SUTRIMAN, S.Pd, M.Pd.

PROFIL PENULIS Sutriman adalah penulis kelahiran Banyuwangi pada 5 Agustus 1968. Ia alumni Universitas Islam Malang jurusan Magister Pendidikan Bahasa Indonesi...

Selengkapnya
Navigasi Web
Mengisi Masa Tunggu

Mengisi Masa Tunggu

Mengisi Masa Tunggu

Sang Ayah merasakan kebenaran pepeatah yang menynataka bahwa menunggu merupakan sesuatu yang membosankan. Sesuai jadwal yang ditetapkan, diperlulkan waktu lebih dari satu bulan ke depan untuk mengetahui hasil Sipenmaru. Untuk mengisi waktu jeda ini Sang Ayah berupaya mencari kesibukan lain untuk menghilangkan kejenuhan. Secara kebetulan beberapa kelompok remaja perantuan sedang pulang kampong. Tdak lama lagi, mereka harus berangkat karena ada pekerjaaan yang harus segera diselesaiakn di temat perantauan. Sang Ayah sempat menggobrol dengan mereka yang ternyata masih membutuhkan beberpa tenaga kerja kasar untuk menuntaskan pekerjaannya. Akhirnya Sang Ayah tanpa berpikir panjang langsung mengikuti jejak mereka untuk mau bergabung bekerja di Pulau Dewata. Sang Ayah belum tahu persis jenis pekerjaan apa yang akan ditangani. Yang penting bagi Sang Ayah ikut berangkat dan siap bekerja apa saja di perantauan.

Keesokan harinya, berangkatlah Sang Ayah mengikuti rombongan pekerja dengan naik bus meuju Pulau Dewata. Sesampainya di pelabuhan Ketapang, langsung naik kapal penyerangan Selat Bali. Seumur-umur Sang Ayah baru pertama kalinya naik kapal laut. Pengalaman pertama kali menyeberang Selat Bali meruypakan sejarah berharga bagi Sang Ayah. Bergitu kagum menikmati pemandangan laut yang sangat indah dan mempesona. Sepanjang perjalanan kapal, Sang Ayah memilih berrjalan-jalan di ruang paling atas kapal laut untuk memandangi birunya air laut yang dihiasai dengan deburan ombaknya sepanjang waktu. Lompatan ikan-ikan sesekali terlihat dari beberapa sisi kanan dan kiri kapal laut. Tampak jeas gundukan hijau Pulau Bali yang terlihat dari kejauhan.

Selama kurang lebih 45 menit, terapung-apung di Selat Bali dan akhirnya sampailah di dermaga pelabuan Gilimanuk. Sang Ayah terkesan dengan keindahan Pulau Bali. Saat itulah pengalaman pertama Sang Ayah bisa melangkahkan kaki di tanah perantauan. Belum puas memandangi pelabuhan Glimanuk, kendaraan bus yang ditumpangi Sang Ayah langsung melaju cepat menuju arah kota Denpasar. Dari sisi kaca sebelah kanan terlihat gapura yang diatasnya tertulis Selamat Datang di Pulau Bali.

Bondowoso, 14 Juli 2020

#TantanganGurusiana (Hari ke-175)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post