Suwarni

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Elegi Sei Batang
Gambar Diunduhdi Google.com

Elegi Sei Batang

Menulis 365 hari, hari ke-327 (1032)

Semilir angin berhembus tatkala senja mulai menampakkan kabutnya. Senja telah menjemput sunset di pinggir sungai Musi tempat tinggalnya. Wirma seorang mahasiswa sebuah akademi di kota pempek yang sangat termashur itu. Dia Bernama lengkap Wirma Putri Maharani. Entah apa gerangan arti namanya, yang jelas orang tuanya mempunyai doa yang terbaik untuk namanya itu. Dia anak ketiga dari lima bersaudara. Mereka bertiga tinggal di kota pempek dan dua lagi tinggal di Belitang tempat kelahiran Wirma. Dari keempat saudaranya tinggal dia sendiri yang belum menemukan pendamping hidup.

Sebenarnya Ketika dia masih bersekolah putih abu-abu dulu, Wirma termasuk banyak penggemar dan bahkan tak sedikit teman SMA-nya yang menyatakan menyukaianya namun tak satupun yang diterima Wirma, entah karena apa? Apakah dia masih ingin konsentrasi belajar atau dia memang belum mau mengenal yang namanya cinta monyet atau cinta-cintaan. Wirma termasuk gadis yang cantik, putih, dan mungil. Dan yang membuat lelaki tertarik padanya karena dia termasuk siswa SMA yang pintar dan cerdas. Tak heran, jika dia jadi rebutan remaja pria SMA pada masa itu.

Di kelas 3 SMA, Wirma baru mengenal cinta monyet itu pun karena temannya punya pacar dan temannya tersebut juga punya teman. Jadilah dua teman perempuan bersahabat punya pacar dua laki-laki yang juga berteman. Ke mana-mana mereka terlihat berempat atau kadang mereka terlihat kompak satu sama lain. Mereka berempat bak pepatah lama berbunyi ”ke mana angin ke situ condongnya.” Namun, benih-benih suka diantara mereka hanya terbatas pada hal-hal tertentu seperti mengerjakan tugas sekolah atau sekedar ngobrol saja seperti layaknya orang ngobrol pada umumnya. Tak ada yang istimewa apalagi yang melanggar norma-norma kesopanan, norma etika, dan norma adab dan apa yang mereka lakukan masih wajar. Walau begitu, itu telah menorehkan cerita indah di sanubari nan terpatri sampai Wirma sekarang sudah menjadi mahasiswa di sebuah akademi terkenal di kota Ampera itu.

Desah lamunan senja membuat Wirma tersadar jika dia sedang mengingat masa lalunya yang indah dan takkan terlupakan, dia tetap mengisi relung hatinya yang dalam dan selamanya akan tersimpan apik di hatinya. Entah sekarang telah di mana dan ke mana teman-temannya kala putih abu-abu itu. Dirinya merasa jika kenangan itu tak kan dapat dihilangkan dari ingatannya atau istilah sekarang dia belum bisa move on (lupa) karena dia bukan tipe orang yang mudah melupakan sesuatu yang pernah dialaminya. Ah desir angin yang mengelus lembut kulitnya membuat dirinya terhenyak jika dirinya belum melakukan salat asar.

Bergegas Wirma mengambil wudu dan melakukan salat asar sebagai kewajibannya sebagai seorang Muslimah. Dia seorang wanita yang patuh dan taat pada perintah Allah SWT. Wirma lalu melakukan kewajibannya sebagai umat Islam. Sejenak Wirma mengalihkan pandangan ke peristiwa lalu yang membuat dirinya seperti orang linglung. Dia konsentrasi untuk menghadap Sang Maha Semesta, yang telah memberinya hidup hingga detik ini dan memberinya sehat batin dan sehat iman sampai titik ini.

Sementara itu,Nesa teman sekampus Wirma mengebel Wirma berkali-kali tetapi tidak ada sahutan. Nesa jadi sedikit khawatir dengan keadaan Wirma, namun dia tetap berpositif thinking, bahwa Wirma baik-baik saja. Aamiin doa Nesa untuk temannya. Sebenarnya Wirma sengaja tidak mengaktifkan suara smartphonenya agar dia dapat khusuk mengerjakan salat asar. Setelah Wirma salat tak lupa dia melangitkan doa-doa untuk dirinya dan untuk kedua orang tuanya agar Yang Kuasa selalu memberikan Kesehatan dan ketentraman untuk dirinya dan keluarganya.

Wirma melihat HP-nya ternyata ada 3 kali panggilan tidak terjawab dari Nesa. Wirma akhirnya memanggil Nesa.

“Assalamualaikum Nesa.” Sapa Wirma dari seberang sana.

“Waalaikumsalam Wirma.” Jawab Nesa dengan sedikit ragu.

“Tadi Nesa nelepon ya,” Ada apa Sa?” Tanya Wirma.

“ Iya tadi aku nelepon kamu tiga kali tetapi tidak ada sahutan, Wirma ada kuliah dak sore ini? Kalau ada kita berangkat sama-sama saja ke kampus, nanti kujemput.” Sahut Nesa.

“Iya Nes, aku ada kuliah sore ini, aku tunggu ya, terima kasih.” Jawab Wirma senang.

bersambung . . .

Salam literasi

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post