#Cerpen

#Harike8

#Part-2-Salesai

Pak Kepo kian penasaran. Guru IPA yang sedikit mengerti bahasa Arab dan yang rajin membaca Alquran itu teringat surah Al Hadid, di mana dalam surah itu Allah telah menjelaskan. Disediakan bagi manusia aneka barang untuk memenuhi kebutuhannya, termasuk logam besi.

Dalam bayangannya, bila guru bisa mengaitkan tafsir Surah Al Hadid itu dalam pembelajarannya, diharapkan dalam diri siswa tumbuh keyakinan akan kuasa Allah. Lantas menungkatlah keimanannya tentang apa yang terkandung dalam di dalam Al-Quran. Masuk deh, unsur pembentu karakter religius.

Pak Kepo lantas menunggu penjelasan pak Patar. Sekejap dia mikir. Berarti dalam kurikulum 2013, guru harus upgrade pengetahuan dan kompetensinya. Utamanya kemampuan untuk mendongkrak karakter religius dari siswa yang dididik dan diajar olehnya.

Pak Kepo masih masih saja dalam kekepoan Ia terus menunggu sajian pembelajaran pendongkrak karakter religius oleh sang guru model. Namun harapan menjadi nihil. Sajian yang ditunggu tak juga muncul pada pembelajaran pak Patar. Bahkan ketika akhirnya pelajaran ditutup dengan membaca doa.

☆☆☆

Sesi berikutnya dalam pembelajaran itu adalah refleksi. Pada sesi ini peran guru bukan lagi sebagai 'siswa'. Semua kembali berperan sebagai peserta diklat.

"Sebagai refleksi pembelajaran saya, apakah

ada pertanyaan, bapak ibu?" Pak Pattar membuka kesempatan.

Spontan Pak Kepponian angkat tangan, guna bertanya.

"Monggo Pak," sambut guru model itu.

"Maaf Pak, saya belum melihat aspek yang dianggap sebagai Ruh dalam pembelajaran di kurikulum 2013 pada pembelajaran Bapak. Maksud saya aspek religiusnya belum keluar"

Guru model itu menjawab dengan sedikit menahan emosi.

"Lha bapak tadi, apa tidak memperhatikan, ketika saya menjelaskan?"

Suasana kelas menjadi sedikit tegang. Guru peserta lain saling tengok. Ada yang berbisik tak jelas.

Sementara pak Kepo hanya diam. Ia merasa tidak perlu menjawab. Karena selama 30 menit sejak dibuka hingga closing pelajaran, pak guru asal Ponogoro itu terus menyimak proses pembelajaran dalam simolasi itu.

Pak Kepo masih diam. Ia menyengaja diam.

Pak Pattar lantas mengulang pertanyaan serupa.

"Bapak tadi, apa tidak memperhatikan, dari awal hingga pelajaran saya tutup tadi?"

"Saya tidak akan menjawab pertanyaaan ini, karena Bapak sudah tahu jawabannya," saut pak Kepo.

Maksud dari jawaban guru yang semakin penasaran itu, pak guru Patar pasti tahu kalau 'siswa' yg bernama Kepo itu sejak awal hingga akhir pelajaran fokus memperhatikan. Karena posisinya memang di bangku paling depan.

Suasana kelas semakin tegang

"Dalam pembelajaran tadi, sudah saya awali dengan mengajak siswa berdoa. Demikian juga saat mengakhiri." Dengan sedikit gagap pak, Pattar menegaskan tentang langkah pembelajaran mengajak siswa untuk berdoa.

Pada momen inilah, pak Kepo tidak bisa menahan untuk tidak berkomentar.

"Kalau begitu, apa bedanya antara kurikulum 2013 dengan KTSP, pak?" Seloroh pak Kepo.

Guru model itu semakin bingung.

"Kalau di sekolah kami, yang kurikulumnya masih KTSP, guru mengawali dan mengakhiri pelajaran dengan berdoa. Dan itu sudah otomatis, Pak. Apa tidak ada pesan religiusnya dalam lainnya?"

Kelas semakin tegang

"Karena bila tidak, ibaratnya hanaya Jas Bukak Iket Blangkon"

"Maksudnya, Pak?" sahut pak Patar spontan. Ia benar-benar asing dengan diksi yang diungkap oleh pak Kepo.

"Maksudnya, Sama Jugak Sami Mawon"

"Gerrr" Kelas pun menjadi ramai.

#TantanganMenulis 30