Pandemi ini berhasil membuat geger dunia persilatan, eh seluruh dunia. Pemerintah dibuat sibuk dengan program pencegahan. Dari 3m menjadi 5m. Masyarakat memahaminya dengan menjalankan protokol kesehatan. Sebagian hanya memahaminya 5m itu makan, mangan, madyang, madyang maneh, masker. Mungkin juga karena sudah hilang akal dengan keadaan. Tahun ini kasus covid 19 semakin menggila. Terutama di Jawa Tengah. Masyarakat pun resah. Sekalipun sebagian masih abai. Menjaga imun menjadi satu-satunya mencegah terpapar. Produk vitamin laris. Bahkan beberapa hari stok vitamin c1000 yang paling diburu habis. Cara lain menjaga imun adalah bahagia. Berbagai grup watshap membuat kesepakatan menghentikan berita tentang covid19 dan menggantikan konten-konten lucu. Aplikasi hiburan menjadi buruan, seperti tiktok. Orang-orang hanya berpikir bagaimana tetap bahagia agar imun terjaga. Penampakan Story watshap tak ketinggalan berderet gambar, seperti makanan, olahraga, shoping, swafoto. Semua kontennya demi menjaga imun.

Sebagian orang ternyata tidak mudah untuk bahagia. Bahkan sekadar untuk tersenyum sekalipun. Adanya keprihatinan pandemi, kesedihan di sana sini. Banyak saudara yang yang terkapar di rumah sakit, bahkan kehilangan anggota keluarga. Bagaimana bisa memikirkan bahagia sendiri. Mereka ini golongan orang yang memiliki empati dan kepedulian sosial tinggi. Mereka tidak akan bahagia jika di sekeliling ada saudara yang menderita. Jalan yang ditempuh untuk bisa bahagia adalah dengan membahagiakan orang lain. Memberikan bantuan apa yang dibutuhkan oleh saudara yang sakit. Terkadang orang tak dikenal pun diberikan bantuan jika memang saat itu melihat dan mampu. Bantuan bisa berupa makanan yang diperlukan atau sekantong darah yang dibutuhkan.

Dengan melihat orang lain terbantu dan tersenyum merupakan kebahagiaan yang tak ternilai. Disitulah seleksi sosial. Jika golongan orang seperti ini banyak di negeri ini, tidak mustahil pandei ini juga cepat berakhir. Karena tidak disangkal penderia karena covid tidak sembuh paling banyak disebabkan stres. Penderita saat isolasi baik mandiri maupun di rumah sakit kurang suplai gizi, kurang perhatian dan terbiar dalam kesendirian.

Mari kita jaga imun bersama dengan saling memberikan bantuan. Jika tetangga ada yang isolasi kita bisa berikan sekadar makanan atau vitamin yang dibutuhkan. Tak perlu takut tertular. Jaga prokes, memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak dengan penderita sudah cukup. Untuk penyintas (penah terkena covid 19) yang sudah sembuh bisa membantu penderita dengan donor darah plasma konvalesen yang dibutuhkan pasien covid. Kesadaran seperti ini yang harus ada saat ini. Jadi, jangan egois, sibuk memikirkan menjaga imun sendiri, mengabaikan saudaranya. Kalau bisa tak perlu memikirkan kebahagiaan sendiri. Karena dengan memikirkan kebahagiaan orang lain membuatnya tersenyum, dengan sendirinya kita bahagia.

pokoke sing penting kowe bahagia, aku gampang.

Fix