Koran The Chronicle of Higher Education, Inggris (edisi 20/01/2009) mengumumkan hasil surveynya, 49 % dari 1.014 mahasiswa di Universitas Cambridge yang terkenal itu, terlibat plagiat (copy paste).

Sedangkan dalam sebuah blog, Manguri mengatakan di Indonesia memang belum ada yang menyurvei, namun di negeri Melayu ini sudah muncul beberapa kasus, seperti seorang guru besar Universitas Parahyangan mengcopy paste salah satu jurnal di Australia.

Selain itu, pada tahun 2000, seorang dosen UGM mengcopypaste hasil penelitian LIPI untuk disertasinya. Di tingkat pemerintahan, Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPj) Wali Kota Bandung 2008 dan 2009 ternyata hanya copy paste.

Tahun 2013 DPRD Jatim meminta BPK mengaudit enam SKPD, lantaran disinyalir adanya penjiplakan. Di Sumbar, Wakil Gubernur mengeluh banyak Satuan Ker­ja Perangkat Daerah (SKPD) hanya copy paste dari program tahun sebe­lumnya ( Koran terbitan Padang, 22/11/2013).

Harian Singgalang pada Hari Kamis (12/12/2013) kemaren pada halaman C-25, memberitakan bahwa Wakil Bupati Kab. Solok batatau-tatau lantaran Pimpinan SKPD hanya main kopi paste saja program daerahnya. Akibatnya tidak ada kreasi dan inovasi untuk mencapai visi dan misi daerah.

Di sekolah dan kampus copy paste banyak juga terjadi. Biasanya bila ada tagihan tugas membahas topik tertentu. Bachtiar Rifai dalam blognya menulis bahwa sebagian besar dari teman-temannya pernah melakukan plagiasi. Hal ini terjadi karena Sistem informasi yang modern, memberikan banyak informasi tersedia di internet dan membuat orang nyaman untuk ber-copypaste-ria jika ada tugas makalah, paper, atau skripsi. Plagiat melalui ini dinamakan cyber plagiarisme (plagiat melalui internet).

Menurut Gilang Ramadani plagiarisme menjadi masalah yang mengkhawatirkan karena berhubungan dengan pelanggaran hak cipta dan moral. Selain itu banyaknya plagiarisme sebagai pertanda kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia. rendah, malas. Ada juga plagiarism terjadi karena ketidaktahuan memasukkan kutipan dan membahasakan kembali opini orang lain dalam suatu paragraph.

Untuk mencegah plagiat ini pemerintah telah mengeluarkan aturan. Dalam Permendiknas No. 17 tahun 2010. Intinya dinyatakan bahwa plagiat adalah melakukan dengan sengaja atau tidak sengaja mengambil keuntungan dari suatu karya ilmiah dengan mengutipnya yang diakui sebagai karya ilmiahnya sendiri tanpa menyatakan sumber secara tepat. Kita berharap aturan ini akan meredam plagiat di bumi Melayu ini.

Suatu ketika Profesor Mestika Zed menulis tesis tentang Melayu Kopi Daun. Dalam tesisnya diceritakan pada abad ke 19 masyarakat Minangkabau diperintahkan untuk menanam kopi. Hebatnya bagi masyarakat Minang daun kopi lebih nikmat dari pada bijinya. Ketika itu, bila Belanda sudah kesal, dengan satu bentakan dia menerikkan God verdomd zeg.... Melayu kopi-daun! Kalau diterjemahkan carut pungkang Belanda pasaran itu bunyinya kira-kira begini: “Sialan...lho, dasar Melayu kopi daun!”

Sekarang ini, kalaulah bangsa Belanda tahu bahwa anak Melayu gemar membaca buku, main internet hanya untuk copy paste, carut pungkangnya pasti bergema lagi: God verdomd zeg.... Melayu kopi-paste! Teriak sang Belanda dengan lantang. Terjemahan Melayunya ..? Ah, saya rasa pembaca sudah tahu.