SUYATNA,S.Pd

Suyatna, S.Pd lahir di Bandung pada tanggal 11 April 1977. Pada tahun 1980, mengikuti kedua orang tua pindah ke Jambi. Pendidikan formal dimulai dari Sekolah Da...

Selengkapnya
Navigasi Web

MORALITAS SISWA, TANGGUNGJAWAB SIAPA?

Moralitas siswa sudah sejak lama menjadi perbincangan para pengelola pendidikan, masyarakat secara umum dan bahkan pemerintah. Sekian lama hal tersebut menjadi perbincangan tapi belum juga ada rumusan yang jelas untuk mencegah terhadap pekembangan moralitas siswa yang mengarah kepada hal-hal negatif.

Media informasi dan komunikasi yang saat ini semakin tren telah menyentuh semua lapisan masyarakat, termasuk juga siswa. Hal ini menjadi pemicu semakin rusaknya moral siswa. Hadirnya TV di setiap rumah, yang menyajikan berbagai tayangan yang tidak mendidik. Film sinetron yang setiap saat dapat ditonton siapa saja dan kapan saja dengan gratis, sangat mudah mempengaruh pola pikir anak dan dapat membentuk karakter dengan meniru berbagai lakon yang ditampilkan. Hadirnya handlhone (HP) sekarang telah meresahkan siapapun yang prihatin dengan kondisi sosial masyarakat. Termasuk juga moralitas siswa, yang berakibat pada peyimpangan prilaku buruk.

Berbagai contoh prilaku yang menjadi cerminan buruknya moral siswa. Prilaku sex di kalangan siswa mulai dari tingkat sekolah dasar sampai mahasiswa, kerap saja terjadi. Kejadian dalam bentuk pemerkosaan, suka sama suka atau rasa ingin tahu.

Keterlibatan siswa dalam penggunaan obat terlarang amat memprihatinkan kita. Lalu, bagaimana nasib bangsa ini ketika para pelajar kita sudah tidak bisa dikendalikan dalam penggunaan narkoba. Mereka sudah kecanduan akan obat-obat yang menelerkan itu. Tak dapat dibayangkan apa yang akan terjadi negeri ini ketika telah sampai pada saatnya nanti mereka para generasi tersebut di atas memegang kekuasaan, menjadi penentu kebijakan.

Aksi kekerasan antar siswa di sekolah, baik itu yang terjadi dalam satu naungan lembaga ataupun yang terjadi antara sekolah dengan sekolah yang lainnya. Ini menunjukkan bahwa pembinaan moral di masing-masing sekolah tersebut kurang dapat berpengaruh terhadap prilaku siswa. Apapun alasannya, ketika aksi kekerasan yang terjadi di sekolah, maka yang menjadi momok perbincangan adalah etika siswa.

Melanggar peraturan atau kebijakan sekolah oleh siswa di sebuah sekolah, bukan hal yang aneh. Dalam setiap hari selalu ada siswa yang melanggar tata tertib. Jika mereka melakukan pelanggaran dikarenakan ada alasan yang dapat diterima secara sah tidak ada persoalan. Akan tetapi sering kali terjadi di beberapa sekolah para siswa merasa bangga dengan melakukan pelanggaran tersebut. Terbukti ketika teguran, peringatan dan bahkan sanksi dari guru BP atau kepala sekolah, tidak menjadikan mereka jera. Melainkan mereka semakin parah dan menunjukkan sifat dan tindakan yang kontrafersial.

Persoalan moral siswa ini sebenarnya tidak cukup hanya dibebankan kepada guru di masing-masing sekolah. Demikian juga tidak cukup dipasrahkan kepada orang tua dirumah. Akan tetapi dari berberapa komponen yang ada harus saling bahu-membahu bertanggung jawab untuk menyelesaikannya.

Peran orang tua dalam hal ini cukup penting, karena pendidikan akhlaq semestinya dimulai dari sejak kecil. Pendidikan anak tentang akhlaq sejak kecil akan berpengaruh besar terhadap perkembangan anak ketika dewasa. Pembentukan karakter anak harus sudah ditata mulai sejak dini, dengan memberikan contoh yang baik.

Seorang ulama mengatakan “Kalau ingin anaknya menjadi orang yang shaleh, maka orang tuanya dulu menjadi orang shaleh.” Dari ungkapan diatas menunjukkan betapa besar pengaruh orang tua kepada anak dalam mencetak prilaku anak. Menurut beberapa penelitian pengaruh orang tua terhadap anak dipengaruhi juga oleh faktor gen. Namun, unsur lingkungan dari keluarga juga tidak dapat dikesampingkan karena ketersediaan waktu lebih banyak bergaul bersama orang tua ketimbang dengan lingkungan sekolah atau lainnya.

Pembentukan karakter oleh guru di sekolah yang selama ini menjadi bahan perbincangan, seakan-akan sekolah merupakan satu-satunya faktor yang dapat memberikan pengaruh dalam pembentukan karakter siswa. Karena cerminan etika itu kerap terjadi di lingkungan sekolah. Hal ini sering menjadi bahan opini masyarakat. Segala informasi yang menyangkut etika yang terjadi kepada anak di usia sekolah. Pertanyaan yang sering muncul adalah siswa mana ? Jarang sekali yang menanyakan anak siapa ? Sehingga sangat besar harapan masyarakat akan peran guru atau sekolah untuk menanamkan budi pekerti yang baik kepada siswa.

Ketika melihat peran guru yang cukup besar, yang perlu diperbincangkan secara serius terlebih dahulu adalah peran lembaga pendidikan secara umum dalam upaya memberikan ruang yang cukup luas untuk melakukan perbaikan terhadap etika siswa. Dilihat kurikulum yang tersedia untuk itu selama ini sangat terbatas, di lembaga pendikan agama kurikulum yang diupayakan untuk melakukan penanaman moral hanya Aqidah Akhlaq dan PPkn. Apalagi di lembaga pendidikan umum akan lebih sedikit, karena pendidikan agama hanya disediakan 2 jam pelajaran dalam satu minggu.

Demikian juga sebagai guru di sebuah lembaga pendidikan, semestinya memaikan perannya dalam membentuk karakter siswa yang baik, dengan memberikan uswah seperti yang disebutkan diatas. Dan hal ini tidak hanya dilakukan oleh guru yang mengajar mata pelajaran yang berkaitan dengan akhlaq akan tetapi oleh semua guru, karena dalam setiap mata pelajaran akhlaq itu harus ditekankan kepada siswa, sehingga dalam setiap mata pelajaran harus memuat unsur kognitif, afektif dan psikomotorik.

Disisi lain peran pemerintah dalam memberikan kebijakan termasuk tersedianya perundang-undangan yang mengarah terhadap perbaikan moral semestinya harus beriringan dengan perkembangan media yang semakin gila mempengaruhi pola hidup dan etika siswa, pemerintah tidak cukup mengukur akan upaya pencegahan itu dari buku-buku dan media pendidikan yang dapat dikonsumsi oleh para siswa, akan tetapi pengaruh global oleh media informasi harus juga diperhatikan dan dikendalikan.

Sekedar harapan : "Kalau kita jadi orang tua, maka jadilah orang tua yang baik dan mengupayakan anaknya menjadi orang yang berakhlaq baik dengan cara memberi uswah yang baik, hindarkan doktrin pemikirin materialistis, agar anak tidak mengedepankan persoalan duniawi dari persoalan ukhrawi. Jika kita jadi guru marilah jadi guru yang baik yang selalu mengarahkan anak didik kita untuk berprilaku baik, dan menjaga anak didik kita untuk tidak berprilaku yang menentang agama, aturan dan tatkrama masyarkat. Saya yakin dengan peran orang tua dan guru bersama-sama persoalan etika akan segera diperbaiki.

#Salam Literasi

#Penggiat Literasi Inhil

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post