Susi Agustini

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Bagus yah, tempat Hitler bunuh-bunuhan dulu

Bagus yah, tempat Hitler bunuh-bunuhan dulu

Setelah sempat menimbulkan kegaduhan kecil warganet beberapa minggu yang lalu karena berswafoto ria di jalan Tol Waru Sidoarjo 700 km , Jawa Timur dengan "Melangkah Manjaahh Di Jalan ToL Surabayaahh ...Yaaaaa...Khaaaaannn !". Untuk kesekian kalinya, kembalilah “si Incess Syahrini” mencari perhatian dan sekaligus menimbulkan kegeraman publik karena tingkahnya yang kurang etis. Pasalnya Syahrini mengambil foto dan video di sebuah tempat di mana lebih dari 6 juta orang Yahudi dibunuh di bawah rezim Nazi yaitu Holocaust Memorial di Berlin. Entahlah mengapa ini dilakukan, apa karena sudah mulai krisis ide dan kering kreatifitivitas untuk mengisi fitur story cantik dan manja instagram pribadinya.

Memorial tersebut didirikan di atas lahan seluas 19 ribu meter persegi dekat situs bersejarah Gerbang Brandenburg. Instalasi memorial didesain berupa 2.711 buah balok persegi yang terbuat dari beton. Memorial yang dibangun pada April 2003 sampai Desember 2004 itu telah menelan dana sekitar 25,3 juta euro. Dan tempat itu dibangun untuk menghormati para orang-orang Yahudi korban pembantaian atau holocaust Nazi di Jerman.

Memorial to the Murdered Jews of Europe memang didirikan sebagai monumen peringatan atas tragedi kelam pembantaian massal. Tapi rupanya Syahrini yang tak paham konteks, bagaimana ia harus bersikap dan menunjukkan etikanya dengan sopan santun khas karakter bangsa Indonesia di luar negeri. Menjadi tamu di negeri orang seharusnya empatinya yang tinggi terhadap duka mendalam warga Yahudi di Jerman beberapa puluh tahun yang lalu.

Ulah si Incess tersebut juga menjadi sorotan media Jerman dan juga media di sejumlah negara lainnya, seperti Singapura. Sejumlah Koran di Jerman dan Singapura memuat dan mengulas berita dengan tajuk “ Sangerin am Holocaust Mahmnal: “ Ist es nicht schönhier ?”. Berbagai kritikan tajam ditujukan kepada oleh media asing karena Syahrini dianggap tidak peka dengan lokasi dan kondisi di mana ia berada. Bagi Syahrini, Holocaust Memorial adalah " tempat Hitler bunuh-bunuhan." Oh My God, artis Indonesia go internasional dengan etika yang cukup memilukan. Sekali lagi ini bukan suatu prestasi yang cukup membanggakan.

Seperti kita ketahui seorang artis atau publik figur adalah ibarat duta bangsa di mata dunia. Semua tingkah lakunya akan disorot oleh media baik dalam negeri maupun luar negeri. Tidak jarang para penggemarnya meniru dan mencontoh perilaku idolanya. Sangat disayangkan jika perilakunya bukan merupakan perilaku yang bisa dijadikan teladan (role model). Tuntutan adanya good attitude dan good personality harus seiring sejalan dengan penampilan fisik yang mempesona. Karakter merupakan cerminan kepribadian seseorang secara utuh yang meliputi: mentalitas, sikap dan perilaku. Dan kepribadian itu sejatinya adalah dasar dari pembentukan karakter seseorang, karena pada bagian inilah seseorang memiliki kecenderungan untuk merespon terhadap segala sesuatu hal yang terjadi di lingkungan sekitarnya.

Ada pelajaran berharga yang dapat dipetik dari peristiwa ini, bangsa ini sudah semakin krisis karakter dan juga kering empati. Oleh karena itu pentingnya pendidikan penguatan karakter sudah tidak bisa ditawar lagi. Pendidikan pada prinsipnya memiliki dua tujuan, yaitu membantu manusia untuk menjadi cerdas dan pintar (smart), dan membantu mereka menjadi manusia yang baik (good). Selama ini yang selalu menjadi prioritas utama adalah menjadikan manusia cerdas dan pintar , karena hal itu sulit dilakukan. Akan tetapi menjadikan manusia agar menjadi orang yang baik dan bijak, tampaknya jauh lebih sulit atau bahkan sangat sulit dilakukan.

Kenyataan yang terjadi pada masyarakat modern adalah ketidakseimbangan kecerdasan. Kecerdasan bukan melulu kecerdasan secara intelektual (IQ) belaka, tetapi juga dibarengi dengan kecerdasan spiritual (SQ) dan juga kecerdasan emosional (EQ). Seseorang yang memiliki kecerdasan emosi biasanya memiliki dua unsur penting dalam dirinya: pertama, kemampuan untuk berempati yaitu kemampuan untuk membaca dan merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Kedua, kemampuan untuk melakukan interaksi sosial dengan orang lain dimana seorang individu mampu mengelola perasaan orang lain dengan baik.

Penerapan kecerdasan emosional pada diri kita dilakukan melalui pengelolaan gejala tubuh antara lain: kapan kita harus tersenyum, kapan kita menunjukkan rasa bahagia, kapan kita tertawa, gembira, sedih, menangis, marah, kesal, gundah, gelisah dan lain sebagainya. Salah menempatkan diri dalam suatu situasi tertentu, menandakan adanya sinyal kecerdasan emosional (SQ) yang kurang. Tersenyum bahagia di atas penderitaan jutaan orang Yahudi yang terbunuh pada masa Nazi berkuasa merupakan suatu sikap yang tidak pas dan pantas. Muncullah problem moral karena pengaruh kemajuan dan tuntutan eksistensi di media sosial. Bijak dalam bermedia sosial menunjukkan cerminan kepribadian yang arif dan bijaksana. Perihal tentang akutnya problem moral inilah, yang akhirnya kemudian menempatkan pentingnya pendidikan penguatan karakter.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

betuul ibu .... problem moral muncul karena tuntutan eksistensi dalam bermedia sosial

26 Mar
Balas

Masih belajar ini pak Edi .... belum bisa nulis yang berat-berat. Hehehe

26 Mar
Balas

Sip! Ayo nulis lagi! Yg ringan2 saja gpp.

24 Mar
Balas

kurang peka mungkin....hehehhe lanjut bu susi

18 Nov
Balas

Menyedihkan, ya ?

25 Mar
Balas



search

New Post