Mencari harta bukanlah pekerjaan yang mudah. Ada orang ingin mendapatkan penghasilan harus berkali-kali memasukkan berkas lamaran ke perusahaan atau instansi tertentu. Ada orang yang ingin mejadi PNS harus mengabdi bertahun-tahun dengan imbalan ala kadarnya. Ada orang yang bertahun-tahun jatuh bangun merintis usaha. Itu pun ada orang yang sukses dan banyak juga mereka yang gagal. Kegembiraan yang luar biasa bersemayam di dalam dada ketika seseorang berhasil mengumpulkan harta.

Bagaimanakah reaksi mereka ketika harta sudah digenggam tiba-tiba diperintahkan untuk menyerahkan sebagiannya kepada orang lain?

Tentu saja bermacam-macam reaksi yang terjadi. Sebagian orang mengatakan, "Enak saja, aku yang yang bersusah payah mereka yang menikmati". Atau,"Minta-minta, memangnya harta nenek moyang lo..usaha dong!" Kalau di kendaraan umum yang sering terjadi adalah orang menyembunyikan muka sambil berbisik,"Biarkan dia berdiri, masa bodoh aku sudah ngantri duduk sejak tadi".

Bagi umat Islam, semua yang terjadi dalam kehidupan ini adalah ujian keimanan. Semua harta yang kita simpan adalah titipan, bukan mutlak milik kita. Sebagiannya ada hak orang lain yang harus kita tunaikan.

Segaimana Allah SWT berfirman:

وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَ ۙ

Artinya: " ….dan mereka menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka".(QS. Al-Baqarah : 3)

Oleh karena itu, tidak selayaknya seseorang mengklaim harta yang disimpan itu mutlak miliknya. Wajar, hampir semua manusia mencintai harta benda dan berbagai perhiasan dunia yang telah diusahakan. Kecintaan terhadap harta benda dan perhiasaan dunia itu tidak boleh berlebihan. Namun sayangnya, berbagai harta dan perhiasan dunia tersebut sering membuat manusia menjadi sangat bakhil, pelit alias kikir dan hilang akal.

Bakhil adalah perbuatan menahan atau tidak memberikan sesuatu yang semestinya wajib diberikan kepada orang lain yang pantas menerima. Bakhil atau kikir adalah di antara bentuk kemaksiatan hati yang besar yang dianggap dapat merusak kehidupan manusia. Akibat bakhil yang diperturutkan akan mencelakan diri pelakunya. Mereka akan mendapat murka di dunia dan adzab di akhirat.

Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam (SAW) memperingatkan umatnya melalui sabdanya:

“Ada tiga hal yang dianggap dapat membinasakan kehidupan manusia, yaitu kekikiran (kebakhilan) yang diperturutkan, hawa nafsu yang diikuti, dan ketakjuban (perasaan ujub) orang terhadap dirinya sendiri.” (HR. Ath-Thabrani)

Kebakhlian yang menginfeksi telah hati seseorang dapat muncul menjadi berbagai macam bentuk perilaku bakhil. Ada orang yang bakhlil tehadap ilmunya. Mereka enggan untuk menyampaikan kebenaran ilmunya karena takut nikmat akibat ilmunya itu berkurang. Ada orang yang bakhil terhadap kepintaran atau jasa yang dimiliki. Mereka enggan menolong orang yang menderita, padahal sebenarnya dengan kepintarannya mereka mampu untuk menolongnya. Ada orang yang bakhil mengorbankan sebagian waktunya untuk berfikir demi kemaslakatan orang banyak dan kemajuan Islam. Ada orang yang bakhil untuk mengeluarkan atau menginfakkan sebagian hartanya di jalan Allah. Bahkan ada yang lebih parah lagi, yaitu orang bakhil yang tidak mau memberikan kemudahan bagi orang lain walaupun hanya dengan sesuatu yang remeh. Jadi, apapun alasannya orang yang bakhil itu tidak akan mungkin mau memberikan hartanya, waktunya, tenaganya apalagi jiwanya untuk kepentingan orang lain maupun agamanya.