Susi Purwanti

Berusaha memaknai hidup, seorang guru di SMPN 1 Kotabaru - Karawang Jawa Barat...

Selengkapnya
Navigasi Web
Kidung Kedasih (2)

Kidung Kedasih (2)

Malam merayap diiringi irama jangkrik dan angin yang masuk dari sela-sela bilik. Terkadang Si Jenong mengeong tepat di samping kamar dan sepertinya diganggu sama kucing Bik Minah tetangga dekat.

“Asih, sudah malam, tidurlah dan jangan lupa berdoa,” suara nenek mengagetkanku.

Nenek kemudian berbaring disebelahku setelah meniup lampu di atas meja. Satu-satunya sumber cahaya yang masih menyala adalah di halaman depan rumah dan di ruang tengah, itupun lampu dengan cahaya remang-remang. Kata nenek kita harus mengirit listrik. Kamar kamipun hanya memakai lampu dengan bahan bakar minyak tanah yang dibeli dari warung Bik Minah.

“Jangan lupa doakan juga ibumu, Asih,” bisik nenek nyaris tak terdengar. Kata-kata yang setiap malam keluar dari bibir nenek. Aku hanya terdiam lantas dalam gelapnya bilik kamar tak urung juga aku menatap kaki kananku. Samar terlihat dengan cahaya bulan yang menerobos bilik kamar. Sesekali Kedasih dari belakang rumah terdengar, itu cukup membuat mataku melotot dan tangan mengepal. Kembali gigiku beradu.

“Asih! Tidur!” suara nenek terdengar keras kali ini.

Hening dan terlelap.

#

Sejenak aku tatap kumpulan soal yang setiap Rabu diberikan Kak Mirah yang sedang bertugas mengajari kami anak-anak yang tak sempat selesai sekolah dasar dulu. Akupun hanya sampai kelas tiga setelah kaki kananku tak mampu untuk digerakkan, lantas aku berhenti pergi ke sekolah. Aku tak mengerti kenapa kakiku seperti itu. Untuk pergi ke dokter nenek tak memiliki uang. Sempat Pak Lurah menyarankan pergi ke puskesmas desa. Sekali, aku tak mau lagi.

Teman-temanku sudah kelas 9 SMP, sudah berganti seragam menjadi putih biru. Bahkan sebentar lagi mungkin mereka putih abu-abu. Setiap pagi aku intip mereka berangkat ke sekolah. Menyenangkan sekali tawa candanya. Ingin rasanya berada pada suasana itu. Tapi keinginan untuk bermain bersama merekapun, aku tak punya nyali setelah mendengar kata-kata yang sungguh menyakitkan bagiku, Asih gila! Lantas aku akan mengambil kerikil untuk melempar mereka. Tawa mereka ketika berlari menjauh sungguh menyakitkan! Dan dengan kaki kanan diseret, aku akan kembali ke rumah nenek.

“Asih, ayok sudah siang, pasti orang-orang di pendopo desa sudah menunggumu,”

“Iya, Nek, Asih pamit,”

Lantas aku sambar telapak tangan nenek untuk dicium, cukup lama tangan keriput itu aku nikmati baunya. Dengan langkah pelan dan kaki kanan diseret menuju pendopo desa. Aku tahu dan merasa bahwa pandangan nenek tak lepas dari tubuhku sampai hilang diperempatan jalan. Dan seperti biasa suara Kedasih terdengar kembali mengiringi langkah kaki ini.

“Diam, Kau!” ujarku setengah berteriak. Tapi Kedasih itu tetap terdengar. Kembali mataku nanar, seketika amarah menghantuiku.

“Hahahaaa, Asih gilaaa,” suara anak-anak kecil mengagetkanku. Amarahku semakin bertambah.

“Husss, jangan ganggu Kak Asih, sana pergi,”

“Asih memang gila, pohon bambu saja dia ajak bicara!” teriak anak-anak itu seraya berlari menjauh.

Suara Intan terdengar menghalau anak-anak. Dia mengambilkan buku tulis yang terjatuh tadi. Senyumnya sungguh tulus, hanya dia yang mau berteman denganku. Kami berdua adalah anak-anak yang belajar bersama Kak Mirah.

“Terima kasih,” ujarku.

Kembali kami menyusuri jalan menuju pendopo desa, sempat mataku melirik Kedasih yang masih saja ramai suaranya. Sedikit melotot dan senyum menyeringai seketika hening suara itu.

Bersambung

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Izin follow bunda Susi. Cerpen ya keren. Salam literasi salam sehat dan bahagia selalu

09 Mar
Balas

Keren ceritanya bun

09 Mar
Balas

Penasaran lanjutannya bunda. Next. Ijin follow bunda. Jangan lupa follow back ya.bunda.

09 Mar
Balas

mantap keren cadas... cerita keren menewen, sabar Asih... salam literasi sehat sukses selalu bunda Susi Purwanti bersama keluarga tercinta

09 Mar
Balas

Keren ceritanya. Ditunggu lanjutannya. Sehat selalu Bunda.

09 Mar
Balas



search

New Post