‘Baru dua bulan tulisan kok sudah hits, padahal follower juga nggak seberapa, tulisan nggak banyak yang komen, jangan jangan ada pembaca fiktif.’ Itulah salah satu komentar teman saya terhadap tulisan saya di gurusiana. Saya tidak menanggapinya, dan komentarnya juga saya anggap “wajar”, meskipun saya tidak mengkaitkan gurusiana dengan KPU, karena tujuannya jelas beda. Mungkin kawan saya tersebut “terkontaminasi” dengan Like otomatis dimedia sosial dimana memang ada “aplikasi like otomatis’ dimana dalam waktu singkat kita mendapatkan ratusan bahkan ribuan like.

Tulisan Eko Prasetyo yang selalu berada di urutan paling atas menurut teman saya adalah “wajar”, karena dia adalah seorang pimpinan redaksi. Saya harus “terpaksa” menyerah kalah karena saya sudah tidak sanggup untuk “membeli pembaca fiktif”. Rasanya sudah habis “amunisi saya” jika harus berlari mengejarnya.

Saya tidak tahu bagaimana caranya Mas Eko Prasetyo Tulisannya bisa dibaca banyak orang tersebut. Apakah sama dengan yang saya lakukan ?? (biarlah itu menjadi rahasia kami berdua), meskipun kami belum pernah mengenalnya. Dan jika Tulisan Mas Eko Prasetyo selaku yang paling atas, adalah hal yang wajar, karena beliau penulis banyak buku, dan bukan karena Pimpinan Redaksi (sekali lagi saya tulis, ini tidak ada kaitannya dengan KPU). Saya membaca beberapa tulisannya dan menurut saya memang pantas tulisan tersebut diberi apresiasi.

Mungkin teman teman saya yang selama ini saya kirimi link dari artike saya juga “mulai bosan” , mereka ada yang bingung ketika membaca tulisan saya selalu ada link untuk memasukinya. Memang seperti itulah jika kita membaca gurusiana, kita “ditawari” untuk bergabung bersamanya. Dan teman teman pembaca yang saya kirimi link artikel saya dan tidak bergabung di gurusiana tersebut saya anggap sebagai “pembaca fiktif”, karena sebagian diantaranya membaca karena ingin memasuki Link lain yang ada pada tulisan saya. tidak membaca seluruh tulisan yang saya suguhkan, meskipun saya tidak selalu memakai “piramida terbalik” dalam menyampaikan tulisan.

Saya bukanlah seorang guru atau pegawai fungsional lainnya, dimana jika seorang guru, sebuah buku dapat digunakan untu menunjang penilaian angka kredit. Saya hanyalah pegawai negeri biasa yang kebetulan hoby menuangkan ide ide ringan dalam bentuk tulisan. Saya belum berani menuangkan “ide berat” karena saya belum mampu untuk melakukannya.

Sebenarnya saya massih ingin menuliskan pengalaman ketika menjadi Ketua Kloter Haji ketika saya mendapatkan “tugas mulia” tahun lalu, namun pekerjaan analis PTK telah menyita pikiran saya, terlebih juga terangsang masuk ke gurusiana yang kadang kadang iseng untuk menulis didalamnya, meskipun pada awalnya diajak rekan guru masuk ke ruangan ini, namun setelah ada didalamnya saya juga menikmatinya.