Pengalaman Pertama Menjadi Guru

Sang Ayah merasa belum memiliki bekal yang cukup dalam menempa ilmu keguruan, ternyata sudah memasuki tahun ketiga. Sesuai kurikulum yang ditetapkan sekolah, pada tahun ketiga ini semua siswa harus berani menjalani PPL (Praktik Pengalaman Lapangan). Saat itulah Sang Ayah sudah mulai dipanggil Pak Guru di hadapan puluhan siswa di depan kelas. Perasaan gerogi dan kurang percaya diri selalu dirasakan saat mulai melangkahkan kaki di depan pintu gebang sekolah. Terlebih lagi saat memasuki ruang kelas yang terus menjadi titik perhatian oleh puluhan pasang mata. Beban berat sangat terasa ketika Sang Ayah harus mengendalikan seluruh gerak-gerik sepanjang waktu untuk bisa menjadi teladan bagi mereka.

Setiap hari Sang Ayah harus mempersiapkan rencana pembelajaran layaknya guru yang sesungguhnya. Media pembelajaran pun harus disediakan untuk menarik minat belajar siswa dan mempermudah pemahaman mereka. Yang lebih penting lagi, Sang Ayah harus begadang sampai malam untuk memperdalam materi yang akan dibahas dalam pembelajaran esok hari. Tidak lupa menyempatkan diri untuk berlatih berbicara di hadapan kaca agar keesokan harinya tidak gagap ketika berbicara di hadapan siswa-siswi. Sang Ayah juga mulai merasakan ternyata guru itu menang semalam dari para siswanya. Artinya, persiapan guru semalam merupakan kelebihan guru yang tidak dimiliki oleh siswa sehingga ada istilah bahwa guru itu ibarat dalang yang tidak mungkin kehabisan bahan.

Hampir tiga bulan, Sang Ayah menjalani proses pembelajaran langsung sebagai seorang guru. Dengan bimbingan guru pamong, akhirnya semua persoalan bisa diatasi dan mampu melewati semua proses dengan lancar. Sesuai jadwal yang ditetapkan, Sang Ayah dan seluruh calon guru dapat menyelesaikan tugas PPL (Praktik Pengalaman Lapangan)..Semua ditarik kembali untuk menuntaskan target kurikulum.

Bondowoso, 09 Juli 2020

#TantanganGurusiana (Hari ke-170)