Bu guru biologi itu diam seribu bahasa. Tak ada kata-kata yang mampu diucapkannya.Rasa kecewa, sedih dan marah bercampur menjadi satu. Sesekali ia menatap para siswa kemudian menunduk lagi sambil membaca doa dan beristighfar.

"Buk maafkan kami karena tidak mengindahkan pesan ibuk"

tiba- tiba dua orang siswa berdiri di samping meja bu guru. Sambil terbata-bata ia memohon maaf atas kesalahan ia dan teman-temannya. Suaranya mulai melunak dan bu gurupun tidak tahan hatinya yang sudah menahan pilu. Sambil berucap

" ibuk sedih dan kecewa nak" air mata bu gurupun jatuh berderai di pipinya. Siswa yang duduk di bangku pun pada berlari ke depan mengelilingi meja bu guru ini. Mereka secara bersamaan meminta maaf dan menangis. Terjadilah moment sedih yang tidak terduga.

Tersedu kami menangis berbarengan. Mereka menangis dan memeluk diriku sambil mengutarakan permintaan maaf.

"Ibuk malu nak sebagai guru, sekian puluh tahun ibuk jadi guru inilah momentnya tidak satu orangpun yang melakukan apa yang ibuk pesankan. Walaupun kalian telah berjanji kepada ibuk tapi tidak satu orangpun yang menepatinya.

Ibuk malu pada diri sendiri, ibuk tak punya harga dan wibawa di mata kalian"

mulutku mengoceh menumpahkan perasaan yang meledak mintak dilepaskan .

"Kami yang bersalah buk, ibuk tidak salah dalam mendidik kami, kami yang tidak becus menjadi siswa buk, maafkan kami buk, kami berjanji tidak akan mengulanginya" tutur mereka dengan mimik wajah sedih.

Akupun terdiam mencoba menenangkan perasaan ini. Dan merekapun mengulurkan tangannya minta maaf, ada yang mengelus-elus tanganku dan menciumnya, ada yang memeluk sambil bercucuran air mata, moment sedih ini masih berlanjut. Akhirnya aku berkata

"Ya nak, ibuk memaafkan kalian, ibuk berbuat ini semata untuk kemajuan kalian dalam belajar. Belajar tanpa buku itu adalah hal yang mustahil.Kita butuh ilmu dari guru, dari buku, dari internet dan pengalaman di lapangan. Jangan sia-siakan waktu kalian.Suatu waktu nanti kalian akan merindukan masa-masa sekolah yang takkan mungkin terulang lagi" ujarku sambil menatap mereka satu persatu.

Bersambung...

Bersambung