Menulis 365 hari, hari ke-336 (1041)

Sampai suatu saat, tiba-tiba Wirma berubah dan tak seperti biasanya sikapnya pada Nesa. Nesa jadi bingung dan heran dengan Wirma. Nesa selalu bertanya tetapi selalu dijawab Wirma tak ada apa-apa dengan dirinya. Itu yang membuat Nesa bingung tujuh keliling dibuat Wirma seperti itu. Tetapi lagi-lagi Wirma mengelak dan mengelak dengan alasan tidak ada yang terjadi dengan dirinya.

Nesa jadi sedih dengan sikap Wirma kepada dirinya. Itu semua diceritakan Nesa kepada ibunya dan ibunya juga heran dengan sikap aneh Wirma. Ibunya Nesa tahu bahwa anaknya sudah lama bersahabat dengan Wirma tetapi mengapa iba-tiba Wirma berubah terhadap Nesa anaknya.

Ibu Nesa menyarankan kepada Nesa untuk membiarkan dulu Wirma sendiri. Mungkin Wirma perlu menyendiri dan instropeksi diri, ibu Nesa menyebutkan berilah ruang dan waktu untuk Wirma berpikir. Jangan didesak-desak sebab nanti akan terjadi hal-hal yang tak diinginkan. Nesa menerima saran ibunya bahwa dia akan memberikan ruang untuk Wirma menyelesaikan masalahnya sendiri.

Dalam hati Nesa, dia tak kan membiarkan sahabatnya itu mengalami hal-hal yang tak dia inginkan karena Nesa menganggap Wirma seperti saudaranya sendiri dan sudah seperti adiknya sendiri. Tautan umur diantara mereka yang hanya berpaut beberapa bulan saja membuat mereka berdua saling memanggil nama saja dan tak ada yang memanggil adik atau kakak.

Nesa berusaha memejamkan mata untuk tidur tetapi bayangan wajah Wirma selalu hadir di pelupuk matanya sehingga membuat dirinya tidak mampu untuk terlelap dengan cepat. Pikiran Nesa berkelana ke mana-mana? Kadang mengingat mereka sedang berada di perpus tadi atau juga ketika mereka berada di cafe di sekitar kampus mereka.

Nesa terlelap dan tak ingat kapan dia bisa tertidur lelap setelah memikirkan sahabatnya Wirma. Nesa ternbangun karena mendengar suara azan dari masjid yang tak jauh dari rumah Nesa. Segera Nesa berwudu untuk segera melakukan salat subuh sebagai kewajiban yang harus dilakukan selalu umat Islam dan umatnya nabi Muhammad SAW.

bersambung . . .

Salam literasi

Tanjungpandan, 1 Desember 2022