Suryani

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Sejarah Seputar Kampungku

Kali ini kita berbicara mengenai sejarah dilingkungan tempatku berpijak. Dan yang pastinya terkait dengan apa yang dinamakan sebagai bagian dari sejarah itu tidak akan pernah habis termakan usia meski perubahan zaman telah berganti wajah. Sebab melalui sejarahlah kita khususnya diriku pribadi bisa mengetahui asal mula tempat kita dilahirkan.

Alkisah, tiga puluh tahun yang lalu, aku terlahir kedunia, aku anak ke tiga dari sepasang suami istri dengan kehidupan yang sederhana namun mampu mencukupi kebutuhannya sehari-hari bersama kelima anaknya hingga saat ini.

Sebenarnya aku belum terlalu banyak mendalami hal mengenai sejarah apa yang ada di lingkungan tempat tinggalku itu, namun usut punya usut ternyata ibuku pernah diberitahu oleh neneknya bahwa dikampung inilah ( Kedung Gede) tempat bala tentara Belanda yang dulu pernah menjadi markas beserta pasukannya hingga membuat benteng pertahanan serta cerobong asap bawah tanah yang faktanya masih ada hingga detik ini. Bahkan konon katanya mereka pun membangun jembatan penghubung berwarna kuning dengan ukiran yang unik melengkung seperti keong. Jembatan itu menghubungkan perbatasan antara Karawang-Bekasi. Banyak kisah haru lainnya dibalik jembatan itu.

Ada pun seputar sejarah Islam di kampung Kedung Gede waktu dulu tidak semodern seperti sekarang. Namun tidak mengurangi kualitas sang pendidik dimasanya.

Dulu, bangunan madrasah hanya beratapkan langit serta lantainya pun masih beralaskan tanah yang dipenuhi tajamnya batu kerikil. Semua itu tidak menyurutkan semangat para santri untuk menuntut ilmu agama. Tidak hanya itu, bangunan sekolah dimana tempat untuk menimba ilmu pun sangat jauh dikatakan layak untuk dijadikan tempat belajar. Sungguh miris memang keadaan saat itu. Bahkan semuanya itu hampir hilang dari perhatian pemerintah setempat. Namun seiring berjalannya waktu ditambah dengan kemajuan teknologi modern, pembangunan diwilayah itupun perlahan-lahan mulai meningkat. Gebrakan kompak pemerintah dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia kini mampu memberikan hasil positif.

Aku pun sudah merasakan hal positif ini sedari kanak-kanak dan hanya sampai lulus SMK, karena setelah SMK aku telah dipinang oleh mantan pacarku yang kini menjadi suamiku.

Kini hampir sepuluh tahun aku meninggalkan kampung halamanku. Semua itu hanya demi untuk mencari jalan menuju surga-nya melalui pengabdianku. Akan tetapi, walaupun aku sudah tidak lagi bermukim di kampungku sendiri, aku akan tetap mengenang tanah air tumpah darah tempat kelahiranku. Sampai pepatah pun mengatakan bahwa " Daripada hujan emas di negeri orang, lebih baik hujan batu di negeri sendiri." Itulah prinsip yang tepat.

Cung yang setuju !

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Sejarah masa lalu yang terus dikenang. Kata dimana harus dibuang, karena kata tersebut merupakan bentuk kata tanya. Kata pun dipisah, contoh kita pun, aku pu dll. Kecuali walaupun, sekalipun dll. Sukses selalu dan barakallahu fiik

18 Dec
Balas

Maunya sih di negeri sendiri juga hujan emas dong..he..he....Tulisan yg inspiratif. semangat bun...barokalloh...

18 Dec
Balas



search

New Post