Selasa, 13 Oktober 2020. Bergegas aku menuju sekolah tempatku mengajar, mengingat webinar tentang kepenulisan dimulai pukul satu siang. Sebelumnya aku harus ngantri di Indra Optik, keperluan priksa mata. Sejak pembelajaran online belakangan ini, indra penglihatanku lumayan terganggu.

Masjid sekolah Al Iklhas merupakan tempat yang pertama kutuju karena salat Dhuhur belum kutunaikan. Usai bermunajat siang itu, segera laptop kubuka. Aplikasi Zoom pun tersambung relatif tanpa gangguan. Saat itu Bu Sri Saktiani, pendiri MI Modern SAKTI Tulungagung sebagai penyelenggara Webinar sedang menyampaikan pandangannya. Terimakasih kami telah difasilitasi, semoga menjadi amalan hasanah.

Disambung oleh pak Mohammad Ihsan, CEO Media Guru Indonesia dan website Gurusiana. Ulasan beliau cukup membuka wawasan betapa luasnya peluang bagi guru indonesia untuk berkiprah dalam bidang literasi. Seakan terbuka cakrawala untuk menorehkan gagasan dalam bentuk buku.

Guru memang tak selayaknya hanya berkutat dengan aktivitas bikin perangkat, mengajar, memberi tugas dan mengoreksinya. Banyak hal yang bisa dilakukan guru dengan berliterasi. Hal itu agar bukan hanya siswanya saja yang mengikat ilmunya, namun juga masyarakat pembaca buku karyanya. Trimakasih buat Pak Ihsan yang telah membuka cakrawala itu. Smg dibalas Allah dengan kebaikan. Aamiin.

Sesi berikutnya diisi oleh Pak Eko Prasetyo, penulis delapan puluh sembilan buku. Menggenapi hingga buku yang ke 90, agaknya harus terjeda ketika beliau lebih merelakan waktunya untuk melahirkan penulis-penulis baru. Semoga menjadi amalan jariah nan hasanah. Aamin.

Pemred Majalah Media Guru itu memperkenalkan 38 jenis buku. Ada beberapa jenis yang menurutku berhubungan dengan apa yang kutulis dan semoga bukunya bisa terbit. Novel Faksi, Memoar dan Kumpulan Opini. Terdapat sejumlah pertanyaan buat mimpiku untuk menerbitkan buku-buku itu. Pertanyaan pun telah kutulis, khusus kualamatkan ke penulis yang bukunya bejibun itu.

Namun aku harus ikhlaskan ketika tak sempat dijawab karena waktu tak memihak. Toh masih ada ruang dan waktu yang lain untuk mencari jawab atas ke ke-kepo-anku itu. Setidaknya, terbukti bahwa informasi, pengetahuan dan semangat yang diberikan oleh tokoh2 literasi keren itu telah berhasil menginspirasi seraya mendongkel semangatku untuk menulis.

Terakhir materi disampaikan oleh Pak Andi M Yasin. Suka sekali pada ilmunya, meski singkat aku sempat mengikat. Tentang bagai mana langkah cepat menulis buku. Mulai dari memilih tema, membuat judul, membuat outline serta sinopsis.

Meski sambil wira-wiri menyiapkan sholat Asar karena mengejar bonus dari pahala berjamaah, ilmu pun tak sedikit yang kuperoleh. Itulah mengapa aku pilih serambi Masjid untuk gabung di webinar ini. Dapat ilmunya, sholatnya pun bisa di awal waktu. Beruntung, Jian Tenan.

Cukup berat ketika Pak Yasin memberi tugas. Menulis artikel untuk diposting di website Gurusiana. Kapan ngerjkannya? Nanti dulu, karena kadung janji antarkan anak belanja. Putriku satu-satunya itu ingin melengkapi keperluan sebelum kembali ke pesantren pekan depan.

Usai salat Maghrib, kutulis uneg-unegku untuk melepas kepenatan dari aktifitas seharian. Untung saja akun Gurusiana sudah kubikin sebelumnya. Goresan pena ini menjadi jawab dari tugas itu. Klik, posting di Gurusiana.

Alhamdulillah, Allah selalu berikan kemudahan. Nikmat mana lagi yang kau dustakan, hayo?

Masih satu lagi yang harus kubikin, yaitu membuat sinopsis dari cerita yang bukunya mau kutulis. Sulit nian! Bukunya aja belum dibikin, ini ringkasannya diminta bikin duluan. Wah, ini harus mencurahkan energi penerawangan. Sekuat energi pula, karena tadi lamat-lamat ada info, bagi lima penulis sinopsis terbaik bakan dibikinkan Cover Buku. Webinar dua hari, sudah bisa terbitkan (gambar) buku. Keren, bukan?