Susanah

Di mana bumi dipijak, disitu langit dijunjung...bekerja dengan ihklas untuk menjadi berkat bagi sesama ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Rindu Yang Harus Berujung

Rindu Yang Harus Berujung

Oleh Susanah

RINDU YANG HARUS BERUJUNG

Mentari memancar sayu…

Kala desir angin menggigit raga

Gelak tawa suara gagak

Menukik di awan kelabu

Bumiku meratap karena virus tak kasat mata

Langkahku makin jauh dari sumber ilmu

Kurindui guruku…kelasku

Kurindui lonceng besi bundar

Yang menggema tiap pagi…memanggilku

Sebaris puisi dikirim salah satu siswa. Meremang bulu leherku karena haru membacanya. Untaian kata yang mewakili kerinduan murid-muridku. Akh..keresahan kembali meliputiku.

Setahun enam bulan aku tak lagi berdiri didepan kelas dan menulis di papan tulis. Tak terukur rindu yang menggunung dan membayang tiap aku memandangi jajaran ruang kelas. Bangku-bangku yang menjadi saksi beragamnya tingkah bocah-bocah kecil,muridku. Aku tersenyum mengingat repotnya mengelola kelas dengan seabrek tantangan. Ya…murid yang bandel karena mereka adalah anak-anak namun sudah masuk ke usia remaja,maklum masih mencari identitas. Beberapa anak suka menonjolkan diri dengan berbagai cara. Ada mencoba mengecat rambutnya,sebagian murid laki-laki mencoba menjadi oppa ala-ala Korea. Menggemaskan sekaligus menjengkelkan. Dan aku bangga karena sebagian besar muridku adalah remaja-remaja yang sehat dan cerdas. Lamunanku berlanjut ketika memandangi beberapa piala dan piagam penghargaan yang diraih kelompok Pramuka. Akh…rinduku membuncah. Akankah rindu ini tak berujung??

Angan untuk segera melaksanakan pembelajaran tatap muka sepertinya segera terjawab ketika ada wacana bahwa bulan Juli sekolah-sekolah akan segera melaksanakan tatap muka meskipun ada embel-embel terbatas. Maka muncullah istilah PTM Terbatas,yakni Pembelajaran Tatap Muka Terbatas. Guru tergopoh-gopoh mempelajari SOP penyelenggaraan pembelajaran model ini. Berbagai acuan sudah dipresentasikan ke sekolah melalui instansi terkait. Ya…lumayanlah masih bisa bertemu murid secara langsung meskipun sehari hanya bertemu selama dua jam. Survey dan segala peralatan yang disebut “Adaptasi Kebiasaan Baru” dalam system pembelajaran tapi wacana ini nyatanya membuat guru bersemangat,mata guru kembali berbinar karena akan segera bertemu.

Maka alat penyemprot yang dulu hanya ditemui di gudang petani atau toko bangunan saat ini wajib dimiliki sekolah sekaligus tukang semprotnya. Wadah-wadah tempat cuci tangan harus berdiri di depan kantor guru dan di depan-depan kelas. Sekolah harus memiliki pengukur suhu tubuh…Huh..ribetnya namun aku tetaplah antusias demi meluruhkan rindu terhadap wajah-wajah penunut ilmu dariku. Selama liburan semester aku menghitung hari seakan tidak sabar memasuki awal pembelajaran tatap muka.

Dan..duarr! kekagetanku melebihi saat terkejut mendengar petir yang bersahutan. Indonesia digoncang badai dengan melonjaknya angka penderita Covid-19 yang memporak porandakan sendi-sendi hidup masyarakat. Dan rindu untuk segera berjumpa langsung dalam pembelajaran tatap muka makin menggila.

Pemerintah lalu menggelar masa PPKM yakni Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat. Dan salah satu butir peraturan ini tertulis bahwa penyelenggaran pendidikan dilaksanakan dari jarak jauh. Belum bisa bertemu dong?!?

Skenario dalam PTM Terbatas akhirnya hanya teronggok di atas kertas. Dan kekecewaan melanda seluruh warga sekolah. Guru dan murid yang saling mencintai belum bisa bertemu langsung untuk memutus rindu. Ya…hati yang ikhlas haruslah mengemuka jika tidak mau stress dan pada akhirnya menurunkan imunitas tubuh meskipun sudah mendapatkan 2 dosis vaksin Covid-19. Rindu ini harus berujung,maka tindakan penuh hikmat harus diambil. Mematuhi semua protokol kesehatan menjadi wajib jika mau segera bertatap muka dalam belajar. Mata rantai penyebaran virus yang mendongkolan ini harus segera terputus. Kesehatan murid harus menjadi prioritas uatama sebab mereka adalah generasi penopang eksistensi bangsa ini. Mereka harus lebih lagi bersabar sehingga para anak dan remaja ini terselamatkan dari keganasan Covid-19 yang sudah merenggut ribuan jiwa. Rindu ini harus berujung.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

ulasan yang keren dan nenewen. semoga bisa menghiasi buku Rindu tatap muka sehat selalu bunda Susana. salam skss

10 Aug
Balas

terima kasih pak Hustanil...sukses ya Pak....salam skss

10 Aug



search

New Post