Sekarang di Tanjungpinang dan Bintan mulai banyak orang berjualan durian. Melihat orang berjualan durian, terkenang akan pengalaman masa lalu menunggu dan berjualan durian bersama almarhum Bapak di Kota kelahiran ku Tanjungbatu.

Kebun durian pusaka bapak terletak di bukit siamban Desa Gading Kec amatan Kundur waktu itu.Keindahan bukit siamban begitu menawan dipenuhi bebatuan besar dan kecil serta hampir dipenuhi pohon durian sampai ke puncak bukit.Kalau sudah musim durian akan terlihat pondok-pondok tempat orang menunggu durian termasuklah pondok kami. Tahun 1981 adalah tahun terakhir aku bersama almarhum bapak menunggu durian di bukit itu, karna tahun 1982 bapak sudah meninggalkan ku untuk selamanya.

Bapak mengajari ku cara membersihkan dan melihat bagaimana durian yang bagus dan enak dimakan dari bau, duri serta warna kulitnya.Setiap pokok durian itu ada namanya ada durian kabung, durian labu, durian kunyit,dadap dan lain-lain, seingat ku ada 22 nama batang durian dikebun kami. Durian kebun kami ada beberapa yang menjadi pavorit seperti durian kabung,kunyit, cikman juga durian dadap pembeli yang datang kepondok pasti mencari durian itu karna rasanya memang enak, selain isinya berwarna kuning tebal dan kering serta bijinya yang kecil, ada juga isi durian berwarna kuning tembaga dan kuning kemerah-merahan

Selain diajari tentang durian ada pesan lain yang bapak sampaikan disini tak boleh " buang air sembarangan apalagi sambil berdiri dan diatas batu nanti kemaluan bisa bengkak dan gatal-gatal dan jangan berisul-siul nanti akan datang ular" baik pak jawabku sambil mengumpulkan durian yang sudah di bersihkan. Ada pesan yang menurut ku sedikit tidak masuk akal "jangan sekali-kali berbuat yang tidak senonoh di dekat carok yang ada dibawah tu" seperti mandi telanjang dan buang air besar dan mencucinya di dekat carok nanti airnya akan kering. Carok adalah tempat kami dan para penunggu pondok durian mangambil air untuk keperluan sehari-hari.Memang aneh dengan carok ini tak tau sumber airnya dari mana di celah-celah batu besar yang ada disitu mengalir air bersih,dingin dan jernih. Menurut cerita bapak air di carok itu tak pernah kering walau pada musim kemarau dan tidak akan bertambah walau musim hujan tetapi cukup memenuhi kebutuhan para penunggu durian walau di ambil setiap hari. Satu hari aku membuktikan cerita bapak tentang carok itu dengan mandi tidak memakai sehelai baju atau kain disitu sambil bersiul-siul dan bernyanyi. Seakan-akan lupa dengan pesan bapak. Keesokan harinya tak ayal lagi heboh di carok itu bahwa air carok kering bahkan bekas airnyapun tak kelihatan yang ada tumpukan pasir putih.

Siang itu aku melihat bapak lagi duduk santai di hamparan batu sebelah pondok kami sambil membelah durian rasa bersalah ku semakin besar karna telah melanggar pantang carok perlahan aku menghampiri bapak seraya meminta maaf dan menceritan apa yang telah aku lakukan kemaren. Sambil tersenyum bapak berkata tak apa-apa nak besok atau lusa airnya akan ada lagi karna pantangan carok itu hanya berlaku 3 hari tapi jagan di ulangi lagi perbuatan mu ya nak kata bapak kepada ku.Alhamdulillah ucapku dalam hati. Kata-kata bapak membuat hati ku tenang dan menghalau rasa bersalahku karena melanggar pantang carok.