Bujang tanggung itu duduk di trotoar, mengamati wanita paruh baya yang tak jauh darinya. Baju mereka basah dengan peluh. kendaraan hilir mudik, seakan tidak peduli dengan mereka. Beberapa motor melaju kencang, berseragam putih abu-abu tapi tak pakai helm satupun. Debu jalanan bertebaran, meskipun hari matahari baru beranjak naik, namun hujan yang belum berkunjung, menjadikan tanah kering kerontang berdebu. Ini hari senin, hari pertama dalam aktifias kantor dan bahkan sekolah. Setelah hampir satu tahun libur dan sekolah dirumah, tahun sekarang beberapa sekolah dimulai dibuka, meski dengan aturan yang ketat. Satu syarat yang mesti di lengkapi adalah seluruh guru harus besedia melakukan tes usap atau SWAB PCR. Kebijakan yang kadang tidak tepat, kalau memang sekolah di buka, maka seluruh siswapun harus di lakukan tes SWAB PCR. Namun kebijakan hanya berlaku untuk guru, sedangkan siswa tidak perlu di swab.

Senin hari terburu-buru dalam satu minggu, termasuk aku. Malas masih menggayut meskipun dengan sedikit paksaan agar rasa enggan berganti dengan semangat. ya.. kita harus berangkat kerja. dimasa pandemik sekarang banyak orang yang kehilangan pekerjaan. dan seharusnya saya bersyukur masih ada pekerjaan. 

Bujang tanggung itu terlihat lelah, tatapannya jauh memandang wanita yang masih mengayunkan sapu. menyingkirkan pasir kerikil dan sampah jalanan. memastikan jalanan bersih dan rapi. pekerjaan yang nyaris dipandang sebelah mata oleh orang lain. namun justru pekerjaan merekalah menjadikan pagi ini, meskipun terburu-buru namun bersihnya jalalan tidak membuat pikiran ini mumet. Bujang tanggung itu sepertinya aku kenal.. "Hei, kamu tidak sekolah...?" kataku. "Awak shift B pak" jawabnya sambil tesenyum, dan akupun berlalu memacu motor menembus debu jalan yang bertebaran

catatan kecil

awak = saya