Moh Hisyam Fithrony

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

AYAH, PONDASI PERTAMA MADRASAH KELUARGA

"Yah, kok kerja terus sih. Jarang di rumah, pulang cuma sebentar, terus kerja lagi. Aku ndak minta macem-macem kok, cuma kadang pingin permen", ujar anak (usia 3.5 tahun) dari Mas Umank. Terlontar polos saat diajak sang ayah menggarap instalasi jaringan warnet di Ponorogo (kerja tambahan saat pulang kampung menengok keluarga tiap akhir pekan).

Siang itu, tepat selepas sholat jum'at, aktifitas baru yang sudah kulakukan beberapa hari terakhir ini, duduk santai di ruang tunggu sembari sabar menanti waktu luang Direktur PENS, dan tak lupa ditemani oleh Buku Terima Kasih, Guru. Tak jarang bersua dan sungkem dengan guru-guru kuliah (baca:dosen)-ku, atau sekedar sapa salam dan berbincang singkat dengan karyawan-karyawan almamater yang seperti teman bahkan keluargaku sendiri, bahagia rasanya dan bergairah karena bisa menghadirkan kembali semangat belajar lima tahun yang lalu.

Satu momen yang paling berkesan bagiku, ketika berjumpa dengan Mas Umank (panggilan akrabku kepada beliau), sebagai pegawai kampus bagian Rumah Tangga (Gudang Peralatan) yang sering kami repoti sejak semester satu, saat kegiatan Ormawa, persiapan lomba Robot bahkan sampai aku wisuda. Mungkin interaksi ini yang menjadikan kesan spesial bagiku saat bisa bersua kembali dengan beliau setelah lima tahun jarang di kampus.

Tak ada yang berubah, perbincangan kami hangat, diawali dari sapaan beliau yang sudah mengenali diriku dari kejauhan dan menanyakan kabar aktifitasku. Dan kutanggapi dengan bertanya balik keadaan beliau. Entah apa maksud Tuhan, beliau bertanya tentang keluargaku sambil mengejek guyon kalau dia sudah punya anak tiga. Aku, hanya bisa menjawab "Siji mas, wong jek ket nikah 2015 wingi".

Obrolan kami berlanjut, karena beliau juga sambil menunggu Asdir 3 selesai rapat. Aku tergerak tanya rencana tahun baruannya, sambil basa basi maksudku. Ternyata, isengku menjadi bahan obrolan serius kami. Mulai dari aktifitasnya tiap akhir pekan nge-bus ke Ponorogo untuk bisa berjumpa istri dan anak-anaknya, keprihatinan atas kondisi anak (baca:mahasiswa) jaman sekarang yang berbeda drastis attitude dan kepeduliannya, sampai pada bertukar wawasan tentang prinsip dan tanggungjawab seorang ayah dalam keluarga.

Rasa kagumku semakin besar, mengingat beliau dahulu kukenal karyawan muda yang gaul namun rajin dan suka menolong, ternyata sosok ayah yang tegas nan santun, perhatian dengan anak-anaknya, serta tanggungjawab atas istri dan keluarganya.

Hmm, bersyukurlah rekan-rekan semua yang dikaruniai titipan keluarga dan anak. Baik buruknya istri dan anak, sejatinya bergantung dari sosok yang disebut AYAH. Namun, jangan lupa kawan, bahwa setiap manusia hanya berada di domain cita-cita yang diiringi dengan ikhtiar dan doa, sedangkan hasil yang didapat adalah domain mutlak Allah Ta'ala, itulah hasil terbaik menurut Allah untuk semua, dan jawaban sejati atas doa-doa kita.

------------------

Salam rindu dari ayah ibu, teruntuk ananda Muhammad Rizal di sana 😇

#Motivasyam

Surabaya, 24 Rabiul Awwal 1438 H

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post