Sang Penikmat
Kutitipkan doa pada malam yang melambai dingin, sebentar lagi mengikhlaskan semesta pada pagi.
Sunyi, kunikmati hati tanpa riak yang bergejolak.
Kuhapus mantra suci yang sering menyebut sebuah nama tanpa raga.
Aku penikmat sepi, fasih melantunkan khayal dan impian.
Itu caraku tak membiarkan makhluk yang bernama 'keinginan'.
Hidupku bukanlah untuk hatiku yang penuh nafsu.
Namun untuknya yang tak melihat kelingan mataku, yang tak mendengar romansa kalbuku.
Pagi, teruskan doaku, hingga bumantara tak sanggup lagi mematahkan rapal mantraku kepada pemilik semesta.
Di bawah selimut, 9/7/21
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kereeen puisinya, Bunda. Salam literasi