanpan tanggungjawab. Mereka bisa melakukan itu, sebab mereka bukan orang tua kita yang memperjuangkan kita untuk hidup layak sebagai pendidik. Mereka hanya sebuah lembaga yang memanfaatkan guru-guru hanya untuk memperbanyak anggota. Bahkan, ketika guru-guru meninggalkan sekolah untuk memperjuangkan keadilan bagi guru, dengan rasisnya mereka memberi label indisipliner dan mengeluarkan guru tersebut tanpa rasa kasihan. Seharusnya mereka mendukung!

 

Bu Lis, seorang guru yang berasal dari Sekolah Pendidikan Guru (SPG) mengajar pada sekolah negeri selama 15 tahun. Dalam rentang waktu tersebut tidak pernah ada pengangkatan dan penambahan kesejahteraannya, yang ada hanya tututan untuk kualifikasi pendidikan bagi guru. Dengan langkah terseok-seok dan sejuta harapan bahwa jika dia melanjutkan jenjang pendidikannya mencapai kualifikasi yang sudah ditetapkan ditambah lagi dengan masa kerja dia sebagai honor, sudah tentu akan mudah jika ada pengangkatan PNS buat diri nanti. Tetapi, bu Lis tetap menjadi guru honor yang dikesampingkan  haknya. Berbagai hutang dia dapatkan karena harus menyesuaikan ijazahnya menjadi sarjana dengan embel-embel S.Pd.

 

Selamat ya bu…, selamat… Bu Lis sudah menjadi sarjana dengan usia yang tak lagi muda.

Tangispun terisak manakala waktu terus bertambah bahkan mulai menggerus usia bu Lis hingga pada akhirnya usia membatasinya untuk ikut perlombaan rekrutmen CPNS. Jika hal seperti ini adakah yang mau bertanggungjawab?

Sudah pasti mereka lepas tangan…

Bapak.. Ibu wahai wakil rakyat,

Ingatlah siapa yang membuatmu menjadi sebesar ini?

Ingatlah siapa yang menorehkan ilmu dalam kepalamu?

Ingatlah siapa yang melukiskan kuasamu untuk berkehendak?

 

Jawabnya adalah sosok yang memakai seragam biru tua dengan tas lusuh dan sepatu tak berwarna.

Mereka mengasuhmu sejak kamu masih takut akan semuanya, Mereka melindungimu dari ketakutanmu sendiri menhadapi zaman.

Sekarang, ketika kalian memiliki waktu dan kekuasaan, segeralah buka hati kalian, bantulah orang yang telah mengasuhmu dengan ketulusan mendapatkan haknya…

Karena mereka yang mendidikmu memang bukanlah seorang budak.

 

Buat sahabat-sahabatku guru-guru honorer se Indonesia, teruslah berjuang dengan semangat. Kami sangat mendukungmu karena kami peduli dan pernah merasakan apa yang kalian rasakan. Terus dobrak tirani yang menghalangi hak teman-teman.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren Pak paoarannya. Sukses selalu dan barakallahu fiik

21 Jan
Balas

Keren... Motivasi buat para guru honor. Semoga ada pencerahan dan perhatian khusus bagi para guru honor.Sukses ya pak

21 Jan
Balas

Kita samasama doakan semoga pemerintah lebih memperhatikan lagi nasib guruguru honor. Sukses ya Pak

21 Jan
Balas

Waw... Hebat pak.. Motivasi buat guru honor. Sukses selalu

21 Jan
Balas

Artikel yg bagus

21 Jan
Balas

mudah2n di masa ini lebih terperhatikan.. Sukses pak

21 Jan
Balas

Bingung mau komentar apa, sukses guru sejati

21 Jan
Balas



search

New Post