Syahban Danas

Kesuksesan besar diraih dari pengorbanan yang kasar. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Pentigraf : Kisah di Balik Rujak Bang Fatur

Pentigraf : Kisah di Balik Rujak Bang Fatur

Kisah di Balik Rujak Bang Fatur

Karya : Syahban Danas

Sore itu, sekitar pukul empat sore sepulang dari Bimbel, aku mampir sebentar di rujak Bang Fatur di seberang Bimbel. Karena sudah sore, pelanggan rujak sepi peminat, maka dari itu Bang Fatur bersiap-siap menutup jualannya. "Eh bentar, Bang! Masih ada satu lagi nih yang mau beli," kataku sambil nyengir kuda. Bang Fatur kembali membuka jualannya dengan wajah kusut, kemudian mengambilkan rujak pesananku. Kenapa Bang? Ada masalah?" tanyaku mengernyitkan dahi.

"Nggak apa-apa, Sep," jawab Bang Fatur lesu. Aku tahu gurat wajahnya menyiratkan kebohongan. "Ceritalah Bang," desakku sambil terus memakan potongan demi potongan buah. "Adik-adik abang belum bayar uang sekolahnya. Ibu juga sakit-sakitan semenjak ayah abang meninggal," kata Bang Fatur. Aku tahu akan hal itu karena sudah mengenal Bang Fatur sejak SD. Kondisi ekonominya membuat Bang Fatur harus menjadi tulang punggung keluarga. "Rujaknya laku semua bang?" tanyaku sambil melongo ke dalam laci. "Belum semua. Tadi siang pun sedikit sekali yang beli. Sore ini cuma kamu yang beli," kata Bang Fatur.

"Gimana kalau aku pasarkan online saja, Bang!" sebuah ide melintas di otakku. "Emang bisa?" tanya Bang Fatur tidak yakin. Aku meyakinkan kalau berjualan secara online, pasti akan banyak yang beli, apalagi peminat rujak tidak sedikit orangnya. Bang Fatur setuju saja mendengar usulanku itu. Setelah berhari-hari memasarkan rujak Bang Fatur di akun sosial mediaku, nyaris setiap hari ada saja pelanggan yang memesan. Aku gembira bukan kepalang. Bang Fatur juga tak kalah gembiranya. Memang hasilnya belum cukup untuk membayar SPP, tapi sudah bisa membeli obat ibu di apotek, pikir Bang Fatur. "Jangan menyerah Bang, kalau rutin setiap hari abang berjualan dan aku juga, insyaallah semuanya akan teratasi. Sedikit-sedikit lama-lama menjadi bukit. Bukankah begitu?" kataku sambil tersenyum. Bang Fatur tertawa seraya mengusap-usap rambutku. "Oke, terima kasih ya."

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Duh rujaknya bikin ngiler dech. Semoga bang fatur makin sukses dan yang bantu promo selalu sehat dan sukses juga. Salam literasi pak syahban.

29 Oct
Balas

Syahban ini, siswa saya di SMA 14, Bunda. Karya tulisnya sudah banyak. Kita semangati agar terus berkarya. Jazakillah khoir sudah beti apresiasi buat Syahban. Salam sehat, bahagia, dan sukses selalu. Barakallah, Bunda Rita.

29 Oct

Weh saya kira pak syahban. Maaf bun. MasyaAllah bagus bunda Rai cerita tentang bang Fatur. Ini sangat luar biasa, semoga terus berkarya, sukses selalu.

29 Oct

Wkwkw alhamdulillah Bu, salam kenal ya. Saya anak SMA kelas 10 Bu ehehe..

29 Oct
Balas

Teruslah berkarya. Salam sehat, bahagia, dan sukses selalu. Barakallah, Danas.

29 Oct



search

New Post