sutini sarwono

Guru SDN LIMPUNG 03, Kabupaten Batang, Jawa Tengah Hanya ingin melakukan apa saja yang baik dan benar....

Selengkapnya
Navigasi Web
AKU INGIN MENJADI ....

AKU INGIN MENJADI ....

AKU INGIN MENJADI ....

Hampir semua orang memiliki cita - cita. Cita - cita adalah sesuatu yang diimpikan dan didamkan. Artinya cita - cita adalah sesuatu yang belum tercapai.

Cita - cita biasanya dimiliki sejak kecil, dipunyai oleh setiap orang yang belum mampu meraih mimpinya.

Tak terkecuali aku. Masa kecilku dulu kulewati dengan gembira, meskipun sangat sederhana. Apakah aku bahagia di masa kecil dulu, aku tak tahu. Yang jelas masa kanak - kanak, hingga remaja aku merasa gembira. Dalam kehidupan yang sangat sederhana, dibenakku telah tersimpan cita - cita.

Seperti anak pada umumya, cita - citaku standar saja. Kadang pingin jadi dokter, kadang pingin jadi guru, terlintas pula jadi pedagang yang kaya raya.

Aku tak punya banyak perbendaharaan kata, waktu itu. Aku juga tak punya wawasan yang cukup tentang apa saja yang bisa aku jadikan sebagai cita - cita.

Tapi entah, sejak kecil memang aku sudah diposisikan sebagai guru oleh teman - temanku. Ketika bermain sekolah - sekolahan dengan teman, akulah yang jadi gurunya. Mungkin karena aku selalu jadi juara kelas di SD dulu.

Teman - temanku berperan jadi murid. Mereka bernyanyi, aku yang disuruh menilai. Mereka pura - pura mengerjakan soal, aku pulalah yang menilai mereka.

Cita - cita menjadi dokter rupanya hanya sekedar mimpi anak kecil belaka. Dokter adalah profesi khayalan terpopuler bagi anak - anak dari keluarga miskin sepertiku. Jawaban yang paling mudah diucapkan ketika seorang anak perempuan ditanya tentang cita – citanya. Ya jadi dokter.

Tetapi kenyataannya tak ada sedikitpun jalan bagiku mewujudkan cita - cita setinggi itu. Mana tau aku, bahwa untuk jadi dokter harus sekolah yang tinggi. Aku kecil juga belum mengerti bahwa untuk masuk sekolah kedokteran, otak kita kudu encer kaya susu. Sedangkan kemampuan akademikku tak mendukung untuk itu. Belum lagi biayanya, mana paham aku, berapa rupiah banyaknya.

Lain halnya dengan panggilan hati menjadi guru. Dari kecil jiwaku, keyakinanku, ya jadi guru. Alam bawah sadarku seperti sudah memberitahu bahwa kelak itulah profesiku.

Usia SMP cita - cita menjadi guru mulai sedikit berubah. Kebiasaan mendengar di radio dan sesekali melihat penyanyi di televisi membuat aku ingin sekali menjadi penyanyi. Apalagi aku sadar betul bakatku dibidang ini. Aku dianugerahi suara yang tidak sumbang. Itu membuatku begitu percaya diri berteriak - teriak menirukan merdunya suara penyanyi profesional. Entah berapa lagu populer yang kuhafal di usia itu.

Memasuki usia SMA pikiranku kembali berubah . Aku hanya ingin menjadi ibu rumah tangga yang sarjana. Aku ingin di rumah saja. Jadi istri yang baik untuk suami dan jadi ibu hebat bagi anak - anakku kelak.

Namun idealisku itu tak bertahan lama. Selepas SMA keinginan untuk meneruskan kuliah begitu menggebu. Aku ingin menjadi wanita karier. Aku juga belum mampu memahami sepenuhnya keadaan ekonomi orangtua.

Karena keinginanku yang begitu kuat, kakak sulungku alkhirnya menyarankan aku untuk mengambil program Diploma saja. D2 PGSD akhirnya menjadi PRODI tempatku menuntut ilmu. Tetap saja aku tak cukup dewasa untuk memahami, akan jadi apa aku nanti.

Meskipun keinginan masa kecilku menjadi guru. Tak pernah terlintas dikepalaku untuk jadi guru bagi anak - anak usia sekolah dasar. Bayangan di kepalaku aku akan jadi guru bahasa. Menjadi guru Bahasa Inggris adalah impian indah bagiku kala itu.

Sejak usia remaja memang aku sudah sangat menggemari bahasa internasional ini. Makanya aku tertarik sekali mempelajari, menghafal lirik lagu dalam Bahasa Inggris. Atau menghafal satu demi satu kata dalam kamus yang kupunya.

Namun keinginan tinggal keinginan. Sedikitnya perlu kuliah lima tahun untuk itu. Duit dari mana? Untuk sekolah dua tahun saja, aku mengandalkan patungan dari kakak - kakak tercinta.

Impianku menjadi guru bahasa memang tak terwujud. Namun akhirnya aku memang berhasil menjadi seorang guru. Profesi yang juga menjadi impian Bapakku.

Meskipun almarhum Bapak belum sempat melihatku menjadi guru Pegawai Negeri, setidaknya aku telah memenuhi harapannya.

Tidak semua orang berani bercita - cita. Tidak semua orang mampu meraihnya pula.

Namun hampir semua memiliki impian. Sesederhana apapun itu. Bagiku cita – ciatku adalah impianku. Dan itu adalah menjadi seorang guru.

Tantangan ke - 38

#TantanganGurusiana

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Cita-cita banyak sekali sehingga bisa bercerita banyak.Sedangkan aku cuma ada satu cita cita sejak SD. Menjadi guru SD .titik tak pakai koma

02 Apr
Balas

Makanya jd guru hebat beneranSsiipp

02 Apr

Cita2nya saat masih kecil sama dengan saya.. hehe

02 Apr
Balas

Dan akhirnya.....

02 Apr

Cita-cita yang mulia ya Bu

03 Apr
Balas

ha.ha..itu artinya mereka sdh punya daya imajinasi yg bagus..cita cita mereka,nanti jg akan berubah ubah kok..sesuai dgn kematangan diri mereka..guru dan ortu hnya mengarahkan saja..salam

02 Apr
Balas

Beul PakSambil mengalir

02 Apr

Cita-cita sebagai penyemangat hidup

03 Apr
Balas

Cita-cita masa kanak-kanak berubah sejalan dengan perkembangannya..aku dulu juga begitu.. Bahkan sudah PNS saja masih bercita-cita... Andai anak didikku sukses semua ..wow.. Betapa aku sangaaat bahagia

02 Apr
Balas

Karena gurunya hebat

02 Apr



search

New Post