Raya si putri bungsu termasuk anak mama yang manja dan super cuek, tetapi di Sekolah ia penurut dan mengidolakan Bu Anti guru kelasnya. Semua perkataan dan perbuatan Bu Anti selalu dipraktekkan di rumah sehingga segala sesuatunya yang dikerjakannya berpatokan pada “kata Bu Anti”.

Di rumah Kak Amin diadakan acara aqikah anak keduanya yang baru lahir. Anggota keluarga besar berkumpul termasuk anak – anak kami. Sepupuku Ani mendekati keponakannya yang lagi asyik bermain dan bersenda gurau diteras samping rumah dan menanyakan cita – cita mereka kalau besar nanti. Setiap anak bergiliran mengutarakan cita – citanya dengan bangga. Kini giliran Raya yang mengatakan bahwa kelak ia akan menjadi seorang guru PAUD. Menurutnya guru PAUD itu tidak ribet dan penyayang seperti Bu Anti guruku yang sabar, selalu tersenyum dan tak pernah marah walaupun aku berbuat salah, kata Raya bersemangat. “Oh… bagus sayang, menjadi guru itu mulia, apalagi guru PAUD yang merupakan peletak dasar pendidikan karakter yang bersumber dari keteladanan”, kata Ani.

Aku dan Kak Agus pulang berbarengan karena searah. Memasuki area perkebunan pisang, tiba – tiba ban mobil Kak Agus meletus. Aku menelpon bengkel terdekat untuk mengganti ban Kak Agus yang lupa membawa ban serep. Aldy dan Amy dan Emy anak kembar Kak Agus kegerahan dan gelisah karena capek bermain seharian. Raya menenangkannya dengan mengajak mencari daun pisang untuk dibuat anyaman tikar. Amy dan Emy akhirnya ceria kembali berkat permainan yang menggunakan daun pisang. Aku yang memperhatikan dari jauh berguman dalam hati memang Raya berbakat jadi guru PAUD, ia bisa menenangkan sepupunya dengan bermain daun pisang, suatu kreatifitas yang harus didukung supaya berkembang, semoga cita – citanya dapat terkabul suatu saat nanti. Aamiin...

#Stayathome

#TantanganGurusiana

#TantanganMenulis H-100