Menulis hari ke-113 (1911)

/

Beberapa hari yang lalu, saat libur Bu Imah mengisi waku liburnya dengan membersihkan rumput di belakang rumahnya. Sebelumnya beliau membeli celurit atau arang bengkok untuk bisa dipakai membersihkan rumpur-rumput itu. Sebenarnya sebelum lebaran Bu Imah sudah memita Bang Roy yang biasa membersihkan rumput dengan mesin rumput tetapi karena cuaca sering hujan makanya rumput-rumput itu cepat tumbuh dan subur maklumlah daerah rawa-rawa jadi rumput cepat tumbuh.

Untuk menghindari terkena binatang-binatang yang sering dekat dengan air Bu Imah menggunakan sepatu boats yang mereka miliki. Awalnya Bu Imah senang menggunakan sepatu itu dan kesana ke mari rasanya nyaman-nyaman saja untuk membersihkan rumput. Tak ada yang terasa mengganjal di kaki Bu Imah saat membersihkan rumput tersebut.

Setelah di akhir-akhir pekerjaan membersihkan rumput, Bu Imah merasa ada yang janggal dan aneh sepertnya. Tapi tetap membersihkan rumput tanpa menghiraukan apa yang beliau rasakan. Setelah dirasa cukup bersih, Bu Imah segera berhenti membersihkan rumput. Aangkah terkejutnyaa Bu Imah ketika sepatu boats dibuka kaki Bu Imah lecet, merah-merah, dan terasa perih ketika kena air. Kenapa ya Bang kaki saya jadi lecet kata Bu Imah? Paak Amat berkata." Ya wajarlah kaki Ibu lecet, perih dan hampir berdarah karena Ibu dak pakai kaos kaki." Oh begitu ya Bang kata Bu Imah. Apa mau dikata nasi sudah menjadi bubur kata Bu Imah, kaki sudah terlanjur lecet-lecet dan perih jika kena air. Nasib-nasib kata Bu Imah dalam hati.

//

Salam Hati-hati

Tandan, 23 April 2025