sutini sarwono

Guru SDN LIMPUNG 03, Kabupaten Batang, Jawa Tengah Hanya ingin melakukan apa saja yang baik dan benar....

Selengkapnya
Navigasi Web
Indonesia, Ber- Idul Fitri. (Terserah atau Berserah?)
https://www.google.com/search?q=gambar+lebaran+idul+fitri+2020&safe=strict&sxsrf=

Indonesia, Ber- Idul Fitri. (Terserah atau Berserah?)

Tinggal menghitung hari. Jika Allah mengizinkan kita akan bertemu dengan Idul Fitri. Banyak orang menyebutnya Hari Raya. Mereka wujudkan dengan pesta penuh suka cita. Betulkah telah tercapai hakikatnya?

Hari Raya bukan baju anyar. Hari Raya bukan bersalaman. Hari Raya bukan bersilaturahmi. Hari Raya bukan mudik. Hari Raya itu hari di mana seseorang merdeka dari nafsunya. Hari di mana kesucian kita nikmati. Setelah kita dicoreng – coreng oleh nafsu, oleh dunia, oleh iblis dan sebagainya. Ini bukan menurut penulis. Namun kutipan dari pernyataan seorang ulama besar, KH Zuhdiannor.

Sudahkan kita merasa suci? Sudahkan kita telah benar - benar mensucikan diri? Sedangkan masih ada insan penuh harap yang terus berjuang mensucikan diri. Hingga detik terakhir sebelum takbir.

Tahun ini kita diberi kesempatan untuk memperbanyak amal. Allah menyediakan ladang amal untuk bersabar. Dengan tidak mudik. Tidak pulang kampung. Tidak banyak keluar bepergian untuk mengurangi interaksi dengan banyak orang. Ini butuh kesabaran. Hanya orang - orang yang kuat yang akan bertahan.

Bukankah tahun - tahun sebelumnya kita telah diberi begitu banyak kemudahan? Bukanlah Allah telah mengizinkan kita berhari raya? Tanpa keterbatasan. Bukankankah kita akan merasakannya kembali? Nanti jika ujian wabah ini telah pergi. Benar - benar pergi.

Tidak bisakah kita bersabar atau sedikit bersabar? Dengan tetap memperbanyak di rumah saja? Dengan tetap mengurangi berkerumun dengan banyak orang di luar sana? Ini bukan bentuk ketakutan atau kekhawatiran berlebihan.

Ini adalah bentuk sebuah kepatuhan. Kepada siapa? Terserah pada mereka yang seharusnya bijaksana, namun tak lagi bijak di sana sini. Apakah masih ada pihak yang pantas kita patuhi? Jika memang tak ada lagi, setidaknya kita yakin, kesabaran ini adalah kepatuhan kita pada Yang Maha Memberi ujian. Allah juga Yang Maha Memberi jalan keluar.

Mari bersabar atau sedikit bersabar. Sampai kita benar - benar diyakinkan pada keadaan. Bahwa seribu orang lebih yang telah meninggal tak bertambah lagi jumlahnya. Sampai para dokter, tenaga medis tak lagi berbusana khusus seperti yang sekarang mereka kenakan. Jangan biarkan mereka menyerah. Jangan biarkan Indonesia Terserah.

Belum selesai. Belum usai. Bersabarlah. Tetap bersabar dengan mengurangi berkerumun di Hari Raya. Toh Hari Raya bukan bersalaman. Hari Raya bukan bersilaturahmi. Hari Raya bukan mudik. Akan tetapi Hari Raya adalah bersyukur karena kita telah kembali suci.

Sutini, 19 Mei 2020.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren ulasannya Bunda

04 Jun
Balas

Ulasan yang keren bu Sutini kita sama satu kabupaten salam kenal ijin follow dan follow back ya terima kasih

31 Dec
Balas



search

New Post