Menulis 365 hari, hari ke-16 (1087)

Episode Indahnya asmara

Bag. 27

“Terima kasih Nesa, engkau memang sahabatku yang paling mengerti tentang diriku.”Ucap Wirma.

“Sama-sama Wirma, semoga kalian berdua berjodoh nantinya.”Ujar Nesa.

Setelah itu mereka berdua pergi ke parkiran motor di kampus dan sesampainya di sana mereka berdua saling mengucap salam dan segera pulang ke rumah masing-masing. Selalu ada jalan ke luar untuk setiap masalah yang dihadapi oleh mereka berdua.

***********

Keesokan harinya pas hari Minggu, Wirma dan adiknya Fira berberes-beres di rumah. Setelah salat subuh mereka berdua langsung bebragi tugas. Ada yang membuat sarapan dan ada yang membersihkan rumah. Semua mengerjakan tugas membersihkan dan membereskan rumah.

Sementara itu, Rian di rumahnya juga sedang melakukan aktivitas jalan pagi setelah salat subuh di masjid dan pulangnya Rian segera bersiap-siap untuk jalan pagi ke sekitar rumah mereka. Itu hal rutin yang sudah biasa Rian lakukan. Makanya tubuh Rian terlihat segar dan bugar. Dia selalu melakukan olah raga jalan pagi setiap pagi. Setelah salat subuh dia berjalan pagi dan biasanya sampai di rumah sekitar pukul 06.30 WIB.

Hari itu lain dari biasanya. Setelah jalan pagi dan sudah pukul 07.00 WIB kok Rian belum sampai pulang ke rumah. Ibunya Rian sedikit bingung dibuat oleh kelakuan anak bujangnya yang sulung. Ibunya Rian sudah membuat sarapan dan sudah menyiapkannya di meja makan tetapi kok si Rian belum pulang dari jalan paginya. Ibunya ke sana ke mari menanti Rian bahkan mondar-manddir kayak setrikaan saja.

“Ada apa sih Bu, kok seperti orang yang binung saja?”Tanya suaminya.

“Ini Pak, Rian kok belum juga pulang ya?”Ujar Ibu Rian.

“Ah Bu, biarkan saja, kan hari ini hari libur, Rian kan dak kuliah dan dak ada kegiatan apa-apa. Siapa tahu Rian ada keperluan sehingga pulangnya terlambat.” Ujar Bapak Rian.

“Iya Pak, tapi dak seperti biasanya Rian belum pulang seperti ini.”Ucap Ibu Rian.

“Kita doakan saja yang baik-baik tentang Rian dan semoga tidak terjadi apa-apa dengan dia ya Bu.” Ujar Bapak Rian.

Ketika kedua orang tuanya memperbincangkan Rian, tak berapa lama muncullah Rian dengan membawa buket bunga yang menawan dengan warna pink, putih, dan biru. Ibu Rian jadi terheran-heran dengan bawaan Rian dan tanpa basa-basi lagi ibu langsung bertanya kepada anaknya.

“Dari mana saja Rian, kok jam 08.00-an baru pulang? Sampai-sampai Ibu agak khawatir dengan keterlambatanmu puloang?”Tanya ibu Rian.

“Iya ne Rian, ibumu sangat mengkhawatirkan keterlambatanmu pulang walau Bapak sudah mengatakan bahwa Rian akan baik-baik saja. Tetap saja ibumu khawatir dengan dirimu?”Tanya bapak Rian.

“Ibu, Bapak, dan adik-adik, maafkan Kak Rian ya, ketika kak Rian jalan pagi tadi, Kak Rian langsung ke toko bunga mengajak kak Soni yang tadi bertemu di alun-alun bersama istrinya. Kak Rian ke rumah kak Soni dulu lalu kami berdua pergi ke toko bunga untuk membeli bunga ini dan setelah itu kak Soni mengantarkan kak Rian pulang ke rumah. Begitu ceritanya ya Bu, Pak, dan Adik-adik kakak.”Pungkas Rian.

“Kalau begitu, mandilah dulu lalu sarapan di sini.” Ujar ibu Rian.

“Baiklah Bu.” Kata Rian.

Keluarga Pak Imron segera sarapan sambil menunggu Rian mandi mereka sarapannya agak santai karena hari libur. Sementara itu si Rian segera mandi. Dalam hati ibu Rian bertanya-tanya, untuk siapakah gerangan bunga itu? Apakah Rian sudah menemukan orang yang disukainya sampai-sampai dia membeli bunga khusus yang cantik dan menawan.

bersambung . . .

Salam literasi

Tanjungpandan, 16 Januari 2023