Suwarni

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Elegi Sei Batang
Gambar diunduh dari Google.com

Elegi Sei Batang

Menulis hari ke-109(1541)

Episode Akad Nikah

Bagian 182

“Terima kasih ya Kak Mona. Kak Mona angat baik pada Wirma, walau kak Mona mengeluarkan baya untuk make up Wirma tapi Kak Mona juga tau bagaimana perasaan Wirma yang sebenarnya dan bagaimana hancurnya hati Wirma karena di hari H akad nikh kak Rian tak bisa hadir bahkan tak pernah bisa kan hadir kapan pun dan di mana pun juga acara akan digelar.” Kata Wirma dengan air mata menetes di pipi.

“Sebagai sesama perempuan pasti Kakak tahu bagaimana hancurnya hati dan perasaan Wirma. Mungkin memang ini yang terbaik dari Allah SWT untuk Wirma dan Wirma harus menerimanya dengan ikhlas dan sabar.”Ujar kak Mona.

“Betul kak Mona, Nesa juga sependapat dengan kak Mona bahwa Allah SWT memberikan ujian ini karena Allah SWT tahu jika Wirma sanggup dan mampu menerima ujian ini dengan lapang dada.” Kata Nesa.

“Iya Kak Mona, Nesa, terima kasih ya. Kalian berdua memang teman dan sahabat terbak bagi Wirma. Kalian bisa menguatkan dan menyupport apa yang Wirma lakukan. Kalian tidak pernah menyalahkan Wirma yang mengambil langkah ini. Wirma bangga punya teman seperi kalian berdua.” Kata Wirma bersemangat.

Setelah itu kak Mona akhirnya cipika cipiki dengan Wirma dan Nesa, dan pamit dengan keluarga besar Wirma yang masih setia melihat dan mendengarkan percakapan mereka bertiga tadi. Ayah dan ibu Wirma juga mengucapkan terima kasih atas kesediaan dan keikhlasan kak Mona atas biaya yang sudah dikeluarkan untuk mendandani Wirma.

“Iya Pak Bu, saya sudah ikhlaskan semuanya untuk Wirma. Jandan kalian pikirkan ya. Saya pamit. Assalamualaikum.”Kata kak Mona.

“Waalaikumsalam.” Jawaban keluarga Wirma kompak.

Semua mengantar kepulangan kak Mona sampai ke teras dan sampai kak Mona pulang dengan mobil yang dijemput oleh sopirnya kak Mona. Setelah itu, mereka kembali lagi ke ruang keluarga untuk mendiskusikan hal-hal yang dianggap penting. Bapak dan ibu Wirma juga tidak pernah menyalahkan Wirma atas keputusannya. Hanya saja tetangga mereka da yang nyeletuk membuat hati Wirma jadi makin sedih.

“Apa yang akan Wirma lakukan selanjutnya?” Tanya Ibunya.

“Wirma akan menenangkan hati terlebih dahulu ya Bu? Bolehkan Bu?”Tanya Wirma dengan memelas.

“Iya Nak, Ibu dan bapak tidak pernah menyalahkan atau menhalangi apa yang menurut Wirma yang terbaik, kami sebagai orang tua selalu mendukungmu.” Kata Ibunya Wirma.

bersambung . . .

Salam literasi

Tandan, 16 April 2024

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

saya tunggu sambungannya

16 Apr
Balas



search

New Post