Menulis hari ke-65 (1498)

Episode Akad Nikah

Bagian 176

Semua keluarga memeluk erat Wirma secara bergantian mulai dari bapak, ibu, dan adik-adik Wirma. Kemudian bergantian bapak, ibu, dan adik-adik kak Rian juga tak lupa memeluk calon kakak ipar mereka. Nesa juga tak lupa memeluk sahabatnya yang sangat ia pahami hatinya. Tak ada jalan lain selain menyatakan dukungan terhadap sahabatnya Wirma.

Semua tamu dan keluarga tak kuasa melihat wajah mempelai wanita yang sedari tadi menangisi keadaan dirinya yang tak berjodoh dengan calon imamnya. Semua larut dalam lara, nestapa, dan tangisan yang tiada tara. Semua merasakan betapa beratnya yang dialami oleh mempelai wanita.

Bahkan, tak ada yang berkomentar dengan kejadian ini. Semua hanyut dalam lara yang tiada bertepi. Seakan bumi tak memancarkan sinar sang surya yang ada hanya mendung kelabu yang menggelayuti rasa dan sukma yang sedang lara. Wirma tak henti-hentinya menangis dan terisak dengan kejadian yang baru ia alami.

Seisi rumah bahkan tak ada yang bergerak dan beranjak dari tempat duduknya. Seakan sedang melayat atau takziah melihat orang yang meninggal. Lara, nestapa, tersiksa, tangisan, tersedu dengan derai air mata yang tiada henti. Semua tamu juga menangis dan matanya sembab karena mendapati mempeli pris yang tak hadir pada saat acara akad nikahnya.

Elegi Sei Batang membawa kelaraan hati sang mempelai wanita bernama Wirma yang menunggu calon imamnya Rian Hidayat  di hari akad nikah mereka. Namun, sang calon imampun tak bisa datang karena dia sudah bersama Sang Pemilik buana dan Sang Penggenggam jiwa setiap insani, begitu juga sang calon imam yang sudah tenang bersama Sang Pimilik raga seseorang.

Ya Allah yang Maha Menguasai jiwa seseorang, berilah ketabahan dan kesabaran hati si pemulik hati yang sedang lara karena Engkaulah tempat kami meminta dan melangitkan doa-doa di sepanjang malam. Semoga ada sinar rona cahaya ke depannya untuk sahabatku yang terbaik Wirma. Aamiin. 

bersambung . ..

Salam literasi

Tandan, 6 Maret 20224