Aisyah termenung di samping tanah merah itu. Air matanya terus mengalir. Istirahat ibu ternyata untuk selamanya. Dia tidak pernah menyangka lelah yang dirasakan ibu, kini sudah berakhir. Semua pelayat sudah pulang ke rumah masing-masing.

Mata sembab, badan serasa tak bertulang, dia hempaskan begitu saja di sudut rumah tua itu. Matanya redup dan akhirnya tertutup juga. Sore sudah menampakkan diri. Sayupan suara mengaji jelang magribpun terdengar. Aisyah segera membersihkan diri dan menuju mushola. Dia tidak mau larut dalam kesedihan.

Mushola sudah ramai. Dia berusaha melaksanakan sholat sunah, dan kemudian duduk dalam saf sholat. Semua mata memandangnya, namun tidak ada satupun yang berani menyapa Aisyah. Semua itu tidak lama, setelah sholat usai, Nek Ijah memulai percakapan,

"nduk... yang sabar ya. kita semua pasti kembali, hanya menunggu waktu dan giliran kita" ucap Nek Ijah sambil mengusap kepala Aisyah.

"Iya nek, terimakasih ya nek" ucap Aisyah dan menatap jemaah yang telah duduk di mengelilingi Aisyah.

Aisyah bahagia, para tetangganya peduli pada dirinya. Dia tidak pernah ditinggalkan oleh masyarakat, apapun kegiatan Aisyah selalu diajak ikut ambil andil di dalamnya. Aisyah bahagia dan bersyukur atas semua itu.

Payakumbuh, 2 Maret 2021